Gangguan Jiwa Harus Selalu Gila?

Ilustrasi orang dengan gangguan jiwa (pic: baritopost.co.id)


Gangguan jiwa bukan hanya merujuk pada seseorang yang gila namun orang yang waraspun dapat dikategorikan gangguan jiwa apabila memiliki ciri-ciri di bawah ini


Memaknai kesehatan jiwa ternyata tak semudah mengeja kata-katanya, sebab terkandung pengertian yang mendalam dan terpendam, makna yang tidak sebatas diucapkan di mulut, namun ternyata lebih bersentuhan dengan hati.

Kita sering hanya mengkategorikan gangguan jiwa sebagai orang gila, atau istilah kerennya saat ini adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), Padahal gangguan jiwa bukan hanya merujuk pada seseorang yang gila. Namun seseorang yang menangis karena sedih dan terluka hatinya, atau histeris dan mengamuk karena tidak memperoleh yang dinginkan, adalah juga termasuk kategori mengalami gangguan jiwa.


Perbedaan gila dan kegilaan

Seseorang yang menangis, sedih, mengamuk, terluka, kecewa, bisa kita sebut jiwanya terganggu, tapi bukan berarti dia gila. Namun bila disebut kegilaan mungkin akan lebih tepat, kegilaan terjadi saat meluapkan emosinya, setelah usai maka kegilaan itu akan berhenti. Kegilaan disini bukan berarti gila, namun kegilaan karena sesuatu yang membuat jiwanya sakit alias tidak sehat.

Istilah kegilaan, bisa merujuk pada seseorang yang gila harta, gila uang, gila wanita, gila cinta. Bukan berarti orang gila, namun jiwanya terganggu karena hal-hal tersebut. Seperti orang yang gila harta, berarti saat dia menginginkan harta itu, ia akan berupaya dengan segala macam cara, hingga melakukan segala sesuatu yang tidak masuk akal demi memuaskan kegilaannya pada harta.

Demikian juga mereka yang gila cinta, dia akan melakukan apapun demi cinta, sehingga dikategorikan gangguan jiwa. Namun gangguan jiwa tidak akan terjadi jika orang tersebut mampu mengendalikannya. Jika tidak bisa mengendalikan maka yang terjadi adalah gangguan jiwa akibat gila cinta, bisa bunuh diri, bisa melanggar norma-norma, dan beragam hal lain yang melabrak aturan.

Tak semua orang mampu mengendalikan diirnya saat mengalami gangguan kejiwaan, dan secara tidak langsung menunjukkan kesehatan jiwanya terganggu tetapi orang tersebut merasa dirinya baik baik saja. Tetapi gangguan jiwa sebenarnya dapat terdeteksi dari ketidakmampuan seseorang mengendalikan hawa nafsu, mengontrol emosi, yang mengakibatkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.


Pentingnya jiwa yang sehat

Sebuah cerita nyata dari seorang wanita, Ibu dari lima orang anak, suaminya sangat sabar dan pengertian, kehidupan yang sempurna dan bahagia, demikian orang-orang mengistilahkan kehidupan wanita tersebut. 

Banyak orang sering menilai sesuatu dari luar saja. Tidak pernah mengupas secara teliti dan mendalam, sehingga cenderung mengambil kesimpulan yang kurang tepat. Padahal setelah dikupas mendalam, suaminya jelas sabar dan pengertian, sebab istrinya adalah sumber keuangan keluarga, selain bekerja di kantor, dia juga memiliki usaha jualan online, penghasilannya tentu lebih besar dari suami, hingga mampu membeli mobil dan mencukupi kebutuhan keluarga.

Sementara orang melihat wanita tersebut bahagia dengan anak anaknya, namun orang tak pernah tahu kerumitan hidup mengatasi persoalan anak-anak sebanyak itu, beragam permasalahan psikologis, seperti kecemburuan antar anak, sehingga mengakibatkan kondisi jiwa si wanita tergoncang, hingga menangis sendirian, atau kadang malah mengamuk pada anak-anak dan suaminya.

Saat wanita itu diam-diam menangisi keadaannya, tak seorangpun memahami apa yang terjadi dengan kondisi si wanita tersebut, sebab dalam pandangan orang-orang disekitarnya, kehidupan wanita tersebut bahagia, memiliki anak-anak yang sehat dan lucu, suami yang pengertian. Namun tak ada seorangpun yang memahami jika gangguan kesehatan jiwa telah mulai menggerogoti si wanita. 

Dia adalah korban kekerasan di masa lalu. dan tak mudah menghapusnya. Terlalu sering menjadi bahan samsak dan permak. Penghasilan suaminya yang pas-pasan kerap membuat suaminya uring-uringan, menampar, menjambak dan menendang. Hingga kemudian sang istri berhasil memperoleh pekerjaan, ditambah usaha penjualan onlinenya sukses, mulai saat itu mulai timbul kepercayaan diri sang istri, hingga dia berani menentang kekerasan suaminya. 

Sepintas si wanita telah memperoleh kemerdekaan dirinya, ditambah kehadiran anak-anak yang selalu didambakan setiap pasangan suami istri. Namun jauh panggang dari api, memang si wanita bisa membeli segala yang diinginkan, sang suami menjadi minder, pasif dan penurut. Namun segalanya menjadi hambar, suaminya menjadi dingin saat di ranjang, sementara anak-anak mulai menimbulkan masalah karena selalu iri satu sama lain hingga menimbulkan kelelahan mental si ibu. Dibalik ketegaran dan kekuatan di depan pandangan banyak orang, sang wanita kerap menangis sendiri dalam kegundahan jiwanya. 

