Siapa Fernando, Dokter Hewan Sapi Jokowi di Banjarmasin?

Drh Fernando sedang menangani sapi kurban Presiden Jokowi (pic: istimewa)



Masih ingat dengan Fernando? Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya, yang berhasil menyelesaikan kuliahnya tepat waktu dengan nilai sangat memuaskan


Kini, setelah berhasil menyelesaikan Co Assisstant (Coass) atau Dokter Muda dan menjalani sumpah dokter, ia kembali ke tanah kelahirannya, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, demi mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya. Termasuk memeriksa kesehatan sapi kurban seberat 817 kilogram dari Presiden Jokowi untuk Idhul Adha tahun ini.

Ternyata, sembari menunggu hari wisuda akbarnya di 24 Juni lalu, rupanya dokter Fernando tak mau berpangku tangan. Diam-diam ia telah bertugas di Disbunnak (Dinas Perkebunan dan Peternakan) Kalimantan Selatan. 

Kesibukan padat yang dimulainya pada pagi hari hingga sore hari tak berhenti begitu saja. Sebab pada malam harinya, ia kembali melanjutkan aktifitas praktiknya melayani konsultasi kesehatan hewan di klinik "De.eR.Ha."

Veteriner pekerja keras ini terlihat tak mengenal prinsip lelah berusaha dalam hidupnya. Tampak dari kesehariannya yang sangat antipati terhadap hidup berpangku tangan dan bermalas-malasan. Mungkin hal tersebut tertempa dari masa-masa kuliahnya yang padat tanpa jeda.


Masa kuliah dengan seabreg kegiatan

Bila kita mencoba kilas balik ke belakang. Saat dokter Nando, demikian panggilan akrabnya, menjalani masa-masa kuliah dengan seabreg kegiatan studi dan penelitian. Di saat remaja seusianya banyak memilih hura-hura, atau pun jalan-jalan ke mall menghabiskan uang orangtua. Justru dokter Nando lebih memilih menyibukkan diri berkutat dengan diktat-diktat perkuliahan dan penelitian.

Tak ada jeda waktu sedikit pun untuk bermalas-malasan, dari pagi hingga malam, Akibatnya, waktu untuk tidur pun, terkadang tersita untuk menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. 

Saat dini hari, barulah ia dapat mengistirahatkan tubuhnya. Namun menjelang pagi, ia harus kembali cepat beranjak dari peraduannya, demi agar tidak terlambat mengikuti jadwal perkuliahan yang padat.

Ketika menjalani koas, kesibukannya kian padat. Namun tekatnya yang kuat untuk mewujudkan impian dan cita cita, mengantarkannya meraih sukses dengan meraih gelar dokter hewan yang diimpikannya sejak kecil.


Rutinitas Kerja di kantor

Untuk rutinitas saat ini, dokter Nando memulai pagi harinya dengan konsentrasi kepada Sang Maha Pencipta melalui sholat subuh. Setelah sarapan, ia berangkat ke kantor tempatnya bertugas, Dinas Perkebunan dan Peternakan. Meskipun berjarak cukup jauh dari tempat tinggalnya, namun tak pernah membuatnya terlambat sampai di kantor. Ya, dokter hewan rupawan ini selalu on time.

Kegiatan dokter Nando di kantornya tidak hanya berkutat di klinik hewan milik pemerintah daerah, namun juga siap siaga untuk panggilan mendadak bila ada hewan-hewan di dinas lain yang memerlukan bantuannya.

Seperti beberapa waktu lalu, saat piaraan kambing di sebuah dinas milik pemerintah, sakit mendadak. Tentu saja dokter Nando harus siap untuk segera datang mengobati. Bahkan di luar jam kantor pun, misal seperti saat rusa milik Taman Hutan Raya Kalimantan Selatan memerlukan tindakan medis. Maka dengan cepat, dokter berhati mulia ini bergegas berangkat mengobati.

