PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN PENANGKAL MALAPETAKA PENDIDIKAN




Dunia dilanda pandemi Covid-19 yang tidak biasa sebab kali ini lebih parah dari pandemi-pandemi yang terjadi sebelumnya seperti Flu Burung, SARS, MERS dll, sehingga menjadi sebuah keharusan untuk bertahan dalam rumah karena potensi penularan yang sangat intens, bukan hanya lewat droplet (cairan) tapi bahkan badan kesehatan dunia WHO mengklaim penularan juga terjadi melalui airbone (udara), kengerian yang sangat luar biasa memaksa dunia lockdown, mengunci diri rapat rapat dari dunia luar, hingga kemudian mulai diperlonggar perlahan-lahan.

Dengan adanya fenomena seperti itu rasanya tidak mungkin bagi generasi penerus untuk tidak belajar alias menimba pengetahuan, WHO menyebutnya sebagai malapetaka pendidikan karena tidak adanya tatap muka intens sebagaimana biasa, maka ditempuhlah banyak cara oleh para pemikir-pemikir dan perencana pendidikan tentang cara intens agar kegiatan pembelajaran tetap berjalan sehingga kecerdasan generasi tidak mandek, maka beralihlah dunia ke pembelajaran berbasis internet entah melalui online atau offline, termasuk Indonesia sebagai negara yang dulu dicap paling mundur dalam dunia pendidikan kini masuk dalam cara pengajaran jajaran dunia melalui internet.



Para pengajar di seluruh dunia sebetulnya telah lama memakai cara pembelajaran melalui dunia maya, tapi saat itu belum seintens saat terjadi pandemi, demikian pula di Indonesia mayoritas pendidik yang biasanya dicap gaptek akhirnya mau tidak mau harus mau mengenal perangkat tekhnologi ini.

Menyiasati pandemi yang berkepanjangan membuat para raksasa aplikasi dunia berlomba-lomba menawarkan produknya dari yang free (gratis) higga berbayar, mulai dari Google hingga Microsoft, meskipun kemudian yang paling jamak dipakai adalah milik Google karena lebih mudah dalam mengakses bahkan bagi pemula sekalipun


Banyak ragam cara yang bisa dilakukan para pendidik di seluruh dunia terutama Indonesia untuk mengantisipasi terjadinya malapetaka pendidikan karena kemandekan proses belajar mengajar, diantaranya adalah menempuh melalui cara pengajaran:

1. Online (Daring)

Yaitu pembelajaran tatap muka melalui aplikasi video call, kamera menangkap langsung wajah si pemberi materi dan penerimanya
Contoh : Google Meet, WhatsApp, Webex, Zoom dan masih banyak lagi



2. Offline (Luring)

Yaitu pemberian materi dan tugas berbasis internet tanpa tatap muka melalui video tapi masih bisa berkomunikasi melalui chath
Contohnya: Google Classroom, WhatsApp dll.



Sebetulnya apapun cara yang ditempuh dalam pembelajaran, apakah online atau offline kuncinya hanya satu yaitu menarik minat siswa untuk intens mengikuti pelajaran. Apakah anda pernah melihat anak-anak meluangkan waktunya bahkan secara sembunyi-sembunyi untuk bermain game meskipun sudah dilarang orang tuanya? hal itu terjadi karena adanya daya tarik dari game yang mampu menggerakkan minat.

Berarti pembelajaran berbasis internet juga wajib memenuhi prinsip-prinsip dasar mengajar agar mampu menggerakkan minat siswa untuk mengikuti, yang antara lain adalah:

1. Buatlah materi dengan tampilan unik dan semenarik mungkin

Selain anda dituntut berkepribadian menarik, ramah, dirindukan dan tidak membosankan, demikian juga dengan tampilan materi yang diberikan, jangan hanya tampil dengan tampilan yang itu-itu saja, apalagi generasi saat ini menginginkan tampilan praktis, dengan satu klik bisa mengakses semuanya secara cepat, misal materi, tugas, buku pembelajaran dan absen, mereka enggan loncat ke sana sini mencari-cari, disinilah terkuak kenapa game bagi mereka adalah magnet sangat menarik sebab praktis, pengajar juga bisa melakukan beragam cara untuk tampil sebagai magnet dengan tetap mengedepankan etika dan norma-norma yang ada.



2. Pandai meracik suasana

Pembelajaran tidak akan menarik kalau terlihat kaku dan itu-itu saja, anda bisa menawarkan berbagai solusi game, musik, bahkan melalu tampilan-tampilan gambar menarik saat memberi tugas sudah lebih dari sebuah komunikasi verbal yang efektif dan menarik.
  
Ilustrasi gambar saat pemberian tugas
                                       


Tulisan pemancing literasi

Video pembelajaran melalui YouTube



3. Kunci terbesar adalah apakah siswa punya kuota?

Kuota bagi sekolah dengan latar belakang siswa-siswa orang tua tingkat ekonomi lumayan mungkin bukan masalah besar, tapi bagi yang berpenghasilan pas-pasan bahkan cenderung minus, segala macam model pengajaran menarik yang anda tawarkan tidak akan sukses dijalani bila siswa tidak bisa mengakses karena keterbatasan kuota, maka sesekali jadilah malaikat penyebar rahmat dan kemurahan bagi seluruh alam, mengirim kuota kepada beberapa murid yang aktif dan rajin saat pembelajaran sebagai kejutan yang menyenangkan, meskipun saat ini mungkin tidak berlaku lagi karena sudah ada kuota gratis dari kementerian.

4. Komunikasi dua arah

Perlu tetap terjaganya komunikasi dua arah, istilah sensitifnya ikatan batin, sama-sama merindukan, guru rindu memberi materi tanpa membebani siswa tugas terlalu berat, dan siswa selalu merindukan jam mengajar guru karena merasa bukan sebagai obyek pembebanan tugas tapi lebih merupakan sebuah kesadaran untuk melakukan sebagai kepentingan masa depannya.
Komunikasi dua arah bisa terjalin melalui chath di group WhatsApp, form di Google Classroom dll

komunikasi group hangat guru dan siswa


Ketika prinsip-prinsip itu telah ditanamkan sedemikian rupa maka tidak akan terjadi malapetaka pendidikan seperti yang dikemukakan  oleh WHO, sebab bagaimanapun tekhnologi hanya sebagai sarana, keefektifan dan keberhasilannya bergantung dari si pelaksana yakni pengajar dan yang diajar. 
Jadi, sudah berhasilkah Anda memanfaatkan tekhnologi terkini?

Comments

Post a Comment