Ngeri! Cacar Monyet Baru Ditetapkan Pandemi Global Setelah Merebak di 75 Negara

Ilustrasi cacar monyet (pic: thehealthtime.com)

 

Cacar monyet bukan hanya sebuah resiko yang harus diterima oleh penyuka sesama jenis sebab mereka yang tidak tergolong didalamnya pun juga bisa tertular akibat  berada dalam lingkaran orang terdekat, seperti keluarga, orangtua, sahabat, pembantu, atau pun anak-anak yang tinggal dalam satu atap



Filipina baru saja mengkonfirmasi pasien cacar monyet pertamanya. Negara tetangga kita sesama Asia itu mengumumkan hal tersebut setelah melakukan rangkaian tes RT-PCR pada seorang pria 31 tahun. Waduuuh?!? 


Meskipun di negara kita belum ditemukan kasus cacar monyet alias monkeypox, namun kewaspadaan tingkat tinggi tetap wajib dilakukan, sebab mobilitas dunia sedang meningkat pesat, yang tentu saja membuat penyebaran beragam virus juga masif.



Kelompok rentan cacar monyet


Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)  menetapkan cacar monyet menjadi public health emergency international concern atau keadaan darurat kesehatan global pada Sabtu (23/7/2022) yang lalu. Hal itu dilakukan karena keadaan darurat telah menyebarnya virus ini di 70 negara, bahkan yang terbaru kabarnya telah merebak pada 75 negara di dunia, termasuk Asia.


Wabah global yang berawal dari sebuah spa kaum gay di Inggris, yang mengadakan party terselubung, yang bisa ditebak adanya pesta seksual di sana. kemudian menyebar ke seluruh negara Eropa, Spanyol, Amerika Serikat, dan yang terbaru di Filipina.


Cara penularan cacar monyet sangat cepat dan masif, mulai kontak fisik, percikan air liur, ataupun lendir. Dan penyebaran virus makin meluas karena berputar dalam lingkaran komunitas.


Aktivitas seksual kaum gay bukan tanpa resiko, sebab hubungan lewat anal sangat beresiko tinggi. Bila terjadi perlukaan, maka luka tersebut sangat lambat proses penyembuhannya, sehingga tak jarang menimbulkan koreng, bernanah dan luka lainnya. Karena itulah resiko penyakit HIV/AIDS selalu mengintai, hingga yang terbaru adalah cacar monyet.


HIV/AIDS belum usai, namun tak terendus lagi akibat tertutup oleh kasus pandemi Covid-19. Kini Covid-19 belum mereda, muncul lagi wabah terbaru yakni monkeypox alias cacar monyet. Penularannya sangat cepat sebab dibawa oleh virus, tak beda jauh dengan virus influenza yang mudah menular. Namun resiko monkeypox lebih besar, meskipun bisa disembuhkan, namun bekas luka yang ditinggalkan cukup mengerikan.


Penularan awal cacar monyet yang terjadi di sebuah spa, kemungkinan besar adalah akibat air yang dipakai berendam bersama-sama terkontaminasi virus menularkan pada mereka yang sehat. Sebab setelah selesai acara party, pastinya para peserta dengan mobilitas tinggi akan berkelana lagi ke tempat-tempat lainnya, yang sudah bisa ditebak makin memperluas penularan, hingga ke seluruh penjuru dunia. 


Menurut Zubairi Djoerban, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagaimana dikutip dari kontan.co.id (20/6/2022) menyebutkan 99% penderita cacar monyet adalah pria <65 tahun & usia rata-rata 37.


Meskipun resiko terbesar dari cacar monyet mengintai penyuka sesama jenis, namun mereka yang bukan pun bisa juga beresiko, sebab penularan dapat terjadi melalui kontak langsung, seperti makan, minum bersama, atau memakai kamar mandi yang sama.


Kelompok lain yang mungkin berisiko tinggi terkena cacar monyet adalah orang dengan immunocompromise misalnya infeksi HIV/AIDS, leukimia, limfoma, transplantasi organ, terapi agen alkilasi, antimetabolit, radiasi, penghambat faktor nekrosis tumor, kortikosteroid dosis tinggi, hingga penyakit autoimun. Populasi anak-anak juga termasuk beresiko, terutama kurang dari 8 tahun, Wanita hamil atau menyusui, Orang dengan satu atau lebih komplikasi misalnya infeksi kulit bakteri sekunder, gastroenteritis dengan mual/muntah yang parah, diare, dehidrasi, bronkopneumonia, dan penyakit penyerta.


Saat telah terinfeksi cacar monyet, maka orang-orang yang harus diprioritaskan rawat inap adalah mereka dengan penyakit parah seperti penyakit hemoragik, lesi konfluen, sepsis, ensefalitis.



Gejala cacar monyet


Gejala cacar monyet yang mirip dengan gejala cacar air. Diawali dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Berbeda dengan gejala cacar air, cacar monyet adalah bahwa cacar monyet mengakibatkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati)


Masa inkubasi cacar monyet yang berkisar dari 6 hingga 13 hari, bahkan bisa

juga  5 hingga 21 hari' sebagaimana dikutip dari kompas.com (25/7/2022) akan menyebabkan gejala:


  • Sakit kepala
  • Demam akut >38,5oC
  • Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening)
  • Nyeri otot/Myalgia
  • Sakit punggung
  • Asthenia (kelemahan tubuh)
  • Lesi cacar (benjolan berisi air ataupun nanah pada seluruh tubuh)


Kewaspadaan memang sangat diperlukan untuk mengantisipasi meluasnya wabah cacar monyet, sebab penularan terjadi melalui darah, cairan tubuh, lesi kulit akibat  kontak erat dengan pasien yang terinfeksi secara langsung (direct close contact). Penularan juga dapat terjadi melalui paparan terhadap sekresi saluran napas yang terinfeksi, juga objek yang telah tercemar oleh cairan tubuh pasien.


