Alat Kontrasepsi untuk Pelajar di Era Jokowi, Pesan Sponsor Pabrik Kontrasepsi?

 

pic: cartoondealer.com



Lebih kurang tiga bulan lagi pemerintahan Jokowi akan berakhir. Namun mendekati masa akhir tersebut justru bermunculan beragam kebijakan kontroversial. Sehingga menimbulkan kesan bahwa rezim ini akan menorehkan cerita kelam dalam sejarah pemerintahannya.


Kontroversi awal yang mencuat adalah saat masa kampanye bakal calon presiden. Secara terang-terangan, Jokowi menunjukkan keberpihakannya pada salah satu bacapres dan bacawapres. Hingga kemudian terendus sebagai dinasti politik, sebab cawapresnya adalah putra sulung Jokowi sendiri, yakni Gibran Rakabuming Raka

Selama sekian waktu, publik menyangsikan kemampuan Gibran dalam mengelola pemerintahan sebab dinilai kurang dapat berkomunikasi dengan baik. Tapi ketika kemudian ia terpilih menjadi Walikota Solo, publik terhenyak, antara percaya bahwa memang putra presiden ini mampu meraih hati rakyat, namun di sisi lain, publik meragukan kemenangan itu sebagai kemenangan murni. Sebab bisa jadi kemenangan tesebut karena faktor keberuntungan Gibran yang ditunjang beragam fasilitas pendukung sebagai putra presiden.


Keberanian mbalelo dan dinasti politik

Demikian juga saat Gibran mencalonkan diri sebagai bacawapres. Publik menilainya sebagai aji mumpung. Apalagi ditunjang dengan keputusan MK Mahkamah Konstitusi (MK) yang merubah syarat usia bagi bacawapres. Sementara disisi lain MK dipimpin oleh orang yang tak lain adalah pamannya sendiri, Anwar Usman. Publik kembali geleng-geleng kepala.

Tapi keputusan Jokowi mendukung Prabowo sebagai bacapres sempat membuat publik mengagumi keputusan berani ini. Sebab bukan rahasia umum bila selama beberapa dekade pemerintahannya, Jokowi selalu dicemooh sebagai petugas partai. Namun di akhir periode pemerintahannya, dengan sikap laki dan berani, ia menunjukkan dirinya berani mbalelo dari abdi dalem berubah menjadi ksatria.

Tampaknya keberuntungan berada di pihak Jokowi. Keberaniannya untuk mbalelo dari partainya membuahkan hasil, dengan kemenangan Prabowo dalam pemilihan calon presiden. Hal ini sangat mengejutkan sehingga menimbulkan beragam spekulasi negatif.

Spekulasi negatif yang berkembang adalah keraguan terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai lembaga penghitungan suara. Terhembus kabar kurang mengenakkan yang kemudian terbukti. Yakni adanya kerja sama dengan penyedia jasa penyimpanan server digital asal Cina, Alibaba Cloud. Dan KPU mengakui ada pengadaan dan kontrak komputasi awan (cloud) untuk Sistem Informasi Rekpitulasi (Sirekap) yang digunakan selama Pemilu 2024 sebagaiman dikutip dari TEMPO.CO (15/03/2024).

Kerjasama dengan negara Tiongkok ini tentu saja memantik kecurigaan publik. Sebab bukan rahasia lagi bila Jokowi selalu gencar mempersilahkan negara tersebut untuk menanamkan investasi di Indonesia. Bahkan juga jumlah utang Indonesia yang lumayan besar terhadap negara tirai bambu ini.

Kedekatan hubungan ini yang kemudian menimbulkan spekulasi publik, bahwa suara Prabowo yang mendapat dukungan penuh dari Jokowi digelembungkan oleh server asal Tiongkok tersebut. Kecurigaan kian berlanjut ketika suara partai PSI milik Kaesang, putra ketiga Jokowi juga mengalami peningkatan jumlah suara dengan cepat.

