Istri dan Ibu Perang, Siapa yang Harus Dibela?

Ilustrasi konflik ibu mertua dengan menantu perempuan (pic: dreamstime.com via timesofindia.indiatimes.com)

Cara mudah meredakan konflik antara ibu dan istri agar tercipta kedamaian dan kebahagiaan hakiki bersama istri, juga dengan tidak melupakan jasa ibu yang telah merawat dan membesarkan suami



Para suami kerap pusing tujuh keliling saat menghadapi dilema pertengkaran antara istri dengan Ibunya. Hendak membela istri, nanti dicap Ibu sebagai anak durhaka, namun bila ganti membela Ibu, resikonya dimusuhi istri.


Apalagi bila konflik tersebut telah timbul bertahun-tahun lamanya, hingga memasuki momen idhul fitri, maka sudah seharusnya ini saat yang tepat untuk mendamaikan mereka. Tanpa harus muluk-muluk dengan ucapan idhul fitri yang terlalu kebangsaan, ataupun dengan rayuan yang hanya bohongan. Yang pasti harus ada perdamaian dan kerukunan dari dalam hati, barulah akan terwujud kebahagiaan hubungan yang sebenarnya.



Penyebab ketidakakuran ibu dan istri


Problema istri dan ibu yang tidak akur semacam ini bukan hanya terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang baru seumur jagung, bahkan bisa juga menimpa pernikahan yang telah puluhan tahun terjalin. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perang antara istri dan Ibu, namun hal tersebut sebetulnya tidak akan terjadi seandainya ada saling pengertian dan pemahaman diantara dua personil yang dipertemukan akibat anak lelaki jatuh cinta tersebut.


Sangat mengagumkan jika antara Ibu mertua dan menantu perempuan bisa akur, namun terkadang berbagai faktor perbedaan menjadi latar belakang ketidakakuran tersebut. 


Penyebab Ibu dan istri tidak akur diantaranya adalah:



Perbedaan budaya


Terkadang jatuh cinta tidak bisa diprediksi terjadinya, sebab bisa terjadi dimana saja. Saat cinta sudah melekat, tak peduli berbeda suku, bangsa, ataupun adat, kalau sudah terjadi kecocokan, maka kemudian pasangan akan menikah. 


Bagi sepasang kekasih, mereka bisa mencoba menerima dan memahami keadaan pasangan karena rasa cinta yang mendalam. Namun hal tersebut tidak akan berlaku pada Ibu. Hal ini bisa dimaklumi, karena seorang Ibu diliputi dengan kecemasan yang mendalam terhadap kebahagiaan putranya saat menikah dengan pasangannya.


Kecemasan ini bisa bertambah besar ketika terjadi perbedaan budaya. Mungkin latarbelakang istri dibesarkan dalam pola asuh dan etika yang longgar, akibatnya menimbulkan banyak penilaian negatif dari Ibu mertua. Sementara dari pihak menantu juga merasa Ibu mertua terlalu banyak mengatur, terlalu ketat, dan gila hormat. 


Prasangka-prasangka negatif seperti ini jika tidak dipertemukan saling berbicara dari hati kehati akan menimbulkan kesalahpahaman, yang lama-kelamaan bagai bom waktu meledak dengan hebat.



Perbedaan sifat


Perbedaan sifat adalah hal yang sering banyak dijumpai, apabila dibiarkan tanpa ada tenggang rasa, maka dapat memicu konflik paling menyakitkan. Mungkin Ibu mertua adalah seseorang yang sangat heboh dan suka menggosip, sementara menantu lebih suka suasana ketenangan dan kesendirian, ini bisa menjadi benturan sifat yang serius. Mertua menilai menantu sebagai sosok kuper, sementara menantu menilai mertua sebagai tukang gosip. Atau bisa juga terjadi yang sebaliknya.



Kurangnya pemahaman agama dan rasa empati


Seoerti apapun perbedaan budaya dan sifat, namun jika ada landasan agama dan kecerdasan emosi yang kuat antara Ibu mertua dan menantu perempuannya, maka hal-hal yang kurang mengenakkan di hati tidak akan terjadi. Di satu sisi menantu perempuan menghormati dan menyayangi ibu mertua sebagaimana orangtuanya sendiri sebagaimana tuntunan agama. Demikian juga dengan ibu mertua menyayangi mennatu perempuannya sebagaimana anak sendiri.


Sebuah nasehat penting yang kerap diucapkan orang-orang bijak zaman dahulu untuk istri, menantu perempuan:, yakni sayangilah Ibu mertuamu seperti Ibumu sendiri, secerewet apapun dia, sejahat apapun sifatnya, dia adalah wanita yang melahirkan suamimu. Tanpa adanya Ibu mertuamu tak akan lahir suamimu, dia tak mungkin tiba-tiba dewasa dan bisa langsung mencarikan nafkah lahir batin padamu, namun melalui proses panjang yang mengorbankan darah dan airmata ibu mertuamu. Sayangi Ibu mertuamu, sebab usianya belum tentu sepanjang usiamu, sebab hampir separuh usianyaa telah dikorbankan untk membesarkan, merawat, dan membiayai suamimu.


Memang terkesan menantu oerempuan harus selalu mengalah, harus selalu kalah,memang tidak enak dan menyakitkan, namun bila mengingat jasa besar Ibu mertua membesarkan suami, pastilah rasa berbakti dan mengalah itu tak ada artinya apa-apa. Apalagi kelak jika menantu perempuan memiliki anak lelaki, tentunya dia akan mengikuti alur, berubah menjadi ibu mertua juga.