Periode inkubasi cacar monyet berlangsung selama 5-21 hari, dengan rerata 6-16 hari. Setelah melewati fase inkubasi, pasien akan mengalami gejala klinis berupa demam tinggi dengan nyeri kepala hebat, limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot dan rasa lemah yang prominen.


Setelah 1-3 hari demam, akan timbul bercak-bercak pada kulit, dimulai dari wajah dan menyebar ke bagian tubuh lainnya tubuh. Bercak tersebut umumnya ditemukan pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Seiring waktu, bercak akan berubah menjadi lesi kulit makulopapuler, vesikel dan pustule yang dalam 10 hari akan berubah menjadi koreng.



Mengapa WHO berusaha menutupi?


Beberapa waktu lalu para peneliti telah menemukan virus cacar monyet pada cairan sperma seorang pria penyuka sesama jenis, jelas menunjukkan betapa cacar monyet telah menyebar sedemikian masif hingga menginfeksi cairan sperma yang tersembunyi.  Namun WHO berusaha menutupi dan meredamnya, demi tidak melukai hati dan perasaan kaum penyuka sesama jenis, agar mereka tidak merasa dikucilkan, sebab pengucilan dikhawatirkan akan  membuat mereka segan dan khawatir mencari akses pengobatan, yang berakibat wabah sulit diatasi.


Tujuan WHO yang sepertinya mulia ini tak sejalan dengan makin cepatnya monkeypox menyebar ke seluruh dunia, hingga kemudian WHO menyerah, dan menetapkan sebagai pandemi global.


Bagi mereka yang tidak mempercayai adanya hari akhir, munculnya wabah cacar monyet hanya dianggap sebuah perjalanan wabah virus sebagai resiko hubungan sesama jenis. Namun bagi yang mempercayai adanya hari akhir, selain memang cacar monyet sebagai resiko hubungan sesama jenis yang dilarang Tuhan yang sudah pasti memiliki konsekwensi bila melanggarnya. 


Jalan tengah dari perbedaan di atas, adalah bahwa apapun yang diperbuat manusia akan membawa efek jangka panjang, dengan sebuah konsekwensi dan akibat yang harus siap dtanggung.


Hubungan sesama jenis sangat rentan dan beresiko, sebab anus sebagai tempat membuang kotoran rentan luka. Ketika terjadi gesekan yang menyebabkan luka, hingga kemudian berdarah, luka tersebut akan dilewati kotoran saat buang air besar, tentunya rentan nfeksi. Infeksi yang terus menerus akan membuat luka menjadi basah dan bernanah, sehingga dapat mengarah ke HIV, yang lama kelamaan membuat daya tahan tubuh menurun, imunitas tidak ada lagi, yang rawan terkena AIDS, apalagi cacar monyet.


Bukan hal mudah untuk melarang seseorang menghentikan apa yang telah menjadi pilihan hidupnya, sebab semua kembali tujuan hidup. Seseorang yang merasa warna hitam menjadi kesukaannya, tidak akan mungkin berubah kecuali ada alasan yang merubah hati dan pikirannya. Apa yang disukai adalah berdasar pada pilihan hati dan pikiran, tidak ada yang dapat merubahnya kecuali diri sendiri.



Upaya pencegahan


Lalu bagaimana upaya pencegahannya jika telah mengglobal dan sulit membendung penyebarannya?


  • Stop melakukan hal yang dapat membuat cacar monyet menular secara cepat, misal hubungan sesama jenis


  • Hindari kontak dengan penderita, sebaiknya tidak penggunaan alat makan bersama, alat mandi, peralatan rumah tangga, yang rentan terkena cairan tubuh


  • Bila menemui pasien yang menderita cacar monyet, kenakan APD (Alat Pelindung Diri)


  • Jika sudah terlanjur menjadi penderitanya, sebaiknya menjaga diri sendiri dengan protokol kesehatan ketat, agar tidak menularkan pada orang lain. Sebab dalam hitungan waktu, sama dengan cacar lainnya, cacar monyet dapat sembuh juga, asalkan pengobatan teratur.


  • Bagi yang meyakini adanya Tuhan, jangan merasa pintu tobat telah tertutup, Sebab tidak ada yang mustahil di balik dosa dan kesalahan yang menggunung.


  • Bagi yang tidak mempercayai Tuhan, resiko penyakit akan selalu ada, daya tahan tubuh manusia tidaklah sekuat dalam film-film manusia super, ada saatnya tubuh menjadi lemah dan rentan mengalami kerusakan. Jika sudah demikian untuk apa lagi hawa nafsu yang selama ini menggelora? Ketika tubuh telah melemah dan rusak, kemana akan mencari penggantinya?



Cacar monyet bukan hanya sebuah resiko yang harus diterima oleh penyuka sesama jenis, sebab mereka yang tidak tergolong didalamnya pun juga bisa tertular, akibat  berada dalam lingkaran orang terdekat, seperti keluarga, orangtua, sahabat, pembantu, atau pun anak-anak yang tinggal dalam satu atap.









Comments