Duet Anies-Cak Imin Siapa yang Diuntungkan?

  

Pasangan bacaores cawapres koalisi perubahan (pic: cnnindonesia.com)

Akankah duet Anies-Imin mampu memikat banyak simpati publik atau justru membuat keinginan Intrikers politik menjegal Anies bakal terlaksana dengan mudah?

Perubahan duet Anis dengan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dinilai banyak kalangan simpatisan Anies, terutama kalangan milenial, sebagai hal yang sangat mengecewakan.

Bagaimana tidak, Cak Imin adalah sebuah sosok yang dinilai banyak pihak memiliki beberapa cacat politik. Diantaranya adalah upayanya merebut tampuk kepemimpinan PKB beberapa waktu silam, yang dianggap pengkhianatan terhadap Maha Gurunya sendiri, yakni Gus Dur yang memimpin partai tersebut.

Disusulnya santernya kabar indikasi korupsi sistem proteksi TKI yang terjadi pada Kemenakertrans di saat Cak Imin menjadi menterinya. Sedikit banyak tentu saja hal ini akan sangat mepengaruhi kepercayaan publik.


Upaya mengacak-acak koalisi perubahan

Setelah beberapa waktu lalu, koalisi perubahan hampir goyah saat digoncang kabar tak sedap korupsi yang dihembuskan pada sekjen Nasdem. Hingga yang terakhir menteri pertanian dari partai ini, yakni SyahrulYasin Lempo, yang kemudian kabarnya tak ada lagi.

Publik jelas melihat banyak upaya yang dilakukan oleh Sang Intriker politik untuk mengacak-acak partai pengusung Anies Baswedan sebagai bacapres.
Upaya memposisikan kader Nasdem dengan indikasi korupsi tak membuat koalisi perubahan terpecah, justru mereka menjadi solid. 

Maka ditempuhlah cara kedua, yakni dengan cara mengiming -imingi AHY posisi cawapres. Namun sekali lagi, upaya tersebut gagal total, sebab Demokrat tetap solid dengan koalisinya, tak tergoda sialunya jabatan politik yang pastinya diidamkan semua koalisi.

Upaya-upaya pembunuhan karakter yang tak membuahkan hasil, melahirkan sebuah intrik, dan justru ternyata secara mengejutkan langsung mengena pada sang nahkoda, Anies Baswedan. Sebab setelah adanya lobi yang terjadi pada Ketua Umum Surya Plaoh, secara tiba tiba berhembus kabar kencang, bahwa pasangan duet Anies adalah Cak Imin.

Tentu saja kabar ini sangat mengejutkan. Sebab selama sekian waktu, publik melihat koalisi perunahan sebagai kelompok yang solid. Salng mendukung satu sama lain, saling menguatkan, namun secara tiba tiba menerima partai lain yang selama ini berkoalisi dengan pemerintah. Apalagi langsung memperoleh karpet merah sebagai cawapres, sungguh tak diduga dan tak disangka.

Memang selama sekian waktu, sepertinya kolaisi perubahan menginginkan cawapresnya berasal dari PKB, seperti saat berhembus nama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, atau pun Yenni Wahid. Namun publik sama seklai tak menduga justru pilihan itu jatuh pada Cak Imin, yang notabene dianggap bermasalah.


Demokrat hengkang

Suatu hal yang tak dapat diduga sama sekali, sebab rekaan publik bahwa suatu waktu ketika tiba saat diumumkan , pastinya cawapres adalah tidak akan jauh-jauh dari kelompok koalisi perubahan. Tapi tak diduga dan tak dinyana, justru berasal dari luar koalisi dan dianggap bermasalah.

Selama ini publik menduga, bahwa AHY lah yang paling cocok mendampingi Anies. dan hal itu pun dibuktikan dengan surat tulisan tangan Anies sendiri yang beredar di pemberitaan beberapa waktu berselang. Menuliskan bahwa putra SBY tersebut sebagai calon wakilnya kelak. Namun ketika secara tiba-tiba hal tersebut berubah secara mendadak, tentu saja wajar bila kemudian Demokrat menjadi kecewa dan tersakiti, sebab merasa dikhianati.

Publik menangkap pilihan cawapres yang berbeda seratus delapan puluh derajat sebagai genderang kemenangan Sang Intrikers Politik dalam upayanya membuat koalisi perubahan terpecah belah dan amburadul. Seteleah upaya sebelumnya tak membuahkan hasil karena kecerdasan politik masyarakat yang mampu memahami hal tersebut. Kini ditempuh upaya baru dengan cara lebih ampuh, yakni langsung membidik nahkoda utamanya yakni Anies.

Ketika popularitas Anies menurun karena kepercayaan publik merosot sebab pilihannya yang dinilaiti kurang tepat, maka Sang Intrikers memprediksi di saat itulah karir politik Anies akan tamat. Bila itu terjadi, maka bacapres akan berkurang, sebab Anies yang dinilai sebagai "saingan berat" telah terbunuh karakternya secara perlahan.

Enah apa yang berada dalam pemikiran Surya Paloh, hingga kemudian diamini oleh Anies Baswedan, hingga kemudian memilih Muhaimin Iskandar sebagai bacawapres. Yang sudah jelas berasal dari luar koalisi langsung mendapat kursi empuk kehormatan besar, dengan mengorbankan kawan satu koalisi, yakni Demokrat.

Di sisi lain tampaknya sang intrikers politik seperti memiliki dendam kesumat terhadap partai besutan SBY, sehingga tidak mnginginkan partai ini berkiprah dialam politik, apalagi sampai menduduki jabatan nomor dua negeri ini.

