MERDEKA ATAU KUOTA


Pagi ini cuaca cerah, secerah spanduk yang menggantung di tepi jalan, namun kata-katanya menjadi tidak cerah saat membacanya..... merdeka atau kuota!

Antrian BBM yang menyemut sepanjang SPBU hingga meluber di jalanan memberi sinyal kalau jumlah BBM yang ada tidak sepadan dengan jumlah kendaraan yang ada, entah karena memang tidak mencukupi atau juga ada yang diam-diam nyerobot membelinya dengan jerigen-jerigen tersembunyi.
Kadang kita berada dalam dilema berada di pihak mana apabila terjadi suatu kelangkaan BBM seperti itu, apakah Pemerintah yang terlalu membatasi jumlah BBM atau juga sistem kucing-kucingan dalam penjualan BBM.
Keinginan merdeka atau kuota, sebuah keinginan untuk melepaskan diri dari negara kesatuan Republik Indonesia akibat kekecewaan kuota BBM yang selalu kurang hingga terjadi antrian panjang rasanya memang sesuatu hal yang wajar apabila:

  1. Setelah diperjuangkan melalui opsi, diskusi dan pembicaraan tidak ditemukan jalan pemecahan terbaik
  2. Tidak ada rekayasa/ intrik politik untuk menjatuhkan rezim tertentu
  3. Tidak ada maksud dan tujuan untuk mempertahankan jabatan/ kekuasaan
  4. Kelangkaan betul- betul krisis wajar tanpa usaha penimbunan dan permainan petugas SPBU

Jika hal- hal wajar yang kita peroleh di lapangan, maka wajar juga apabila daerah merasa kecewa dengan pembagian jatah premium yang kurang adil dibanding daerah lain.sama seperti kehidupan rumah tangga, seorang istri yang memberi opsi pada suaminya karena jatah uang belanja yang dirasanya kurang, dan dia memberi pilihan pada suaminya apakah cerai atau menambah uang belanja.
Sekarang tinggal kembali ke Pemerintah, mempelajari situasi secara adil dan teliti dan kemudian menambah kuota BBM pada daerah yang meminta atau hanya mendiamkan namun menimbulkan gejolak kehancuran, demo dan isu pemisahan daerah dimana-mana. Alangkah adilnya bila dua pihak saling mendinginkan pemikiran, daerah tidak sebentar-bentar mengancam pemisahan, dan pemerintah pusat lebih arif dalam bersikap, sebab di era reformasi yang agak kebablasan ini, kadang sikap berpikirpun dianggap diam dan bodoh, semoga kita bukan bagian orang-orang yang mengatakan dirinya Reformis sejati namun pada kenyataannya Anarkhis sejati!

Comments