Dugaan Kekerasan Seksual Dimunculkan Kembali, Mungkinkah Brigadir Joshua Menjawabnya?

 

Kasus Brigadir Joshua (pic: tribunnews.com)


Mencuatnya kembali dugaan kasus pelecehan seksual yang disuarakan Putri Candrawati dengan dibumbui adegan gendong-menggendong dan sebagainya membuat pihak keluarga mendiang Brigadir Joshua merasa hal tersebut adalah sebagai pemutarbalikan fakta



Kasus Sambo kian rumit dan membingungkan. Bagaimana tidak, setelah publik sadar dan waras beberapa waktu lalu tentang rekayasa kasus, tiba-tiba dalam rekonstruksi terbaru kembali bengong dan dihadapkan pada sebuah kenyataan reka ulang yang penuh tanda tanya.


Pelecehan seksual yang dilaporkan istri Sambo Putri Candrawati beberapa waktu lalu telah ditolak polisi karena dianggap kurang cukup bukti, bahkan akhirnya disebut sebagai laporan palsu, sehingga tidak ditindaklanjuti. Namun kemudian saat rekonstruksi terbaru, justru adegan kekerasan seksual tersebut ada dan diperagakan.


Publik terhenyak dan bertanya-tanya, ada apa lagi dibalik semua ini. Bagaimana mungkin sebuah laporan yang sudah dinyatakan kepolisian sebagai laporan palsu, namun saat rekonstruksi kembali ada dan dihadirkan. Sehingga menimbulkan kesanksian publik tentang keabsahan rekonstruksi.



Dugaan kekerasan seksual dimunculkan kembali?


Belum habis rasa bengong publik, ternyata makin kembali terbengong-bengong, sebab terjadinya kekerasan seksual pada PC diamini oleh Komnas HAM. Bahkan Ketua Komnas HAM Taufan Damanik menyebut bahwa keterangan pacar Brigadir J yang menyebut adanya ancaman justru bisa memperkuat kesaksian pelecehan seksual terhadap Putri.


Kejadian kekerasan seksual yang dialami dan diadukan Putri kepada Ferdy Sambo telah dimasukkan ke dalam berita acara pemeriksaan (BAP), sehingga Komnas HAM meminta polisi mendalami dugaan pelecehan seksual di Magelang secara ilmiah. 


Setali tiga uang dengan Komnas HAM, Komisi Nasional (Komnas) Perempuan juga menyebut adanya dugaan kekerasan seksual yang menimpa Putri Candrawathi di Magelang, Jawa Tengah. Brigadir J diduga melakukan pemerkosaan pada 7 Juli 2022 sore hari, Kuat Ma'ruf yang kemudian menemukan istri Ferdy Sambo itu di depan kamar mandi. Bahkan Brigadir J disebut sempat mengancam akan menyakiti anak-anak Putri jika menceritakan peristiwa tersebut.


Mencuatnya kembali dugaan kasus pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir Joshua dengan dibumbui adegan gendong-menggendong dan sebagainya, membuat pihak keluarga mendiang Brigadir Joshua merasa hal tersebut adalah sebagai pemutarbalikan fakta, sebab Joshua tak memiliki latarbelakang amoral seperti yang dituduhkan. Hingga mereka menduga adanya indikasi rekayasa, persis seperti kisah Nabi Yusuf yang dijebak istri majikannya.


Indonesia kembali gamang dalam keraguan, siapa aktor paling berperan dalam pemutarbalikan fakta kejadian sesungguhnya. Bagaimana mungkin sebuah laporan yang sudah dinyatakan palsu hingga ditolak laporannya, namun kemudian dihidupkan kembali dalam rekonstruksi. Dan hal itu terjadi dalam rekonstruksi kasus di Indonesia.


Diawali dari mencak-mencaknya para pengacara Brigadir Josua karena tidak dilibatkan dalam proses rekonstruksi, hingga kemudian ditolak mentah-mentah, menimbulkan tanda tanya tentang sebuah rekonstruksi yang diadakan, benarkah sesuai dengan kejadian sesungguhnya, ataukah kembali mengulang skenario rekayasa terbaru? 



Ganti pengacara ganti pengakuan


Pada mulanya publik sempat tercengang dengan berita adanya kejadian polisi saling tembak menembak, ternyata hal ini adalah sebuah rekayasa awal yang terjadi.

Kemudian publik disuguhkan sebuah kisah tragis bahwa peristiwa tembak-menembak adalah akibat sang korban yang tertembak telah melakukan pelecehan seksual terhadap istri komandannya, yang kemudian dipahami publik sebagai rekayasa kedua. 


Hingga kemudian kepolisian menolak laporan pelecehan seksual sang istri komandan karena dianggap laporan palsu. Sebab pelaporan dinilai sangat meragukan, sebuah pelecehan bisa berpindah-pindah tempat, saat laporan pertama disebutkan lokasi pelecehan di Duren Tiga, namun setelah adanya pengakuan Bharada E, lokasi pindah di Magelang. Jelas terlihat rekayasa karena kasus berpindah-pindah tempat.


Saat didampingi pengacara pertamanya, Bharada E  tak pernah membuat sebuah kesaksian yang mengejutkan. Namun setelah berganti ke pengacara kedua, mulailah segalanya terkuak, hingga kemudian laporan palsu PC pun terkuak.


Tetapi entah mengapa kemudian, pengacara Bharada E tiba-tiba diganti, yang menurut versi pengacara keduanya Deolipa, diganti tanpa persetujuan pengacara kedua ataupun Bharada E sendiri, berdasar bukti tak adanya penulisan jam seperti perjanjian diam-diam yang dibuat Bharada E dengan Deolipa.


