Genosida Berbalut Psikopat, Penyebab Anak-Anak Palestina Bersikap Agresif

 

Anak-anak Palestina yang terluka (pic:Aljazeera.com)

Lebih dari 31 ribu warga Palestina telah tewas, 10.600 diantaranya adalah anak-anak. Mereka yang masih hidup berjuang melawan kelaparan dan sikap semena-mena IDF

Berita penikaman yang dilakukan bocah Palestina berusia belasan tahun terhadap tentara IDF, hingga sekarat, tampaknya bukan hal yang mengejutkan. Sebab perlakuan kasar dan tak manusiawi tentara Israel terhadap banyak bocah Palestina sudah menjadi makanan sehari-hari baik di Jalur Gaza, Rafah, ataupun Tepi Barat.

Meskipun di satu sisi jelas menunjukkan suatu kengerian yang dilakukan anak-anak, yang seharusnya dalam kestabilan emosi karena penjagaan keluarga. Tetapi jelas kita tidak bisa menyalahkan hal tersebut begitu saja, sebab apalah artinya beberapa nyawa tentara IDF yang di tewas ditikam bocah, bika dibandingkan puluhan ribu nyawa anak-anak Palestina yang mati muda akibat dibombardir oleh militer Zionis.

Bahkan yang menjadi pemandangan miris adalah perlakuan tentara IDF terhadap para bocah pengungsi kelaparan dan tak memiliki keluarga tersebut. Misalnya saat anjing galak sengaja dilepas agar menyerang bocah empat tahun hingga mengakibatkan luka-luka mengerikan. Ataupun kejadian lain, saat bocah-bocah Palestina tewas diberondong senjata api IDF tanpa ampun. 


Perilaku IDF contoh buruk bagi anak-anak Palestina

Contoh kekejian perilaku para tentara IDF , notabene orang dewasa, yang seharusnya memiliki perilaku positif namun ternyata negatif. Menjadi contoh tak terduga yang tertanam dalam benak bocah-bocah Palestina. Sehingga bisa ditebak, mereka melakukan hal serupa sebagai sinyal pembelaan diri.

Tetapi tampaknya komunitas internasional telah terbiasa dan memaklumi segala kelakuan kerdil dan kesewenang-wenangan Israel saat merampas hak warga Palestina, terutama anak-anak. Sehingga hal tersebut menjadi contoh buruk bagi para bocah yang tertindas dan teraniaya.

Pembantaian yang dilakukan tentara Israel, bak pencabut nyawa yang tak kenal tempat dan waktu, membombardir seluruh wilayah Palestina, termasuk Rafah. Hingga tak ada tempat aman lagi bagi anak-anak. Mungkin beberapa dari mereka masih hidup, namun terjebak dalam reruntuhan bangunan hingga mati perlahan. Bahkan banyak dari mereka meninggal kelaparan, atau pun malnutrisi, akibat bantuan pangan yang sellau dihalangi negara Zionis ini.

Komunitas dan lembaga-lembaga Internasional tampaknya sudah selalu memaklumi dan tak bisa berbuat apa-apa dengan segala hal yang diperbuat Israel. Menyalahkan tapi membiarkan, hingga akhirnya menjadi kebiasaan. Demikian juga dengan tewasnya puluhan ribu anak-anak Palestina, setiap hari hanya seperti sebuah berita basa-basi yang menghantarkan warga dunia tidur nyenyak dalam mimpinya.

Namun ketika salah satu diantara anak itu bangkit dan beraksi melawan, berani menikam tentara IDF, barulah dunia terkejut. Sebagian memaklumi tindakan yang diambil, tapi sebagian lagi menyalahkan, hingga memberi pembelaan terhadap Israel yang sekian waktu selalu sibuk menangkapi anak-anak Palestina. Hmmm.... tentara kok beraninya cuma ama anak-anak kecil ya?

Bisa dibayangkan, mengapa bocah yang seharusnya usia sekolah namun malah justru menikam dan keluyuran? Jelas ini hanya sebuah pertanyaan bodoh. Sebab sudah jelas jawabannya, anak itu tidak dapat bersekolah karena gedung-gedung sekolah di Gaza telah hancur dibombardir Israel.

