Selamat! Anak PKI Boleh Jadi Tentara

Ilustrasi tentara (pic: en.wikipedia.org)


PKI memang telah mati tapi ideologi komunis tidak pernah mati, China yang berhaluan komunis membuktikannya dengan menjadi negara ekonomi terkuat nomor dua dunia setelah Amerika 




Publik terhenyak. Beberapa waktu lalu Panglima TNI Andika Perkasa mengeluarkan pernyataan membolehkan anak anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) masuk menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kontan saja hal ini membuat masyarakat heboh, sebab PKI pernah menorehkan sejarah kelam dengan dua kali pemberontakan berdarahnya di Indonesia.


Bukan tanpa alasan jika masyarakat mengkhawatirkan hal tersebut,  karena pembolehan dilakukan oleh seorang panglima tertinggi pemimpin pasukan bersenjata di negara ini, yang tentunya akan berkaitan dengan keamanan Indonesia.


Kecemasan menyeruak dari mereka yang pernah merasakan sendiri pahit getirnya perlakuan PKI, atau pun dari mereka yang tak mengalaminya sendiri, namun berdasar cerita dari pengalaman orangtua terdahulu, yang pastinya membangkitkan kekhawatiran mendalam tentang masa depan bangsa.



Pecahnya bangsa akibat sejarah kelam


Jika menengok kembali ke belakang tentang sejarah kelam terjadinya dua kali pemberontakan PKi di 1948 dan 1965, yang kesemuanya bertujuan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis. Maka akan mengakibatkan terpecahnya bangsa kita menjadi dua golongan:



Golongan hati-hati


Bagi mereka yang memahami sejarah, sudah pasti paham mengapa PKI menjadi torehan sejarah kelam di Indonesia. Sebagai partai terbesar di Indonesia kala itu, tentu saja memiliki tujuan yang terwujud dalam ideologi yang diusungnya, yakni komunis. Para petinggi PKI kala itu adalah didikan dari China ataupun Soviet, yang tentu saja berideologi komunis, jadi tidak mengherankan bila komunis mendarah daging.


Bukan rahasia lagi jika komunis memisahkan agama dari berbagai segi kehidupan, sebab agama dianggap candu, racun, sehingga harus dipisahkan dari pemerintahan. Tentu saja hal ini bertentangan dengan Indonesia yang menganut Pancasila, yang mengakui adanya Tuhan yang Maha Esa dalam ideologinya.


Sehingga wajarlah bila golongan ini tidak menyetujui hidupnya kembali partai komunis di Indonesia, meskipun PKI telah resmi dilarang, namun kekhawatiran itu menyeruak bila ideologi ini diwariskan pada generasi penerusnya, yakni anak cucunya. Apalagi bila mereka diliputi oleh dendam lama, sebab dalam marah dan dendam, tentu saja yang salah akan terlihat benar, karena mata hati telah tertutup. 


Bahkan yang menjadi kekhawatiran kedua adalah indikasi pergerakan bawah tanah, sepertinya tak ada lagi aroma idiologi komunis, namun diam-diam melakukan dan merencanakan dalam jangka panjang tentang hal tersebut, dengan kamuflase yang tidak pernah dapat diduga.



Golongan tersakiti


Setelah mengalami kegagalan pada pemberontakan pertama di 1948, dan pemberontakan kedua kalinya di 1965, PKI melakukan pembunuhan keji terhadap tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, bahkan gubernur Jawa Timur kala itu, Suryo, dan berakhir dengan tewasnya tujuh pahlawan revolusi. Meski kemudian berbagai kontroversi bermunculan, namun kekejian karena ambisi kekuasaan dengan perubahan ideologi itu telah memicu kemarahan bangsa Indonesia.


Mereka yang merupakan bagian organisasi PKI, meskipun tidak ikut dalam melakukan pembantaian, tetaplah diperlakukan sama seperti aktor intelektual sesungguhnya, karena dianggap sebagai bagian pengkhianat bangsa. Hingga generasi penerusnya menyebut hal tersebut sebagai tidak adil, karena hanya menjadi korban. 


Generasi penerus yang merupakan anak keturunan PKI kemudian menuntut rekonsiliasi dan permintaan maaf dari pemerintah atas ketidakadilan kala itu. Bukan hal mengherankan bila mereka menuntut hal tersebut, sebab mereka sudah bukan anak-anak lagi. Mereka telah berhasil meraih kesuksesan dalam segala hal, termasuk menduduki jabatan istimewa dalam lembaga perwakilan rakyat. Masyarakat heboh setelah mengetahui anak keturunan PKI menjadi wakil rakyat, bukankah yang memilih mereka juga masyarakat banyak? Disinilah terlihat bahwa masyarakat tidak pernah paham dengan pilihannya, hingga kemudian setelah terpilih, barulah merasa kebakaran jenggot.


