Hati—Hati, Kebiasaan Ini Bisa Membuat Anak Menjadi Psikopat!
Foto: lakeside.net |
Memiliki anak bagi orangtua merupakan anugerah dan kebahagiaan terbesar. Namun membesarkan mereka tidak semudah yang dibayangkan, sehingga orangtua perlu memahami banyak hal
Banyak orang beranggapan bahwa sifat psikopat yang dimiliki seseorang hanya berasal dari gen DNA atau keturunan. Mungkin ada benarnya, namun cara mendidik yang salah pun bisa menciptakan seorang anak yang tadinya bersih murni tiba-tiba berubah menjadi psikopat.
Setiap orangtua pastinya tidak menghendaki hal tersebut akan terjadi pada anak-anaknya. Oleh karena itu, sebagai orangtua yang baik perlu mengetahui hal-hal apa saja yang bisa menyebabkan hal tersebut.
Orangtua tidak mengajarkan empati
Ketika orangtua tidak pernah mengajarkan sikap empati pada anak, maka hal tersebut dapat mengakibatkan anak tidak memahami tentang empati. Ia tidak tahu bagaimana cara membaca perasaan, pikiran, atau pun penderitaan orang lain.
Bahkan lebih parahnya, adalah ketika orangtua tidak mengajarkan empati, sementara di sisi lain juga tidak mempedulikan kondisi dan kegelisahan anaknya. Kesibukan bekerja merupakan salah satu pencetusnya, sehingga menyerahkan segala sesuatu uruusan tetek bengek anak sepenuhnya pada pembantu.
Sehingga jadilah si anak menjadi anak pembantu. Maka tak mengherankan, ketika si anak dewasa kelak, ia menjadi tidak empati terhadap keadaan orangtua yang sudah udzur. Bahkan bisa jadi tanpa berdiskusi dengan orangtua, tiba-tiba ia membuang orangtunya ke panti jompo.
Selain orangtua yang sibuk bekerja. Orangtua dengan gangguan mental dan kejiwaan juga bisa mempengaruhi perilaku anak untuk tidak empati pada keadaan orang lain. Sebab secara tidak langsung, ia tidak mendapatkan contoh perilaku tersebut dari orangtuanya.
Anak tidak diajarkan menyayangi hewan
Mungkin kita pernah melihat anak-anak yang memiliki kegemaran menyiksa hewan, mengadu, melukai, bahkan yang lebih miris lagi, menghilangkan nyawa hewan-hewan lemah tak berdaya.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Dari penelusuran yang mendalam adalah dangkalnya sikap orangtua dalam mengajarkan pada anak bagaimana menyayangi makhluk ciptaan Tuhan yang lain, yakni hewan.
Akibatnya sudah bisa ditebak, si anak tidak akan memiliki kepekaan emosi. Baginya melukai dan menyakiti hewan merupakan hal biasa saja, bahkan bisa jadi sebagai pelampiasan dendam karena ia mendapat perlakuan serupa dari orangtua.
Bila hal ini dibiarkan, maka akan membuat emosi dan perasaannya mengalami ketumpulan. Kengerian yang dilakukan bisa bertambah dari hari ke hari.
Orangtua selalu melakukan kekerasan
Kekerasan yang dilakukan orangtua bisa jadi terjadi bukan terhadap anak, namun terhadap anggota keluarga yang lain. Karena setiap waktu selalu disuguhkan hal tersebut, maka anak menjadi menganggapnya biasa, sehingga terpatri dalam hati dan ingatan, sehingga boleh kadi ia akan menirunya, sebab menjadi contoh pembiasaan.
Apalagi bila kekerasan tersebut terjadi langsung pada anak itu sendiri. Maka akan sangat mempengaruhi kondisi mental dan kejiwaannya.
Kekerasan bukan hanya dalam bentuk fisik, misal menampar, memukul, menjambak, atau pun mencambuk anak. Namun bisa juga berupa kekerasan verbal, seperti terus menerus menghina, menghardik, membanding-bandingkan, serta merendahkan anak.
Ketika hal tersebut terjadi terus menerus, maka dapat mengikis kehalusan budi pekertinya. Anak pada awalnya menjadi minder, ketakutan, namun lama kelamaan berujung dendam. Yang kemudian berakibat pada ketidakpekaan terhadap hati dan perasaan orang lain.
Boleh jadi kemudian ia akan menjadi terbiasa untuk membuli temannya, bersikap tidak sopan terhadap guru atau pun orang lain yang lebih tua darinya. Hal tersebut terjadi karena dua kemungkinan. Pertama ia menganggap hal tersebut sebagai hal biasa saja, Kedua adalah sebagai pelampiasan dendam.
Demikian beberapa hal yang dapat membuat sifat anak menjadi psikopat. Tega, tidak peka, dan tidak peduli dengan penderitaan dan kesengsaraan orang lain. Ketika semua orangtua dapat menghindari hal-hal di atas, maka akan tercipta generasi berbudi luhur yang empati terhadap sesama. Semoga!
Comments
Post a Comment