Akibatnya, Jokowi mendapat beragam tamparan negatif. Kecurigaan dan serangan yang menyerangnya bukan hanya dari partai yang telah ditinggalkannya, namun juga dari publik ynag diliputi tanda tanya besar, bahkan sebelum terjadinya pemilu. Belum lagi ketika betikutnya ketua KPU tersandûng kasus asusila. Kian membuat pemerintahan Jokowi tenodai.


Bantuan sosial bagi penjudi online

Hal berikutnya yang menggoyang pemerintahan Jokowi adalah keputusan kontroversial dari lembaga kementeriannya. Ide memberikan bantuan sosial bagi mereka yang terjerat utang dan jatuh miskin akibat judi online.

Publik gaduh, keputusan ini jelas bertentangan dengan hati nurani. Seakan pemerintah siap menjadi agar rakyat negeri ini bertaruh dan bermain judi online tanpa harus takut. Sebab toh setelah hartanya habis dan miskin, negara akan siap menunjang kehidupannya. Bagi pola pikir agamis dan moralis, jelas hal ini melanggar beragam norma. Tapi dari pengusaha judi online, jelas hal ini menggembrakan, sebab bisnis judinya akan terus tumbuh menggeliat.

Penyelidikan kian melebar, hingga terungkaplah bahwa telah sedemikian banyak rakyat negeri ini yang digerogoti judi online dan menjadi pemainnya langsung. Bahkan lebih parahnya lagi, anggota dewan yang terhormat pun berkelindan di dalamnya. Bermain judi saat sidang sola rakyat.

Penelusuran makin mendalam, ditemukan hal miris. Bukan hanya mereka yang dewasa terjerat judi online, tapi juga anak-anak. Bisa dibayangkan seperti apa masa depan negeri ini bila generasi masa depan yang memegang estafet pondasi negeri, justru tenggelam dalam angan-angan kosong tak berkesudahan.


Alat kontrasepsi gratis untuk pelajar

Kontroversi ketiga yang mencuat beberapa waktu terakhir ini adalah ditandatanganinya Peraturan Presiden (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang kesehatan. 

Dalam PP tersebut terdapat berbagai aturan terkait penyelenggaraan kesehatan, yang diantaranya adalah tentang aborsi legal bagi korban pemerkosaan dan kekerasan seksual; upaya kesehatan sistem reproduksi usia sekolah dan remaja; serta larangan sunat bagi perempuan sebagaimana dikutip dalam metronews.com (7/8/2024).

Untuk pasal kesehatan reproduksi, tercantum penyediaan alat kontrasepsi untuk usia sekolah dan remaja. Jelas hal ini menimbulkan sikap keprihatinan mendalam dari masyarakat negeri ini. Telah sedemikian bobrokkah pergaulan remaja?

Pihak Kementerian Kesehatan berkilah bahwa hal tersebut untuk menjaga bagi pelajar yang menikah agar tidak hamil dulu. Pelajar menikah? Bukankah sudah jamak pelajar tidak boleh menikah dulu?

Jelas hal ini diadak-adakan. Sebab dalam konteks pendidikan di Indonesia, tidak ada istilah peljaar yang menikah. Setelah mereka menikah, jelas mereka bukan pelajar lagi.. Hal ini jelas berbeda bagi mahasiswa, pernikahan dapat dilakukan meskipun masih berstatus sebagai mahasiswa. Lalu kenapa alat kontrasepsi tidak ditujukan untuk mahasiswa saja?

Menyediakan alat kontrasepsi untuk pelajar ibarat orangtua memiliki anak yang sukac bermain apiagar tidka bermain api, tentu saja dinasehati, diarahkan tentang dampak negatif bermain api dari beragam norma. Bukannya malah mneyediakan baju pemadam kebakaran anti api. Justru penyediaan baju ini seakan mennatang anak untuk bermain api, sebab toh telah disediakan alat penagkalnya yakni baju anyi api.

Demikian juga dengan alat kontrasepsi yang rencanya akan disediakan untuk pelajar. Seakan menjadi sarana membolehkan pergaulan bebas, toh nanti disediakan alat penangkalnya.Pemerintah seakan menunjukkan keputusasaannya dalam menghadapi pergaulan bebas remaja, hingga kemudian membolehkannya dengan siap menyediakan alat penakalnya. Padahal tanpa adanya peraturan penyediaan alat kontrasepsi, freesex telah meraja lela, apa tah lagi bila dilegalkan.
Sehingga menimbulkan tanda tanya publik. Mungkinkah semua adalah pesan sponsor terselubung dari perusahaan alat kotrasepsi?