Siapa anak itu? Boleh jadi anak yatim piatu yang orangtua, paman, bibi, kakak, adik, kakek, nenek,, teman, bahkan mengkin seluruh tetangganya tewas akibat serangan Israel.


Genosida berbalut psikopat

Korban jiwa dari pihak Palestina telah mencapai 31 ribu jiwa, belum lagi yang terluka ataupun tewas perlahan karena terjebak di bawah reruntuhan bangunan. Apa yang bisa dilakukan komunitas intenasional menyikapi hal ini? Mereka melihat, menonton, berusaha membela. Tapi semua itu tak berarti apa-apa, sebab Israel bersikap bak pembunuh psikopat yang terus beraksi tanpa bisa dihentikan.

Dimana nurani bersemayam bila telah melihat korban jiwa sebanyak itu? Dan anehnya Israel seakan tak bergeming. Tak ada rasa belas kasih, bahkan terus menerus melakukan pembunuhan sepihak. Bahkan kabar tebaru menyebut, lebih dari seratus warga Palestina ditembak mati Israel. Bagaimana bisa terjadi hal keji tersebut bila tidak dilakukan oleh psikopat?

Nyawa warga Palestina tak lebih berharga dari binatang, Pembunuhan terus menerus terjadai dengan dalih pemburuan Hamas. Jika memang Hamas yang dikejar, mengaoa 31 ribu nyawa warga sipil Palestina sebagai korban?

Sulitnya bantuan masuk ke Jalur Gaza karena dihalangi Israel, jelas menunjukkan sikap psikopat Israel dengan berencana mematikan pengungsi Palestina secara perlahan.

Secara ajaib, Amerika berubah arah menjadi pahlawan yang ingin menyelamatkan warga Palestina. Dengan menyalurkan bantuan via laut, melalui rencanannya mendirikan "Pelabuhan Sementara" melalui pengerahan tenaga dari para prajuritnya.

Namun, akankah kita percaya dengan taktik ini? Apakah benar itu sebuah ketulusan, atau hanya sebuah upaya propaganda Amerika dalam rangka kampanye Joe Biden, ataukah ada taktik lain dibalik semua itu?

Memang tidak mudah mempercayai sikap Amerika dan negara-negara sekutunya. Sebagaimana peribahasa populer "tak ada makan siang yang gratis" Percayakah kita bahwa semuanya adalah ketulusan tanpa ada maksud tersembunyi di dalamnya?

Ketika Israel berencana memindahkan seluruh oengungsi Palestina di Rafah ke sebuah pulau yang mereka sebut "Pulau impian." Jelas terkandung tujuan untuk mengosongkan Rafah dengan maksud agar kelak mudah menguasainya.

Kemudian tiba-tiba AS bersikap bak pahlawan. Mendirikan "pelabuhan sementara" demi menyalurkan bantuan makanan bagi pengungsi warga Palestina. Yakinkah hanya pelabuhan sementara? Bukankah tidak menutup kemungkinan, bila kelak kemudian tentara Amerika lama kelaman akan menguasai dan mengawasi pelabuhan tersebut. 

Dan tentu saja, fungsi pelabuhan yang pada awalnya menyalurkan bantuan, kelak akan berubah menjadi mengawasi dan melarang pengungsii Palestina yang telah dibuang ke pulau impian untuk kembali ke negaranya sendiri. Tentu saja pengungsi tak akan dapat kembali, sebab selain berhadapan dengan tentara Israel. Mereka juga harus berhadapan dengan sekutu Israel yakni tentara Amerika yang telah siaga menguasai pelabuhan. Ibarat sudha jatuh tertimpa tangga pula.

Jelas ini sebuah taktik untuk membodohi dunia. Mustahil bersedia menyalurkan tenaga membuat plelabuhan sementara tanpa tujuan jangka panjang. Sikap propaganda Amerika, yang seakan baik terhadap Plaestina dengan membuat pelabuhan sementara. Dan tentu saja tentaranya akan aman leluasa tanpa diganggu Yaman saat menyeberang ke pelabuhan. 