Melek tentang hukum, termasuk hak dan kewajiban, membuat generasi keturunan PKI mengadakan reuni, mengenang nasib kakek nenek, ataupun orangtua mereka yang pahit. Mereka beranggapan para pendahulunya hanya sebagai korban dari kebijakan masa lalu yang tidak pandang bulu. Karena itu mereka menuntut rekonsiliasi, itulah kenapa pengadilan internasional di Denhaag Belanda beberapa waktu lalu memutuskan, agar Indonesia meminta maaf terhadap anak cucu PKI.


Bila demikian yang dikehendaki, maka harus kemanakah para generasi penerus dari tokoh agama, tokoh masyarakat, Gubernur Suryo, dan pahlawan-pahlawan anumerta akan  menuntut permintaan maaf, sebab mereka juga menjadi korban pembantaian dari ambisi PKI kala itu?


Kita tentu saja tidak ingin pertumpahan darah antar anak bangsa kembali terjadi. Sehingga kita ingin melangkah maju menutup masa lalu, dengan tidak membenci keturunan PKI, karena mereka saudara kita sebangsa dan setanah air. Maka sudah sehatusnya juga mereka melakukan hal yang sama, menutup dendam lama dan tidak lagi ada niatan untuk  melanjutkan keinginan pendahulunya mengganti ideologi negara pancasila dengan komunis.


Sebagai partai terlarang, PKI  memang telah mati, namun ideologi komunis yang diusungnya tidak permah mati.



PKI telah mati tapi ideologi komunis tidak pernah mati


Terlepas dari kontroversi bahwa pemberontakan PKI dan pembubarannya adalah setingan CiA, bisa saja benar, nmaun tak ada bukti tentang hal tersebut. Yang pasti saat itu, dunia terpecah menjadi dua blok. Setelah terjadinya perang dunia kedua, dunia berada  pada kondisi perebutan pengaruh kekuatan dua blok, yakni barat dan timur. Meskipun Indonesia adalah negara netral yang kemudian membentuk organisasi nonblok, toh kekuatan blok dunia ikut dominan mempengaruhi.


Kala itu Soekarno sangat kecewa terhadap blok barat karena tidak peduli dengan penderitaan Indonesia yang baru merdeka dan memerlukan bantuan, namun tak digubris Amerika dan konco konconya. Akibatnya Soekarno berubah haluan pada blok timur, yang saat itu dikomandani Rusia, yang bersedia merengkuhkan tangannya untuk membantu Indonesia. Karena itulah muncul slogan "Go to hell Amerika."


Kemesraan Indonesia dengan Rusia, terutama RRT (Repulik Rakyat Tjina) kala itu, tentu saja diikuti banyaknya pengiriman pemuda Indonesia Indonesia untuk menimba ilmu di negara tersebut, dan pastinya mempelajari serta berkenalan dengan satu-satunya ideologi disana, yakni komunis,  yang sedikit banyak mempengaruhi pola pikir mereka. Kemesraan nilah yangmembuat Amerika ketar ketir, sebab ada kekuaan blok timur yang bercokol dan mempengaruhi Indonesia.


PKI yang mendapat dukungan penuh dari blok timur, sehingga melahirkan ide dari Soekarno agar komunis dapat bersanding dengan agamis, meskipun secara logika bertentangan, and toh muncul penyatuan itu dengan sebutan "Nasakom" yang merupakan kepanjangan nasionalis, agama, komunis.


Sehingga kemudian muncul berita yang beredar bahwa Soeharto dan para pahlawan revolusi adalah orang orang yang teguh membela ideologi pancasila, dan kebetulan didukung oleh blok barat yang notabene CIA. Hal itulah yang kemudian menjadi awal pertentangan antar anak bangsa, hingga pada titik puncak dengan gugurnya para penentang ideologi komunis.


Terlepas dari apa pun kontroversi yang terjadi, tetap ada niatan baik dari Soeharto untuk menyelamatkan ideologi negara ini dari rongrongan komunis. Sebab kita tidak akan melupakan sejarah, bagaimana tidak berperikemanusiaannya perlakuan PKI terhadap para guru, ulama, dan tokoh publik, seperti gubernur Jawa Timur Suryo kala itu.


Sejarah telah tertoreh dan tak bisa dihapus begitu saja, meskipun diubah dan direkayasa dari ingatan manusia, toh Tuhan Maha Tahu. Sepeti apapun tuduhan rekayasa  ataupun indikasi keterlbatan intelijen di dalamnya, toh tetap ada sejarah kelam yang mencatat bahwa pernah ada upaya penggantian ideoloi pancasila dengan komunis. 