Kegundahan jiwa yang terus berlanjut, hingga bermuara pada jiwa yang terganggu. Gangguan jiwa yang menghinggapinya adalah rasa benci pada suami dan anak-anak yang dilahirkannya, hingga mengamuk tanpa sebab, berlanjut dengki terhadap perempuan lain yang sepertinya bernasib lebih baik daripada dirinya, hingga melakukan perusakan dan penghancuran, yang berakhir berusaha bunuh diri hingga mengajak anak-anaknya mati bersama dengan menaburkan racun di makanan mereka. 

Sedemikian dahsyatnya gangguan jiwa yang terjadi hingga membuat orang dapat marah, menangis, histeris, terluka, merusak, menghancurkan, dan sebagainya. Dari hal tersebut kita kian memahami bahwa seluruh bagian dunia akan damai dan tenang jika semua penduduknya memiliki jiwa yang sehat.


Ciri-ciri jiwa terganggu

Tanpa harus menunjuk pada orang lain, sebetulnya akan lebih bijak bila kita memperhatikan kondisi kejiwaan kita sendiri, apakah sehat atau tidak, sebab jiwa yang bersih akan melahirkan kepribadian dan keseharian yang stabil. Sedangkan jiwa yang kurang sehat dan terganggu akan sangat berpengaruh negatif terhadap kualitas hidup setiap orang.

Lalu apa saja ciri-ciri jiwa yang tidak sehat atau terganggu itu? Diantaranya adalah:

Selalu gelisah saat melihat orang lain memperoleh kebahagiaan dan kelebihan

Mungkin di satu sisi dia tidak mengalami kekurangan apapun dalam hidupnya. Namun saat melihat orang lain memperoleh rezeki berlebih, entah mobil baru, rumah baru, akan menimbulkan kegelisahan bagi si jiwa yang tidak sehat. Akibatnya jiwanya menjadi terganggu, berakibat kurang nyaman menjalani hidup, seperti sulit tidur, susah makan, jengkel, uring-uringan dan sebagainya. Hal ini disebut jiwa yang iri, akan lebih berbahaya lagi bila meningkat menjadi dengki, yang dapat memicu hal-hal buruk, seperti merusak, menghancurkan, memfitnah, mencemarkan nama baik, dan lain lain.

Wajah senyum hati cemberut

Kita mungkin pernah melihat seseorang yang ikut bergembira saat melihat orang lain memperoleh kebahagiaan. Namun kemudian, setelah tidak berada bersama orang yang memperoleh kebahagiaan, tiba tiba sikapnya berubah drastis dengan menunjukkan keaslian ekspresi yang sesungguhnya, misal marah, cemberut, mencaci maki, dan sejenisnya. Hal ini menunjukkan kondisi jiwa yangbkurang sehat juga.

Selalu haus pujian

Biasanya hal ini dalam agama sering disebut sebagai riya'. Kecenderungan selalu ingin dipuji sangat tidak sehat untuk kejiwaan, sebab bila tidak mendapat pujian maka akan menimbulkan gangguan kejiwaan, seperti kecewa, sedih, menangis, kesal, mengamuk, dan lain sebagainya.

Kebanggaan yang terlalu berlebihan pada diri sendiri

Bangga terhadap diri sendiri adalah hal yang wajar karena dapat menumbuhkan kepercayaan diri. Namun bila berlebihan dengan mendewakan diri dapat menimbulkan kesombongan diri. Akibatnya menimbulkan anggapan bahwa orang lain hanyalah keset, sehingga apabila yang dianggap keset ternyata lebih baik, maka akan mengganggu kejiwaan si sombong yang merasa sempurna. Bisa ditebak bila kemudian menimbulkan gangguan kejiwaan seperti stres, frustasi, kecewa, dan lain-lain.

Rendah diri berlebihan

Ketika disatu sisi ada yang percaya diri berlebihan hingga menimbulkan kesombongan, disisi lain ada juga yang terlalu rendah diri berlebihan yang dapat melahirkan keminderan.
Rendah diri berbeda dengan rendah hati. Rendah diri adakah sikap yang memandang diri sendiri sangat tidak sepadan dengan orang lain, sangat hina, sangat rendah. Berbeda dengan rendah hati, yaitu sikap menghargai orang lain, jauh dari sikap adigang, adigung, adiguna alias angkuh.
Pada sikap rendah diri, seseorang cenderung memandang dan menilai dirinya lebih rendah dari orang lain, sehingga membuat kondisi kejiwaan terganggu, seperti minder, tidak berani mengemukakan pendapat, pasrah saat ditindas orang lain.


Demi menjaga kesantunan, saat ini sebutan orang gila diganti dengan istilah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), meskipun sepintas rancu sebab gangguan jiwa belum tentu gila. Namun untuk lebih mudah membuat pengelompokan, maka hal tersebut sah-sah saja.

Kini kita memahami betapa pentingnya kondisi jiwa sehat demi kebahagiaan dalam menjalani hari-hari kehidupan yang lebih tenang. Tak ada cara lain, kita harus sadar kesehatan jiwa dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat membuat kondisi kejiwaan kita terganggu.



Comments