Bayi-Bayi Sekarat di Inkubator, Israel Paranoid?

Bayi bayi korban Israel di Gaza (pic: tempo.co)


Setelah lebih dari 18 rumah sakit dibombardir Israel di Jalur Gaza, Palestina. Kini giliran rumah sakit Al-Shifa milik Indonesia pun tak luput dari sasaran kecurigaan negara zionis


Kecurigaan yang terus menerus telah menghilangkan akal sehat, seakan mengindikasikan gejala paranoid yang kian parah. Sehingga panjangnya terowongan Hamas yang diklaim lebih dari 200 kilometer, dindikasikan berlokasi pada ruang bawah tanah rumah sakit.

Tetapi dugaan yang selalu meleset menjadi pemicu terjadinya bencana besar. Dengan memborbardir rumah sakit tentunya meninggalkan beragam permasalahan, seperti terhentinya pengobatan medis terhadap pasien. 

Bukan hanya mereka yang terluka parah akibat gempuran pesawat tempur, Bahkan mengorbankan mereka yang harus selalu terhubung dengan peralatan medis, seperti cuci darah dan jantung. Israel seakan malaikat pencabut nyawa yang memutuskan pasokan listrik dan membabi buta menyerang dengan pesawat tempurnya. 


Bayi mati perlahan dalam inkubator

Diantara ribuan korban yang tewas atau pun terluka di seluruh rumah sakit, terdapat ratusan bayi prematur karena ibu mereka melahirkan dalam kondisi psikologis terguncang akibat gempuran pesawat Israel. Bayi-bayi tersebut sudah pasti membutuhkan pasokan tenaga listrik untuk inkubator mereka. Namun alat penolong ini tak dapat dijalankan karena pasokan listrik telah diputus oleh zionis, sementara bahan bakar pun diblokade.

Bahkan yang lebih mengenaskan, generator penggerak cadangan pun akan padam dalam hitungan beberapa jam saja. Yang sudah dapat dipastikan, akan berimbas pada sekaratnya bayi-bayi dalam inkubator secara perlahan.

Namun hal tersebut tak menyentuh nurani Israel. Mereja tetap memborbardir banyak rumah sakit, bahkan yang terbaru adalah rumah sakit Al Shifa milik Indonesia.
Klaim IDF bahwa ruang bawah tanah rumah sakit dipergunakan sebagai markas Hamas, seakan menjafi kata pembenaran perilaku keji tersebut.

Banding terbalik dengan media-media barat yang lebih menunjukkan empati besar terhadap penderitaan warga Israel. Seperti trendingnya pemberitaan, bahwa banyak warga Isarel yang terpaksa harus mengungsi ke hotel karena serangan roket Hamas. Tinggal berdesakan bersama sepuluh anggota keluarga lain dlaam kamar hotel yang sempit. 

Penderitaan di hotel terus digaung-gaungkan bagi warga zionis yang terbiasa hidup nyaman tanpa agresi. Lalu bagaimana dengan para pengungsi Palestina, apakah mereka juga tinggal di dalam hotel? Mereka telah terbiasa tidur beratapkan langit, beralas tanah, mandi dan mencuci dengan air laut. Bahkan banyak anak yang kehilangan orangtua karena tewas dibombardir, berkeliaran tanpa makan di jalan-jalan.

Bahkan yang tak kalah menjadi trending topik adalah anjing-aning milik warga israel yang gelisah dan tidak bisa tidur karena dentuman roket israel. Media barat luar biasa, kalau dengan anjing saja mereka memahami penderitaannya, llau sampai sejauh mana mereka kemahami penderitaan warga Jalur Gaza yang tidak bisa tidur nyenyak akibat tiap menit dihangan rudal-rudal pesawat tempur Israel. Tampaknya nasib anjing masih lebih baik dibanding nasib warga Palestina yang manusia.

Pemberitaan sebagai skema penguasaan barat tentu saja menjadi sasaran empuk propagandanya. Seperti saat jurnalis CNN Monique, yang memberitakan tentang ditemukannya jasad-jasad bayi di pemukiman Israel akibat dipenggal Hamas. Berita yang konon katanya didapatkan langsung dari Perdana Menteri Benyamin Netanyahu serta laporan langsung tentara IDF di lapangan ternyata tak terbukti dan hanya hoaks belaka. 

