Pilih Kelas Sunyi bak Kuburan, Ribut, atau Hidup? Guru Sering Salah Kaprah

Ilustrasi suasana kelas yang kacau (pic: abainsidetrack.com)



Kelas yang sunyi bak kuburan belum tentu buruk, semua tergantung dari guru sebagai pemegang kendali di dalam kelas. Sebab apabila yang diinginkan hanyalah kelas ribut tanpa tujuan yang jelas, maka tanpa ada guru didalamnya pun kelas bisa lebih dari ribut



Sebagian guru beranggapan bahwa kelas yang terlalu sepi bagai kuburan tidak terlalu bagus pada kondisi siswa, sehingga berpendapat bahwa kelas dengan keributan adalah suasana pembelajaran yang sesungguhnya. 


Kelas sunyi seperti kuburan tidak seluruhnya merupakan situasi yang salah, sebab bisa saja terdapat alasan yang melatarbelakangi kesunyian itu. Misalnya siswa sedang konsentrasi mencerna pelajaran yang sedang dijelaskan guru, ataupun mengerjakan tugas-tugas. Karena sangat antusias menyimak penjelasan guru yang sedemikian menarik, hingga kelas menjadi tenang dan sunyi. Hal ini menandakan kesunyian yang positif karena siswa sedang berkonsentrasi menyerap materi pelajaran yang diberikan guru.


Akan jauh berbeda dengan kesunyian yang negatif. Siswa tidak tertarik dengan sebuah pembelajaran, namun memaksakan diri untuk tetap mengikuti karena faktor  takut pada pengajar, sehingga terkesan sepi seperti kuburan. 



Perbedaan kelas ribut dengan kelas hidup


Tidak ada yang salah dengan kelas yang sunyi seperti kuburan jika siswa berada dalam kedamaian dan ketenangan didalamnya, yang kemudian memicu antusias saat diadakan tanya jawab, diskusi, serta presentasi. Sebab memang diperlukan ketenangan saat penjelasan materi pembelajaran. Bisa anda bayangkan jika guru tidak bisa mengendalikan suasana kelas saat dimulai pembelajaran, tentunya para siswa tidak akan mengetahui dan memahami tujuan pembelajaran yang diinginkan.


Banyak pendidik yang salah kaprah sering menganggap  kelas yang sunyi senyap saat pelajaran menunjukkan bahwa murid dalam kondisi ketakutan dan tertekan dengan gurunya, sehingga siswa lebih memilih jalan aman dengan diam. Padahal hal tersebut tidak sepenuhnya benar.


Anggapan bahwa kelas yang ribut sebagai kelas yang hidup jelas salah kaprah, karena terdapat perbedaan besar antara kelas yang ribut dengan kelas yang hidup, diantaranya adalah:


Kelas ribut


Kelas yang ribut, adalah kelas yang penuh dengan hiruk pikuk suara, tingkah laku, hingga perbuatan, sehingga tidak menciptakan kondisi tenang, yang tentu saja mengganggu kelas-kelas disebelahnya serta lingkungan sekolah pada umumnya.


Ribut yang dimaksudkan diatas adalah dalam hal negatif, yakni tidak dalam membahas materi pembelajaran, tidak dalam koridor pelajaran, hanya sekedar asal bicara, asal berperilaku, tanpa tujuan positif yang disepakati. Tentu saja kelas yang seperti ini akan sangat mengganggu kelas-kelas lainnya yang memerlukan konsentrasi pembelajaran, dan tentunya lingkungan sekolah juga. 


Kelas ribut negatif, tidak dalam kapasitas membahas dan mempelajari materi, namun hanya sekedar teriak-teriak tak karuan, lempar kertas atau benda-benda yang sama sekali tidak berkaitan dengan pelajaran, hingga menimbulkan kericuhan antar siswa.


Suasana kelas yang tidak bisa dikendalikan seperti inilah yang dimaksud sebagai 'ribut' sebenarnya. Guru yang semestinya mampu mengendalikan suasana kelas untuk tenang, malah tak berdaya sehingga ujung-ujungnya terjadi keributan di kelas, yang tentu saja tidak akan mewujudkan karakter siswa yang bertanggung jawab terhadap perilakunya.



Kelas hidup


Suasana kelas hidup adalah yang seharusnya diciptakan pendidik. Hidup yang dimaksudkan disini adalah situasi dua arah yang intens antara pendidik dan terdidik, terdidik dengan terdidik lainnya. 


Siswa yang terarah, saat pembelajaran dimulai, maka akan fokus pada materi yang diberikan, yang tentu saja untuk dapat menangkapnya harus dalam situasi tenang. Setelah guru memberikan materi yang diperlukan, ataupun tugas diskusi yang diberikan, barulah akan terjadi tanya jawab, perdebatan, ataupun adu argumentasi. Nah, disinilah suasana hidup yang dimaksud. 


Kini anda memahami bahwa terdapat perbedaan yang bertolakbelakang antara hidup dengan ribut. Ribut seringkali tidak berkonotasi positif, sebab selalu menghasilkan suasana kacau, amburadul, berantakan, sulit memusatkan pikiran karena keadaan yang memusingkan.