Sehingga kelak bila seluruh warga Palestina telah dibuang ke pulau impian. Maka akan semakin sulit masuk kembali ke negaranya, karena ada dua kekuatan yang menghadang, yakni Israel dan Amerika. Dan disinilah propaganda AS berubah menjadi tetap bersikap baik dan menguntungkan Israel.

Kesan terjadinya konflik antara AS dan Israel, seakan-akan Biden menginginkan Netanyahu lengser dari jabatanna, tampaknya hanya sebuah taktik agar perhatian dunia pada pelanggaran perang internasional Israel tehadap Palestina terabaikan. 

Hal sesungguhnya terjadi adalah, tak ada konflik antara AS dan Israel. Mereka baik baik saja, dan hanya sedang menggunakan taktik "pura pura konflik" untuk mengelabui dan mendapat dukungan dunia, Bukankah mereka "Raja Kibul" sejak dulu?

Malang nian nasib warga Palestina. Mereka dibantai dan dibiarkan kelaparan oleh sebuah negara zionis yang seakan tak dapat terkalahkan hingga saat ini. Bahkan ultimatum ICJ, PBB dan beragam badan internasional seakan hanya dianggap anjing menggonggong kafilah berlalu.. 

Bahkan seakan menunjukkan kekuatan negaranya yang super power, Israel melarang Kepala UNRWA memasuki Gaza. Setelah sebelumnya dengan seenak udel mengklaim lembaga yang memberi bantuan pangan terhadap warga Palestina tersebut sebagai sarang teroris dan membombardir kantornya. Sudah dapat dipastikan, bahwa tujuan Israel adalah membiarkan warga Palestina mati kelaparan perlahan, sebab UNRWA adalah satu-satunya badan yang memberi pasokan bantuan makanan.

Dari segala tindakan yang diambil negara zionis ini, elas menunjukkan kebenciannya bukan hanya terhadap Hamas, melainkan juga seluruh warga Palestina. Segala apa yang dilakukan tentara IDF, jelas diperintahkan oleh oemimpin negara yang psikopat, sebab tak menghargai nyawa manusia di dalamnya. Nyawa manusia tak lebih berharga dari hewan, sehingga pembantaian terus berlangsung. Dari 31 ribu warga Palestina yang tewas, 10.600 diantaranya adalah anak-anak.


Israel negara baik?

Untuk kesekian kalinya, Israel menyamarkan tindakan genosida dan psikopatnya dengan dalih memburu Hamas. Bahkan lebih gilanya lagi, mengacak-acak Rafah sebagai satu-satunya tempat pengungsian terakhir bagi warga Palestina sebagai kamuflase menumpas Hamas.

Tindakan yang dilakukan Israel justru menunjukkan ketakutan dan gengsi mengakui kekalahannya. Ketika tentaranya telah babak belur di Gaza, negara zionis berubah taktik berusaha mengalihkan mata dunia ke Rafah. 

Ibarat tak berhasil membasmi tikus-tikus di lumbung padi, meskipun telah membumihanguskan satu kota dan membantai penduduknya. Sehingga demi menutupi gengsinya, sekarang mengalihkan mata dunia ke Rafah. Sebab tikus-tikus tak berhasil juga mereka tangkap, maka mereka akan menyalurkan kemarahannya dengan beralih sasaran dengan membumihanguskan wilayahnya.

Rafah akan sangat mudah dikuasai apabila ide memindahkan penghuninya ke sebuah lokasi, yang disebut Israel sebagai pulau impian berhasil dilakukan. Saat warga Palestina telah terlokalisir di sana, namun tiba-tiba memilki keinginan kembali ke negaranya, maka itu tidak mudah. Sebab mereka harus berhadapan dengan tentara Amerika yang standby menjaga dan mengawasi di pelabuhan, yang sebelumnya mereka sebut sebagai pelabuhan sementara untuk menyalurkan bantuan makanan bagi pengungsi. Sebuah taktik imperialisme tipu-tipu sejak dahulu kala.