Hal ini menunjukkan berapa intensnya media barat dalam melakukan propaganda pemberitaan. Sehingga dapat diambil kesimpulan, bahwa selama berabad-abad, dunia tunduk patuh pada agenda mereka.

Dengan dalih menangkap komandan dan anggota Hamas, justru rakayat sipil yang menjadi sasaran empuk. Bahkan juru bicara Netanyahu dalam sebuah wawancara di sebuah televisi, pernah keseleo lidah menyebut bahwa memang rakyat sipillah yang menjadi target utama.


Siapa playing victim sesungguhnya?

Sungguh mengenaskan nasib warga Palestina, menjadi sasaran empuk untuk dihabiskan dengan dalih terselipnya anggota Hamas di antara mereka. Telah lebh dari sebelas ribu warga yang tewas. Bukan hanya wanita, anak-anak, dan warga lanjut usia, bahkan bayi-bayi tak berdosa pun turut menjadi sasaran. 

Lalu apa dosa dan kesalahan bayi-bayi itu? Apakah mereka anggota Hamas? Jangankan ikut berperang, bahkan pakai popok pun belum bisa, kenapa turut menjadi korban? Jadi siapa sesungghnya yang paling biadab diantara yang biadab?

Hal ini terus berlangsung. Seakan menunjukkan bahwa dunia tak berdaya saat melihat Israel bersama konco-konconya beramai-ramai menghabisi warga Palestina. Menghujani Gaza dengan bom fosfor yang telah dilarang dalam peperangan, sebab dapat menyebabkan korbannya luka bakar seumur hidup. Bahkan dunia cuma "plonga-plongo" saat bayi-bayi Palestina sekarat perlahan di inkubator akibat diputusnya pasokan listrik oleh zionis
.
Oalah Israel iki piye....? 

Sedemikian paham penderitaan warganya yang mengungsi berdesak-desakan tidur di hotel akibat dentuman roket Hamas, namun tidak memahami penderitaan warga Palestina yang setiap menit dibombardir rudal oleh pesawat tempurnya? Jangankan mengungsi ke hotel, bisa tidur tenang di pinggir jalan saja sudah syukur alhamdulillah.

Sedemkian manusiawi dan memahami penderitaan anjing warganya yang trauma dan melolong setiap hari akibat roket yang diloncurkan Hamas. Namun kenapa tak memahami penderitaan wanita Palestina yang terpaksa menelan pil penunda haid karena tak adanya pasokan pembalut. Tak memahami traumanya anak-anak Palestina yang setiap menit selalu dijatuhi rudal lalu sekarat perlahan di bawah reruntuhan bangunan akibat tak ada buldoser untuk mengevakuasi. Atau juga bayi-bayi tak berdosa yang detik demi detik menunggu berhentinya nafas akibat tak bekerjanya inkubator akibat tak ada pasokan listrik.

Ini bukan tentang membela Palestna. Tapi ini pemikiran dan suara nurani tentang pelanggaran hak asasi manusia secara masif, yang justru dilakukan oleh sekumpulan negara yang katanya paling menghormati HAM. Melakukan pelanggaran hukum perang internasional serta pelanggaran hak warga sipil, kegilaan bom fosfornya,dan pembunuhan karakter suatu bangsa dengan propaganda tak bertanggungjawab.

Welahdalah saya kembali tercenung, sedemikian "memel"nyakah Israel? Jangan jangan karakter itu yang menjadi penyebab nenek moyangnya diuber-uber Firaun dahulu kala, atau juga penyebab terjadinya Holocaust saat Hitler?

Saya cuma bengong, sambil mereguk kopi susu hangat, namun terhenti. Teringat warga Palestina. Sempatkah mereka ngopi di tengah gempuran pesawat tempur? 

Tak ada tempat aman di bumi Palestina. Semua dikuasai Israel dengan senjata mematikannya. Rumah sakit, rumah ibadah, sekolah, yang dalam hukum perang internasional tidak diperbolehkan diserang, justru menjadi sasaran empuk Israel atas nama pembelaan diri.

Air mata menetes ke dalam cangkir kopi susu, saya tak jadi minum. Terbayang penderitaan bayi-bayi dalam inkubator runah sakit yang menangis meronta-ronta, menunggu kematian karena tak ada pasokan listrik.

Kehidupan Palestina pahit.... sangat pahit.


Mari bertanya pada hati yang terdalam, siapa playing victim yang sesungguhnya.

Comments