Masih melekat dalam ingatan kita, bagaimana banyaknya upaya-upaya untuk membuat partai Demokrat terpecah-belah. Dan anehnya upaya tersebut seperti dianggap biasa dan tak dihentikan, sebuah pembiaran yang membuat publik kian memahami betapa kotornya sebuah campur tangan politk.

Mungkinkah hal tersebut yang juga menimpa sebuah partai hingga terpecah menjadi dua kubu saat masa pemerintahan SBY. Sehingga hal itu dikloning oleh Intrikers politik terhadap partai milik SBY di saat sekarang sebagai upaya pembalasan dendam di masa lalu?


Bayang-bayang pembunuhan karakter Anies

Dengan keluarnya Partai Demokrat dari koalisi perubahan, jelas merupakan sebuah penjegalan partai ini untuk masuk ke dalam ranah politik skala besar. Apalagi SBY melalui channel partainya, juga mengungkapkan adanya usaha lobi dari menteri pemerintahan penguasa saat ini, yang ingin mengajak Demokrat bergabung membentuk kolaisi tersendiri. Tentu saja hal ini patut diperanyakan.

Pilihan cawapres terhadap Cak Imin yang mmbuat partai demokrat hengkang, sudah pasti sangat mengecewakan masyarakat yang selama ini telah terlanjur simpatik dengan kesahajaan Anies. Selain itu pilihan tersebut dinilai terlalu terburu buru dan patut mendapat tanda tanya, ada apa?

Cak Imin berasal dari koalisi berbeda, namun tiba tiba diizinkan masuk dengan kursi istimewa sebagai orang kedua. Sementara partai yang telah solid sejak awal bergabung dan tidak silau dengan tawaran jabatan cawapres tiba tiba harus dikhianati dengan pilihan yang tiba tiba.

Publik kembali berpikir, jangan -jangan sumber kerapuhannya berasal dari partai Nasdem sendiri. Sebab pilihan cawapres awal mula terhembus adalah dari ketua umumnya yakni Surya Paloh, sedangkan Anies Baswedan hanya manggut-manggut saja.

Namun kemanutan Anies ini dinilai publik sebagai upaya bunuh diri, sebab seharusnya ia memiliki pilihan tersendiri, tidak gampang terombang ambing atau pun dipengaruhi. Sebab keputusan manut tersebt justru akan dapat membunuh karakter dan gambaran umum masyarakat tentangnya.

Cap oportunis, pengkhianat, dan plin plan, jelas akan tersemat dan membayang-bayangi karakter Anies. Padahal selama ini publik menilainya sebagai seorang yang santun dan amanah. Jelas terlihat kelicikan sang intrikers politik yang berhasil menjungkirbalikkan karakter sosok Anies sebagaĆ® bacapres.

Ketika sang intrikers politik gagal mengerogoti kaki-kaki panggung koalisi perubahan melaluipartai-partai pendukungnya melalui beragam tuduhan negatif,. Maka intrik satu-satunya yang kemudian ditempuh adalah membidik langsung kepalanya, sumber kekuatan koalisi, yakni Anies itu sendiri.

Mungkinkah Surya Plaoh dan Anies lupa tentang track record yang membayangi Muhaimain Iskandar di masa lalu? Ataukah hanya terpesona dengan jatah kursi PKB yang mengungguli Demokrat?

Apalagi setelah ramai pemberitaan diusungnya Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres. Hari ini pemberitaan kembali diramaikan dengan KPk yang akan segera memanggil Cak Imin sehubungan kasusnya di Kementeriannya dahulu.

Benarkah Surya Paloh dan Anis salah pilih? Memilih orang yang justru akan membuat langkah Anies menjadi terjegal dengan berita tidak sedap. Baru sehari heboh diberitakan sebagai pasangan Capres-cawapres, ternyata keesokan harinya sudah akan diperiksa KPk dalam masalah korupsi.

Jika memang benar Koalisi perubahan salah pilih cawapresnya, maka ini akan menjadi sinyal kemenangan dari sang Intrikers politik tanpa susah payah berusaha. Sebagaimana dikemukakan oleh Rocky Gerung di channel pribadinya, bahwa Anies telah membawa tong sampah.

Taktik Intrikers politik untuk menyandingkan Anies dengan Cak Imin jelas akan mendatangkan ragam masalah. Mungkin karena itulah, Yenni Wahid sempat melontarkan cap negatif ke Muhaimin Iskandar, bahwa gurunya saja dilawan, apalagi rakyatnya. Guru yang dimaksudkan Yenni adalah Ayahnya, yakni Gus Dur sebagai pendiri PKB, yang dikudeta dalam kepemimpinannya, hingga PKB berubah kepemimpinan menjadi di bawah Muhaimin Iskandar.

Hasil survei terhadap tiga bacapres yang selama ini selalu meletakkan Anies di nomor buncit sudah seharusnya hanya menjadi wacana baca saja, sebab lembaga survei terkadang tak sepenuhnya kompeten, valid dan dapat dipercaya. Sebab pastinya ada faktor-faktor lain di belakangnya. Sehingga sudah selayaknya hasil survei ini tidak membuat koalisi kalap dan asal comot cawapres demi mendongkrak suara.

Kini publik menunggu hasil akhir dari keputysan koalisi perubahan memilih Cak Imin sebagai bacawapresnya. Akankah duet Anies-Imin akan berhasil, ataukah justru akan membuat cita cita Intrikers politik menjegal Anies bakal terkabul? Wallahu a'lam bissawab.


Comments