Keinginan membentuk negara Palestina merdeka yang diprakarsai negara-negara Arab tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Israel. Namun pemrakarsa pembentukan bukan hanya negara Arab, namun juga negara-negara barat dan sekutunya. Sekali lagi, tentu saja mereka tidak akan melakukan semua itu bila tidak ada faktor keuntungan bagi sekutunya. Sehingga tidak mengherankan bila Jerman mengusulkan terbentuknya Palestina merdeka namun tidak boleh memiliki tentara.

Sebuah persetujuan negara merdeka yang ambigu. Ketika sebuah negara tak memiliki kekuatan militer, apalagi sudah pernah babak belur sebagai negara yang terjajah. Tentu saja jelas hanya bertujuan membentuk negara boneka, negara pura-pura, yang tentu saja mudah didikte oleh pihak lain yang berkepentingan, terutama bekas penjajahnya.

Dan tentu saja israel akan tetap berkepentingan sampai kapanpun. Bila selama ini polisi Palestina terlihat melempem sehingga diperlakukan semaunya oleh negara Zionis tersebut. Banding terbalik dengan Hamas, sebuah kekuatan militer tersembunyi dari Palestina yang jelas sangat ditakuti oleh Israel
.
Semangat perjuangan yang membabibuta akibat dijajah dan dirampas hak-haknya selama sekian waktu oleh Israel. Telah membuat Hamas ibarat singa garang yang haus darah kemerdekaan. Mereka telah terbiasa dibohongi, disakiti, dirampas hak -haknya, hingga berkamuflase menjadi kekuatan patut diperhitungkan.

Melihat kenekatan Hamas, tentu saja Israel dan sekutu-sekutunya tak rela. Cap sebagai teroris sudah pasti disematkan, sebab dianggap mengganggu kenyamanan dan cita-cita Israel dalam menjajah.

Ketika Hamas dicap sebagai teroris, berarti yang memberi label sudah pasti adalah negara baik dan penjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia, Tapi yakinkah Israel sebagai sebuah negara baik, bila ternyata:

⁃ Selama sekan waktu selalu membangun-pemukiman pemukiman baru untuk warganya dengan cara merampas tanah dan rumah warga Palestina.

⁃ Berdarah dingin membantai hampir 31 ribu warga Palestina Meskipun banyak anak-anak dan wanita yang menjadi korban, namun sikap Israel tak bergeming sedikitpun.

⁃ Menghalangi bantuan makanan untuk pengungsi Palestina, menjadikan kelaparan sebagai hukuman, hukuman untuk Hamas namun banyak menyengsarakan warga sipil sebab mengakibatkan anak-anak palestina kelaparan dan kekurangan gizi akut.

⁃ Memenjarakan dan menganiaya anak-anak Palestina. Kabar terbaru menyebut ditemukannya jasad anak-anak Palestina yang diberondong peluru oleh tentara Israel, serta bocah empat tahun yang menderita luka parah karena sengaja dibiarkan diserang oleh anjing galak IDF.

⁃ Melindas jasad pemuda Palestina yang telah meninggal, bahkan membongkar kuburan warga Palestina demi mencuri organ organ tubuhnya unuk dijual. Bila sudah demikian, yakinkah tentara Israel masih manusia, sebab kejahatannya melebihi kengerian zombie.

Patut menjadi catatan, alibinya adalah memburu dan membasmi Hamas. Yakin Hamas atau Palestina? Atau jangan-jangan Hamas hanya menjadi sebuah kamuflase agar Isarel dapat dengan leluasa dan mudah dalam melakukan genosida terhadap warga Palestina.

Ketika satu orang psikopat sudah sangat membahayakan. Maka akan lebih mengerikan ketika mereka berkelompok, memiliki senjata, dan bebas berlaku semaunya, Sebab lembaga internasional tak dapat bertindak lebih jauh. 

Lalu siapa yang mampu menghadapi kumpulan orang psikopat ibersenjata yang bertindak atas nama sebuah negara ini? Kini sedang ditunggu, negara super hero yang mampu membuat pemimpin Israel tekuk lutut tak berdaya, lalu menyadari perilakunya yang telah melampaui batas, hingga tak mengenal batas kemanusiaan dan hati nurani. Lalu tobat.



Comments