KATANYA KEBEBASAN, UPDATE STATUS KOK DIINTIMIDASI ?
Update status aaaah.....

Jaman kebebasan telah merebak dimana-mana, asalkan tetap sesuai aturan dan norma-norma kita bebas mengekspresikan kebebasan kita, namun ada dua sisi yang bertolak belakang yang mengacaukan semua makna kebebasan yang menjamin stabilitas politik dan sosial sebuah negara:

  1. Mereka yang mengekspresikan kebebasan dengan semaunya sendiri tanpa mengindahkan aturan dan norma
  2. Mereka yang membatasi para pendamba kebebasan tanpa memperdulikan aturan dan norma

Seandainya dua pihak yang bertolak belakang tersebut dapat menghormati aturan dan norma-norma yang ada, penulis yakin tidak ada tindakan anarkhis dalam mengekspresikan kebebasan itu.


Tulisan ini bermula dari pengalaman Penulis yang mengupdate status di sebuah akun sosial, keinginan share dan feedback yang diberikan antara Penulis, Comentator dan Likers merupakan juga sebuah kebebasan, namun setelah berjalan sekian waktu, update status yang seharusnya menjadi sebuah ajang diskusi pertukaran pikiran berubah menjadi panas karena ketidak mampuan salah seorang Comentator dalam menjaga kecerdasan komunikasi dengan pelanggaran aturan dan norma.


Penulis membuka diri terhadap semua kritik tajam ataupun perbedaan pendapat dalam menyikapi sesuatu, tapi bukan berarti si Comentator bebas mencaci maki tanpa bukti dan alasan tepat, hingga lebih tepat penghamburan fitnah dan pencemaran nama baik, seandainya bukan di dunia maya mungkin hal tersebut bisa diperkarakan di pengadilan. 
Sekian lama online dan mengupdate status Penulis sering menemui hal seperti itu, dan memang bukan hal baru sebab Comentator dan Likers kita berasal dari latar belakang yang beragam, sebagai orang yang lebih memahami beragam karakter manusia Penulis masih memberi banyak kesempatan pada Comentator yang kurang mengindahkan norma untuk digiring ke sebuah opini pentingnya etika meskipun di dunia maya, namun apa kenyataan yang dihadapi, bukannya memiliki rasa empati dan toleransi, mereka bahkan terkesan menjadi-jadi dan kemudian mengintimidasi, seperti pribahasa diberi hati malah menginjak-injak kepala, padahal untuk mengekspresikan suara hati yang dirasa cocok dengan hati mereka, mereka bisa menuangkannya sendiri melalui status yang mereka update, entahlah ternyata tidak mudah mengajak komunikasi baik-baik dengan sosok yang tak terbiasa untuk menerima warna lain dalam kehidupan ini. 
Dan tanpa harus membuang waktu hanya untuk melayani comment mereka yang jauh dari etika dan norma, pemblokiran adalah jalan terakhir yang Penulis anggap terbaik, sebab sayang sekali waktu terbuang hanya untuk debat kusir dengan mereka yang kurang mengerti aturan dan norma, masih banyak pemikiran- pemikiran yang ingin dituangkan Penulis melalui tulisan dan update status baru.


Dengan memahami bahwa ekspresi kebebasan adalah tetap mematuhi aturan dan norma, tidak ada salahnya seseorang mengupdate status, sementara orang lain sebagai apresiator, pendukung, penentang tanpa harus mengintimidasi dan menyinggung unsur SARA(Suku, Agama, Ras, Aliran kepercayaan).


Ekspresi kebebasan dengan mengupdate status sah-sah saja, sebab sebuah kejadian di belahan barat sana, ketika seorang pria penumpang pesawat yang menyalurkan kekesalannya melalui twitter akibat penerbangan yang ditunda terus, dia mengancam akan meledakkan bandara beserta semua yang ada di dalamnya. pihak airport yang tidak terima memperkarakannya di pengadilan, namun pengadilan memenangkan pria tersebut dengan alasan segala macam kicauan pria tadi di akun sosial hanyalah sebuah lelucon!   

Comments