Bukankah sejak zaman dahulu bangsa ini sepakat bahw agenerasi muda jangan merokok dahulu. Namun siring waktu kebutuhan ekonomi mendesak, hingg akahirnya pertandingan olahraga yang diikuti remaja dengan sangat terpaksa pun akhirnya disponsori oleh perusahaan rokok yang selama ini dianggap tabu.

Tampaknya pengadaan alat kontrasepsi juga merupakan sebuah pesan sponsor terselubung dari perusahaan yang akan menghasilkan banyak uang ketika pemakainya kian meningkat.

Seperti strategi sebuah perusahaan, apda awalnya akan ditawari refill, barang gratis pada awal pemakain. Namun lama kelamaan ketika ketagihan, maka mau tidak mau, pemakai harus membelinya dengan beragam cara. Bukankah Bandar narkoba juga melakukan hal yang sama saat menawarkan barang dagangannya?

Demikian juga saat alat kontrasepsi pertama diperkenalkan di Indonesia, bukankah banyak ukama yang menentangnya, sebab dengan sebuah pemikiran banyak dampak negtaif dibanding positif. Hingga kemdudian terbukti, alat kontrasepsi memicu pergaulan bebas. Sebab orang tidak takut akan beresiko kehamilan yang trlihat, toh bisa dicegah. Akibatnya, saat ini segala macam model prostitusi merebak, baik offline atau pun online. Bahkan istilahnya kian diperhalus demi menghormati para pemerannya. Bila dahulu disebut pelacur, wanita tuna susila karena dianggap tidak memiliki susila alias hati nurani. Tapi seiring zaman diganti menjadi pekerja seks komersil, mereka dianggap pekerja karena menghasilkan uang. Nirma nirma kan tergerus, sebab sikap kapitalisme dan hedonisme berkelindan, yang penting uang, masalah mati nanti, bahkan boleh jadi dianggap khayalan.

Istilah pelacuran pun diperhalus, mulai dari prostitusi, sebah istilah bule yang diindonesiakan. Hingga dibuat keren dengan sebutan Open BO. Sampai dibuat sinetron, tanpa terpikir dampak negatifnya terhadap generasi negeri ini. Sebab yang terpikir hanya materi. Bukan hanya kapitalisme, segalanya diukur bisnis dan uang, tapi juga hedonisme, plus materialistis. Sehingga tidak heran bila bocah-bocah remaja negeri ini sedemkian mudah menjajakan diri, sebab ditunjang fasilitas mudah dari gawai, serta nilai gengsi dari pekerjaan yang dilakukan. Serta tak dianggap tabu lagi. Karena dianggap bukan pekerjaan hina.yang penting menghasilkan uang, yang penting tidak mengganggu orang

Memang mungkin tidak mengganggu orang, tapi ia melupakan norma-norma dan aturan dasar dalam kehidupan. Ketika hal tersebut sudah ditinggalkan , keyakinan tentang adanya Tuhan sirna, maka akan terlupakan kematian.
Bila sudah demikian Maka yang muncul di benak hanyalah resiko dari tindakan yang dilakukan di dunia saja, seperti terkena HIV AIDS serta penyakit menular seksual lainnya.

Pertanyaan akhirnya adalah, masih adakah Tuhan di negeri ini? Ketika Tuhan hanya menjadi sebuah teori tanpa pengamalan, maka percayalah Pancasila akan tergerus karena sila pertama diabaikan.

 

Sent from Yahoo Mail for iPad

Comments

Popular posts from this blog

Borneo Writers Club, Ajang Berkumpul Penulis Cilik Berbakat Kalimantan

Yang Tersisa dari Upacara Peringatan Kemerdekaan ke-79 RI: Pembawa Baki Bendera yang Terganti

Zionisme, Akar Rasisme Pemicu Genosida Palestina