PKI memang telah mati, sebab sebagai sebuah partai telah menkhianati negara kita yang keduakalinya, namun jangan lupa, ideologi komunisnya tidak akan pernah mati!Mungkinkah generasi anak keturunan PKI masih mewarisi dengan kuat ideologi tersebut?  Sebab pewarisan dan penanaman ideologi komunis secara diam-diam hingga mendarah daging, dikhawatrkan akan menjadi bom waktu yang  sewaktu-waktu bisa meledak, apalagi jika dibumbui dengan dendam lama akibat sejarah kelam negeri ini. 


Siapa pun ingin hidup damai, tenang, dan rentram. Hal tersebut dapat terwujud jka tidak ada lagi niatan tersembunyi dan dendam lama yang ditutup tutupi.


PKI telah mati, tapi komunis tidak pernah mati. Banyak orang secara salah kaprah menyebut komunis bukan lagi sebuah pilihan, dan lama kelamaan akan mati dengan sendirinya. Namun dengan gonjang-ganjingnya keadaan negara-negara di dunia setelah dihajar pandemi, komunis menjadi dagangan paling laku. Apalagi telah ada bukti nyata melajunya China dengan pesat, dari negara yang dahulu miskin, kini menjadi negara besar dengan ekonomi terkuat nomor dua dunia setelah Amerika. 


China adalah negara dengan komunis sebagai satu-satunya pilihan ideologi yang dipuja. Berakibat, bila ada warganya yang memiliki pujaan selain komunis, maka dengan tangan besi akan dirubahnya. Siapa pun tidak boleh memiliki pujaan berlebih, hingga memiliki banyak pengikut, sebba hal itu dianggap telah melangkahi dan menginjak-injak kesakralan ideologi komunis. Itulah kenapa setiap ajaran agama ataupun keyakinan apa pun, bahkan bintang film pun, jika memilki banyak pengikut, maka akan diberangus oleh negara tirai bambu ini. Masih ingat bagaimana nasib Suku Uighur atau Bintang Mandarin Vicki Zao? Mereka dihapuskan dari sejarah.


Ideologi komunis akan tumbuh subur di tengah kemisknan, sebab memiki pinsip "sama rasa sama rata." Sepintas memnag sangat menawarkan keadilan bagi setiap orang.  Namun pada kenyataanya, justru penguasalah yang menikmati segalanya. Akibatnya sering teradi pelanggaran hak asasi manusia (HAM) karena perampasan hak yang sewenang-wenang. Contoh paling mudah selain China, adalah Korea Utara. Bagaimana rakyatnya bisa hidup kekurangan sementara Kim Jong Un hidup dalam kemewahan menikmati segala macam fasilitas elit dalam istananya? Atau juga pamannya yang tewas dihapuskan dari sejarah, hanya karena kecurigaan akan merebut kekuasaannya.


Hal itupun pernah terjadi di negara kita saat partai yang berhaluan komunis merajai. Kita tidak ingin sejarah kelam kembali terulang. Anak keturunan PKI tentu boleh menjadi apa saja, jangankan TNI, sekarangpun banyak dari mereka yang telah menjadi wakil rakyat di lembaga legislatif. Namun satu yang menjadi catatan penting, berhenti mengobarkan dendam lama dengan keinginan merubah idiologi negara Indonesia.


Hanya itu satu-satunya cara agar sejarah kelam tidak terulang lagi dinegara ini. Kita ingin kembali saling menghormati dan menghargai hak-hak anak bangsa, dengan tidak mengusung lagi ideologi komunis yang pernah melukai bangsa kita, sebab para pendiri negara  ini telah sepakat bahwa ideologi kita adalah pancasila.


Pemberontakan PKI dalam sejarah memang sudah seharusnya tak dilupakan begitu saja, namun juga bukan berarti hal tersebut menyebabkan bangkitnya dendam lama. Sudah saatnya semua pihak yang terjebak dalam pertikaian bangsa yang membawa pertumpahan darah dan air mata ini menahan diri, mengendalikan diri, dan menghapus dendam lama demi persatuan dan kesatuan negara Indonesia tercinta.


Stop mengulik sejarah kelam negeri ini. Jika masyarakat telah menerima anak PKI sebagai saudara sebangsa dan setanah air, maka sudah seharusnya anak PKI juga harus siap untuk menghapus dendam lama dengan berhenti menuntut rekonsiliasi, serta membuang jauh keinginan mengganti ideologi negara kita. 



Mari menutup masa lalu, dengan kembali bangkit menjadi satu nusa, satu bangsa, dan satu ideologi, Pancasila!.


 

Comments