Setelah berganti dengan pengacara ketiga, kesaksian Bharada E mendadak berubah, jika sebelumnya dia mengaku sebagai eksekutor utama Brigadir J, namun dalam perubahan pengakuan setelah berganti pengacara, dia menyebut eksekutor utama penembakan adalah Ferdi Sambo, sebab saat memasuki ruangan kamar dia melihat Brigadir Josua tergeletak, sedangkan tangan FS yang memegang pistol glock sudah berlumuran darah.


Publik kembali geleng-geleng kepala, pengakuan yang benar mana nih? Apakah ada kaitan perubahan pengakuan dengan  pergantian pengacara? 



Pelecehan seksual sebagai pemutarbalikan fakta?


Menyeruaknya kembali tudingan pelecehan seksual yang diarahkan pada Brigadir Josua menunjukkan kasus ini sangat berbelit karena berada pada kisaran kesaksian Sambo. Padahal hal tersebut sebelumnya telah ditolak laporannya oleh polisi sebab dianggap laporan palsu. Lalu mengapa dugaan ini mencuat kembali setelah sebelumnya telah ditolak polisi?


Keluarga Brigadir Josua menyebut tudingan pelecehan seksual yang diklaim PC sebagai pemutarbalikan fakta, sebab perilaku J tidak seperti yang dituduhkan, sehingga bisa jadi kasus ini justru sengaja diputarbalikkan, padahal justru PC yang melakukan pelecehan. Namun karena kepergok Kuat Maruf, tentu saja hal yang memalukan, apalagi istri komandan, sehingga diputarbalik seakan Brigadir J yang melakukannya.


Publik menganggap emesraan dan perhatian pasangan FS dan PC saat rekonstruksi sebagai sebuah kepura-puraan untuk mengelabui publik tentang dahsyatnya motif di balik kejadian yang sesungguhnya.


Masyarakat kembali disuguhkan dengan sebuah kenyataan baru melalui rekonstruksi. Awal mula kasus yang direkayasa, hingga kemudian terbongkar, mungkinkah akan kembali memasuki rekayasa babak baru sebuah rekonstruksi?


Meskipun gelisah menunggu disuguhi  cerita versi model terbaru, namun publik tidak bodoh lagi. Apalagi publik yang sudah kenyang kisah-kisah detektif paling cerdik sedunia, pastilah hanya  melengos, bahkan tersenyum dingin dengan runutan rekonstruksi baru yang ditunjukkan.


Namun bagi publik yang masih awam pastilah tidak begitu memahami rekonstruksi kejadian sesungguhnya, dianggap sama persis meskipun sejatinya tidak sama. Bila sudah demikian, maka tidak akan ada lagi kesempatan untuk pengembalian nama baik Brigadir Josua, sebab toh dianggap memang benar melakukan pelecehan seksual. Kini hanya Tuhan dan Briigadir Josua yang mengetahui kejadian sesungguhya, apa dan mengapa jasadnya secara sadis dibiarkan terkapar satu jam begitu saja di lantai.


Satu hal misteri yang dapat membuka tanda tanya publik sesungguhnya adalah rekam jejak digital percakapan di grup WhatsApp sesaat sebelum dan sesudah pembunuhan Brigadir J, tapi sayangnya ada yang telah menghapusnya. Namun adanya transfer uang dari rekening Joshua sesaat setelah dia meninggal, menunjukkan bahwa betapa biadabnya peristiwa tersebut, bukan hanya nyawa, uangpun dijarahnya.

  

Bahkan tak cukup sampai disitu, perusakan barang bukti juga dilakukan dengan membersihkan riwayat panggilan telepon dan data kontak, beberapa foto dari ponsel  dihapus, termasuk jasad Brigadi J setelah ditembak. Foto itu ditemukan Komnas HAM di recycle bin ponsel.


Publik kian meragukan rekonstruksi terbaru, ada banyak kisah rekayasa dibalik kekejaman penelantaran jasad sesaat setelah dieksekusi.  Motif apa yang membuat pelaku bisa sedemikian keji melakukannya? Yakinkah hanya berupa pelecehan seksual terhadap istri komandan, yang ujung-ujungnya tenyata laporan palsui?


Apabila memang Brigadir J melakukan pelecehan, lalu mengapa PC sebagai korban pelecehan masih chath dengan adik sang pemerkosanya sambil tertawa bahagia? Bukankah sejatinya bila dilecehkan adalah sikap trauma dan ketakutan, bukan malah memvideo sang pelaku yang sedang menyetrika, lalu memujinya seperti versi pengacara Brigadir J? Dan seandainya pun terjadi pemerkosaan, bukankah sebagai istri seorang Jenderal bisa segera melapor polisi dan melakukan visum saat kejadian?


Satu hal lagi yang paling menyeruak yakni Kuat Maruf melarang Brigadir J naik ke atas menemui PC karena bisa menyebabkan sakit. Kabar yang kemudian beredar "sakit" itu dipresentasikan sebagai akibat pelecehan terhadap PC. Namun publik meyakini bahwa sakit yang dimaksudkan adalah bukan pelecehan, namun ada peristiwa sebelumnya yang disaksikan Brigadir J, kemudian diceritakan pada PC, yang mengakibatkan shock.


Saat ini publik masih menunggu motif sesungguhnya yang sampai detik ini masih tertutupi dengan sangat rapat. Motif yang menjadi alasan utama penyebab sadisnya kematian Brigadir J, penyebab CCTV disebut rusak karena petir, lebih dari sebuah kehormatan dan harga diri.



Motif sesungguhnya, hanya sebagian publik cerdas bisa menebak, Namun yang pasti  Tuhanlah yang paling Maha Tahu, dan juga Brigadir J juga tahu, tapi tak bisa bercerita apa-apa lagi.


Publik berurai air mata, Indonesia menangis.

Comments