Strategi Propaganda Sang Mantan Intelejen

Presiden Rusia Vladimir Putin (pic: news.detik.com)



Dalam menginvasi Ukraina tampaknya Rusia meniru propaganda dan strategi Amerika saat mengacak-acak Irak, Libya, dan beberapa negara Timur tengah lainnya



Secara mengejutkan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus terhadap Ukraina. Akibatnya rudal-rudal Rusia menghujani beberapa kota di Ukraina. Sebelumnya, Baku tembak terjadi di dekat pelabuhan utama, ditambah suara ledakan menjelang dini hari di Kiev, hingga hari ini sudah tujuh kota di Ukraina dibombardir.


Menurut Ukraina, rombongan pasukan militer Rusia bergerak melintasi perbatasan menuju ke arah timur wilayah Chernihiv, Kharkiv, dan Luhansk. Sementara pasukan  lainnya tiba dari laut di Odessa dan Mariupol bagian selatan. Konflik Rusia-Ukraina kian memanas.



Keahlian konspirasi mantan intelejen


Rusia, dengan percaya dirinya menyebut bahwa tindakannya menyerbu Ukraina adalah untuk melindungi rakyat sipil di dua tempat. Padahal sebelumnya kita tahu bahwa Rusia sengaja mendukung pemberontakan dari golongan separatis di provinsi tenggara Donetsk dan Luhansk demi memudahkan pencaplokan kembali Ukraina, sebagaimana mudahnya mencaplok Krimea dahulu.


Sebagai mantan anggota intelejen Rusia KGB, tentu saja segala tindak tanduk, tingkah laku, dan juga keputusan yang diambil Presiden Rusia, Vladimir Putin sudah pasti berdasar tujuan tertentu. Yang tentunya terstruktur, sistematis, rapi, dan terencana.


Tampaknya Rusia sangat berharap dunia mengamini tuduhannya, bahwa Ukraina  sebagai pecahan Uni Soviet, meskipun berani memerdekakan diri sendiri, namun ternyata memiliki permasalahan kekejaman pelik di negaranya sendiri, yakni melakukan kejahatan kemanusiian dan genosida terhadap warganya sendiri.


Sebuah rekayasa propaganda Rusia, setelah sebelumnya Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah yang dikuasai pemberontak di Ukraina timur, Donetsk dan Luhansk. Apa yang direncanakan mantan intelijen KGB selain membuat  Ukraina keteteran dua kali lipat, menghadapi hantaman separatis dari dalam negeri, dan juga serangan luar wilayahnya, yaitu Rusia.


Tentunya kita tak habis pikir dengan pernyataan Rusia, Ide serangan langsung dari presidennya yang notabene mantan agen intelijen terlatih KGB. Keahlian konspirasi sudah pasti tidak diragukan, keahlian intelijen, dan kemampuan jitu meramu propaganda. Memutar balik sebuah keadaan, yang seharusnya putih, namun dapat menjadi hitam hanya dengan sebuah permainan pengaruh pikiran dan perdebatan.


Meskipun Ukraina sudah jelas 'emoh' bergabung dengan Rusia, terutama diperjelas dengan penolakannya terhadap supremasi Rusia, saat terjadinya revolusi pada 2005 dan 2014,mroh Putin tetap 'ngeyel' membuat keputusan untuk mengadakan operasi militer khusus. Dengan alasan melindungi orang-orang yang menjadi sasaran pelecehan dan genosida dari rezim Kiev selama delapan tahun, Rusia mencari pembenaran berusaha mengadili sendiri negara yang berani melepaskan diri dari bagian kedaulatannya.



Alasan kuat Rusia menginvasi Ukraina


Keinginan kuat Rusia untuk menginvasi Ukraina bukanlah tanpa alasan. Keberanian Ukraina untuk berkiblat menjadi pro-eropa, untuk kemudian memiliki kedekatan psikologis dengan negara-negara barat dengan tawaran manis agar bergabung dengan NATO (North Atlantic Treaty Organization), hal inilah yang membuat Rusia seperti kebakaran jenggot. 


Kekhawatiran dan kemurkaan Putin jelas beralasan, sebab jika Amerika berhasil mendirikan pangkalan militernya di Ukraina, pastilah hal itu dapat membuat Mokswa sebagai Ibukota Rusia mudah dibombardir dalam sekejap. Alasan inilah  yang memicu Rusia menginvasi Ukraina, sebuah gertakan agar Ukraina tidak mengizinkan barat memasuki wilayah negaranya.


Hal lain yang memicu Rusia ingin menginvasi Ukraina adalah dilatarbelakangi kepentingan politik dan ekonomi. Sebagaimana kita ketahui bersama letak geopolitik Crimea sangat strategis, ditambah wilayah Ukraina yang menguntungkan, makin memperkuat keinginan Rusia untuk menanamkan pengaruh di kawasan Eropa Timur dan Timur Tengah.


Tanpa tedeng aling-aling Rusia memang ingin mengambil alih kembali Ukraina. Ingin menjadikannya kembali dalam satu kesatuan wilayah negaranya, sebab Rusia merasa  Ukraina adalah bagian wilayahnya. Sehingga negara beruang putih nekat mengambil segala macam agar Ukraina tidak dapat melepaskan diri lagi. Salah satu strategi Putin adalah dengan merestui kemerdekaan dua wilayah bagian Ukraina. Dengan cara seperti itu, Ukraina akan kelabakan, menghadapi serangan dan invasi Rusia, namun juga gangguan dua kota pemberontak yang telah mendeklarasikan diri. Terlihat jelas strategi pecah belah demi memudahkan Rusia dalam menginvasi Ukraina.

 

Terbaca jelas langkah intelijen yang ditempuh Rusia. Jika dahulu kekosongan kekuasaan Ukraina saat revolusi dimanfaatkan dengan mencaplok semenanjung Krimea. Maka kali ini apabila tidak berhasil mendapatkan Ukraina, maka setidaknya Ukraina pun tidak bisa tenang menghadapi permasalahan negaranya sendiri, yakni   dua gangguan dari kaum separatis.


Saat ini kita seperti disuguhkan sebuah peristiwa pembullian yang dilakukan negara besar dengan militer kuat terhadap negara kecil miskin dengan bangunan-bangunan tua di dalamnya. Sungguh ketidakseimbangan dalam berperang, sama persis saat Amerika menginvasi negara-negara di Timur-Tengah beberapa waktu lalu.


Tampaknya Rusia meniru strategi Amerika dalam menginvasi. Seperti saat AS menginvasi Irak, Libya, dan beberapa negara Timur tengah lainnya, yang sudah jelas merupakan tindakan mengobok-obok kedaulatan negara lain, namun ada saja alasan tertentu yang dipropaganda, akibatnya seluruh dunia seperti terhipnotis, tak mampu bertindak apa apa, dan 'haah hooh' saja.


Kini Rusia pun mengadopsi cara yang sama, dengan alasan semu yang dibuat-buat, bahwa Ukraina telah melakukan kejahatan kemanusiaan, penindasan, dan genosida terhadap rakyatnya sendiri, maka Rusia seakan berhak untuk memasuki dan menyerang negara rersebut' tentunya dengan tak lupa menyelipkan alasan atas nama kemanusiaan sesuai dengan aturan dalam piagam PBB.



Akankah Rusia berhasil menginvasi kembali Ukraina dengan propaganda semunya? Wait and see, mari lihat dan tunggu.









Comments