Kebahagiaan seorang istri, menantu perempuan, adalah bila menemukan Ibu mertua yang bijaksana, sabar, menyayangi seperti anak sendiri, teduh, tidak suka menggosip, tidak mata duitan, kuat beragama, dan selalu mengalah. Bila telah menemukan mertua seperti ini, namun menantu perempuan masih banyak tingkah dan melawan, itu berarti dia bukan tipe perempuan atau istri yang baik. Sebab dia tidak memiliki rasa empati, tidak mengingat kelak bila empunyai anak lelaki kemudian diperlakukan menantu perempuan seperti itu, tentulah tidak enak dan menyakitkan. Diperlukan istri atau menantu perempuan dengan tingkat kecerdasan emosi tinggi, agar mampu berenpati terhadap sikap Ibu mertuanya.


Demikian juga kebahagiaan seorang Ibu mertua, adalah bila menemukan menantu perempuan yang menyintai anak lelakinya sepenuh hati, tidak materialistis, setia, pintar mengelola keuangan, tidak pelit terhadap Ibu mertua, tidak suka menggosip, kuat beragama, selalu patuh dan menurut pada Ibu mertua dan suaminya, sungguh suatu kebahagiaan bagi Ibu mertua. Namun bila telah memiliki menantu seperti ini tapi Ibu mertua masih mencari-cari kesalahan, itu patut dipertanyakan.


Sungguh suatu anugerah yang luar biasa, apabila Ibu mertua dengan sifat positif seperti diatas memiliki menantu yang juga memiliki sifat terpuji yang sama.

Merupakan satu nilai lebih, meskipun itu jarang terjadi, satu diantara seribu, namun juga bukan hal yang mustahil.



Cara mengatasi ketidakakuran ibu dan istri


Diantara faktor-faktor penyebab diatas, pastilah akan membuat sosok anak lelaki menjadi posisi yang terjepit diantara dua perempuan yang sama sama dikasihinya, di satu sisi dia ingin menghormati Ibunya, namun di sisi lain dia juga ingin memberi perhatian lebih pada istrinya. 


Lalu bagaimana jika Anda dalam posisi sebagai suami, harus bersikap terhadap Ibu dan pasangan Anda jika memiliki sifat yang banding terbalik, hingga membuat kehidupan rumahtangga Anda menjadi runyam dan pusing tujuh keliling? Berikut beberapa cara mudah  dalam mengatasi yang bisa ditempuh:



Jangan melukai hati dan perasaan Ibu


Mungkin terkesan tidak adil seandaina yang memiliki sifat buruk adalah Ibu. Namun seburuk-buruk sifat Ibu, dia akan selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan anaknya. Bahkan dalam dunia hewan pun, tak ada induk yang memakan anaknya sendiri, apatah lagi dalam dunia manusia yang beradab. Sudah selayaknya Anda mengalah pada keinginan Ibu, jangan melukai hati dan perasaannya, sebab  telah teruji kesabaran dan kemuliaan hatinya dalam membesarkan dan merawat Anda, sementara istri Anda belum tentu sesabar dan semulia itu. Itulah kenapa ada istilah mantan istri, tapi tak ada mantan Ibu, hal ini menunjukkan betapa tinggi dan mulianya kedudukan seorang Ibu.



Utamakan membela istri


Jika memang istri terbukti memiliki sifat terpuji seperti yang tesebut di atas, menyintai Anda sebagai suaminya sepenuh hati, tidak materialistis, setia, pintar mengelola keuangan, tidak pelit terhadap Ibu mertua, tidak suka menggosip, kuat beragama, selalu patuh pada Ibu mertua dan suami, dan semua dilakukan dengan ketulusan tanpa kepura-puraan, maka utamakan untuk membelanya. Apalagi bila Ibu Anda bersifat sebaliknya, yakni kejam, suka menggosip, maka nasehati Ibu Anda agar berhenti dari sifat buruknya, namun juga sebagai anak yang baik, nasehatilah secara bijak tanpa terlihat sok pintar, sebab Ibu Anda lebih berumur dari Anda, yang tentunya tidak akan mudah menerima nasehat Anda, sebab dia merasa lebih kenyang asam garam kehidupan.



Bijak berpikir


Pelajari betul-betul siapa yang bersalah, jangan asal percaya demgan perasaan yang Anda miliki sebelum Anda membuktikannya. Karena bila Anda salah dalam bersikap, misal terhadap Ibu, maka betapa berat luka hati yang disandangnya, sebab selain telah lelah luka sewaktu merawat dan membesarkan Anda, kini pun Anda menambah luka di sisa usianya.


Demikian juga sikap terhadap istri, apa pun segala hal yang diceritakan, pelajari dan amati dengan bijak, sehingga Anda tidak salah dalam mengambil sikap. Dia telah bersedia menyerahkan hidupnnya pada Anda, maka tak ada salahnya bila ada permasalahan didiskusikan bersama.


Bila cara mudah dalam mendamaikan konflik antara ibu dan istri di atas telah Anda tempuh, maka akan tercipta kedamaian dan kebahagiaan hakiki sesungguhnya. Kebahagiaan hidup bersama istri, juga dengan tidak melupakan jasa ibu dalam membesarkan, hingga tercipta kebahagiaan bersama pasangan.



Saat kebahagiaan itu telah terjalin, maka tidak akan sulit untuk mengucapkan kata-kata indah idhul fitri setelah sebulan berjuang memerangi hawa nafsu. Tiba momen kembali ke fitrah, kembali ke suci, kembali menjadi diri sendiri yang bijak. Selamat menempuh hari kemenangan, Selamat Idhul Fitri!.

Comments