Suasana antusias tanya jawab saat pemberian materi, ataupun perdebatan keras saat diskusi, dan adu argumentasi kala presentasi, pastinya akan menghasilkan suara-suara nyaring, yang tentu saja bukanlah ribut, tetapi hidup.



Ribut jelas berbeda dengan hidup


Tidak seharusnya pendidik salah kaprah lagi dalam mengartikan kelas yang menarik dan sesuai dengan kemerdekaan belajar sebagai ribut, sebab merdeka belajar adalah suasana kelas yang hidup. Siswa bebas menyampaikan argumentasinya, berdebat, bertanya, yang tentunya tetap dalam koridor norma-norma. Disinilah yang dimaksudkan sebagai kelas hidup, menarik minat siswa, dipenuhi semangat belajar, dan rasa penasaran siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan.


Apabila guru kurang menarik dalam memberikan materi pelajaran, kurang variasi, dan membosankan, maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi pada siswa, yakni diam mengantuk bila gurunya galak, atau sebaliknya ribut tidak karuan bila guru kurang disegani.


Memang sekarang ini sudah bukan zamannya guru ditakuti, namun profil guru disegani tetap diperlukan. Seperti pernah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya bahwa terdapat perbedaan signifikan antara guru ditakuti dengan guru disegani.


Ketika siswa melakukan kesalahan, kemudian menyadari kesalahannya, dan malu untuk melakukannya lagi, hal itu merupakan kemajuan karakter yang berhasil dibentuk oleh guru yang disegani. Tapi bagi tipe guru yang hanya ditakuti, siswa tidak mengulang kesalahan hanya jika di depan gurunya saja, jika guru sudah menghilang dari pandangan, maka kesalahan tersebut akan berulang kembali, bahkan bisa jadi lebih parah.


Kelas yang sepi seperti kuburan memang diperlukan, sebab hanya pada suasana tenang, siswa mampu berkonsentrasi tinggi menyerap pelajaran. Namun bukan berarti suasana sepi diakibatkan siswa tidur nyenyak karena penyajian pelajaran yang tidak menarik, ataupun bingung karena tidak memahami.


Diperlukan guru profesional yang mampu menghidupkan kelas dalam koridor-koridor yang terarah dan bertanggungjawab. Guru dengan tipe smart seperti ini akan menghasilkan siswa-siswa antusias belajar dan penasaran dengan materi yang diberikan guru, sehingga suasana kelas menjadi hidup dengan banyaknya siswa yang bertanya. Mereka bersemangat saat diskusi, presentasi, sehingga menghasilkan debat dan adu argumen yang menghidupkan suasana kelas. Inilah kelas hidup yang dimaksud dalam merdeka belajar.


Kini kita dapat membedakan dengan mudah antara kelas yang ribut dengan kelas yang hidup. Kelas ribut tidak menghasilkan apa-apa selain hanya keributan sebab tidak ada tujuan yang disepakati di dalamnya, sedangkan kelas yang hidup adalah kelas yang antusias dan bersemangat dalam pembelajaran, dengan tujuan yang disepakati dan ingin dicapai di dalamnya.


Kelas yang ribut, tidak jelas juntrung kemananya, tidak jelas arah tujuannya, sebab kelas tanpa ada guru di dalamnya juga bisa ribut, bahkan terkadang ada gurunya pun juga tidak ada jaminan bisa tenang. Siswa berlarian kesana kemari, mengganggu, menjahili, menggebrak meja teman-temannya, memukul-mukul papan tulis, atau bahkan bermain pesawat-pesawatan, hingga loncat-loncat di atas meja. Sungguh suasana kelas yang ribut bukan? Apakah ini yang dikehendaki dalam suatu sekolah? Tentu tidak.


Ada waktunya suasana kelas saat pembelajaran berlangsung tenang, sunyi seperti kuburan, namun ketenangan tersebut nantinya juga akan dipadukan dengan suasana hidup. Guru sebagai pendidik memiliki tanggungjawab untuk menghidupkan suasana kelas agar para siswanya bersemangat dan antusias dalam belajar. Suasana kelas yang hidup, bukan ribut dalam hal tak jelas arah tujuan.


Kelas yang hidup pun juga bisa berubah menjadi ribut, namun ribut dalam hal positif, saat adu argumentasi dan debat ketika diskusi, ribut dalam hal bertanya saat presentasi karena rasa penasaran dan semangatnya menimba ilmu, bukan ribut karena guru mengajar tidak menarik, guru tidak mampu mengendalikan kelas, ataupun ribut karena guru tidak ada di kelas.


Jadi, kelas yang ribut padahal ada guru di dalamnya namun tanpa tujuan pembelajaran yang jelas, belum tentu baik. Sedangkan kelas yang sunyi bak kuburan belum tentu buruk juga, semua tergantung dari guru sebagai pemegang kendali di dalam kelas. Sebab apabila yang diinginkan hanyalah kelas ribut tanpa tujuan yang jelas, maka tanpa ada guru didalamnya pun kelas bisa lebih dari ribut.



Ribut boleh, tapi dalam hal positif sebab terdapat tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang ingin dicapai, bukan sekedar ribut yang tidak jelas siswa akan dibawa kemana, yang ujung-ujungnya terjadi perkelahian dan pembullian didalamnya. 


Suasana kelas dalam merdeka belajar adalah hidup, bukan ribut.

Comments