Bahkan kegiatan mengamalkan ilmu, bukan hanya di sekitar kantor atau klinik, namun juga berada jauh di luar kota. Seperti saat mengantisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK). Melalui tindakan cepat, beruntung wabah tersebut dapat dicegah dan diminimalisir.

Perjalanan keluar kota bukan hal baru lagi bagi dokter Nando, apalagi demi pengabdiannya pada negara dalam bidang veteriner. Pengalaman yang kian terasah, membuat namanya kian banyak dikenali di seantero Borneo.

Jam empat sore merupakan waktu yang ditunggu dokter Nando untuk pulang kembali ke rumah. Suhu terik Kalimantan, serta silau cahaya matahari sore hari karena berlawanan arah, tak dihiraukannya. Semangat bajanya sungguh sulit dikalahkan.


Rutinitas Kerja di klnik

Sesampai di rumah, setelah mandi, beristirahat sejenak, lalu sholat maghrib. Kembali ia menjalani aktivitas praktik di klinik "De.eR.Ha." Tak beda jauh seperti di klinik hewan Disbunnak, di klinik tersebut, ia juga sibuk memeriksa dan mengobati pasien-pasiennya yang datang silih berganti.

Dokter hewan Nando sangat digandrungi oleh para pemilik hewan piaraan yang ditanganinya, terutama para kaum hawa. Mereka bukan hanya terpesona dengan ketampanannya, namun juga jatuh hati pada keramahan dan kecekatannya dalam menangani pasien.

Perlakuan dokter hewan terhadap pasien, dibanding dokter lain tentu saja berbeda. Bila dokter-dokter lain umumnya berhadapan dengan pasien manusia, namun veteriner berhadapan dengan hewan. Yang tentu saja berbeda perlakuannya dibanding manusia. Jika manusia lebih mudah ditangani, namun berbeda dengan hewan. Karena memiliki naluri dan insting tinggi, tak sembarang dokter bisa menangani. Hanya ketika hewan merasa bahwa orang yang dihadapinya benar-benar tulus, barulah si hewan menurut.

Penanganan dokter hewan terhadap pasien memang lebih rumit dibanding dokter lainnya yang tentu saja lebih mudah karena menghadapi sesama manusia. Sehingga bila dokter hewan bukan sosok berhati tulus, maka jangan harap hewan akan mau mendekat.

Bukan tanpa alasan, ketika tiba saatnya seseorang ingin mencari pasangan hidup yang benar-benar tulus murni menyayangi, dokter hewan menjadi jawabannya. Sebab pada hewan saja ia sangat sayang dan perhatian, apalagi pada sesama manusia. Kebersihan hatinya dalam memperlakukan makhluk Tuhan, tak dapat dipungkiri. 

Dokter hewan, sosok berhati murni tanpa kepura-puraan, mereka tampil apa adanya. Tulus mengobati tanpa mengharap ucapan terimakasih atau pun pujian dari pasiennya. Namun hewan yang tak bisa berkata-kata, tentu saja sanggup mengungkapkan terimakasih melalui sorot matanya. 

Profesi dokter hewan yang kerap disebut juga dengan istilah veteriner saat ini memang memiliki prospek yang cerah, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kecantikan hewan-hewan piaraannya.

Ketika tingkat ekonomi masyarakat meningkat, maka tingkat pemenuhan kebutuhan juga meningkat. Tidak hanya pemenuhan kebutuhan terhadap diri sendiri, namun juga kebutuhan lain-lain, seperti memikirkan kesehatan dan estetika hewan peliharaan. Hal ini tentu saja memerlukan budget keuangan berlebih, yang tentu saja tidak akan terwujud bila tingkat ekonomi pas-pasan.


Kini, usahanya berbuah manis. Veteriner muda ini telah mulai memetik hasil dari kerja kerasnya. Sungguh contoh luar biasa bagi generasi muda negara kita. Semoga akan terlahir dokter-dokter hewan bermental baja seperti Fernando berikutnya.

Comments