Tidak Hanya Menguasai Materi Pembelajaran, Guru Profesional Juga Mampu Memahami Mental Psikis Siswa

Illustrasi siswa sedih (pic: istock.com)


Seorang guru yang tidak hanya menguasai materi pembelajaran dan strategi penerapannya namun juga mampu memahami mental psikis siswa akan sangat mudah menyelami situasi lingkungan pembelajaran dan  kondisi psikologis siswa tanpa harus ada kekerasan ataupun pelanggaran hak anak



Terkadang kita sering menjumpai guru yang dalam kesehariannya mengajar, sering mengabaikan kondisi kesiapan mental siswa saat memulai pelajaran. Apalagi jika telah dikejar materi, kondisi psikis siswa terabaikan begitu saja, terganti dengan penjejalan materi yang kadang membuat siswa menjadi stres. Padahal dalam pembelajaran yang baik, bukan hanya terletak pada materi yang bermutu, namun juga kondisi mental psikis yang bermutu pula.


Seorang guru walaupun mungkin ia menguasai bahan pembelajaran d luar kepala, ataupun tekhnk dan metode yang digunakan luar biasa, tetapi belum dapat dikatakan guru jempolan, jika belum memperhatikan kondisi mental psikis siswanya. Ternyata menjadi guru tak semudah membalikkan tangan ya?


Ibarat bersiap-siap menyantap makanan lezat, dengan tekhik penyajian menarik dan menggoda iman, namun tidak memperhatikan kondisi si penyantap, yang mungkin saja sedang dalam kondisi kurang fit, dalam tekanan dan masalah. Tentunya akan berpengaruh dalam menyantapnya, bila tetap dipaksakan, maka boleh jadi makanan  malah justru akan dimuntahkannya


Demikian juga dengan sebuah pembelajaran, meskipun topik yang akan disajkan menarik, guru sudah siap lahir batin dalam menyajikannya. Namun siswa dalam kondisi down, sedih, frustasi karena latabelakang masalah yang dbawa dari rumah, mungkin perceraian orangtua, orangtua sakit, meninggal, kecelakaan, dan sebagainya, tentunya tidak akan menghasilkan penerimaan materi dan pembelajaran   yang efekif.



Menyelami mental psikis siswa ciri guru profesional


Memang semua orang bisa menjadi guru, namun tak semua profesional di bidangnya. Jadi, jika Anda menjumpai seorang guru yang tidak hanya menguasai materi, ataupun mantap cara pengajarannya, namun juga memiliki ikatan batin dngan siswa, ditambah skill menguasai lingkungan dan ruangan pengajaran, maka itulah yang layak disebut dengan guru profesional.


Ciri ciri guru profesional diantaranya adalah:


Menguasai medan tempur pengajaran


Tidak hanya sibuk konsentrasi memberikan materi, namun guru profesionlal juga tidak lupa memberi perhatian pada lingkungan kelas sekelilingnya. Dalam hal ini guru memberi perhatian penuh pada kondisi ruang dan siswa yang dihadapinya. Ibarat berjuang di medan tempur, dia siap dan tanggap menghadapi perubahan mendadak dalam ruangan pembelajaran.


Memahami siswa dengan hati


Tidak akan ada orangtua siswa yang mengklaim pelanggaran hak anak apabila guru mampu menguasai hati siswa. Selama ini yang terjadi adalah sorotan pelanggaran hak anak yang dilakukan guru karena dianggap menganiaya siswa, di sisi lain guru justru menganggap siswa kurang diajarkan etika dan norma-norma oleh orangtua. 


Siswa tidak akan mengadu ke orangtua  jika guru telah ada di hatinya, berarti dia telah menganggap guru sebagai pengganti orangtua. Apalagi jika menyayangi guru seperti menyayangi orangtua, mempercayai guru, sehingga hukuman atau tindakan yang dilakukan guru dianggap sebagai konsekuensi bersama yang telah disepakati, bukan penyiksaan dan pelanggaran hak-haknya.


Guru mendidik siswa untuk memahami tentang hak dan kewajiban, sehingga siswa memahami konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya. Jika guru berhasil mengikat siswa dengan hatinya, maka tidak akan terjadi siswa mengadu ke orangtua, demikian juga orangtua tidak akan salah paham terhadap tindakan yang dilakukan guru, sehingga tidak akan terjadi guru mendekam di jeruji besi akibat laporan orangtua siswa.


Memahami kondisi mental psikis siswa


Guru yang berpengalaman dalam memahami mental psikis siswa akan sangat mudah dalam memberikan materi pembelajaran siswa. Mengajar siswa tampa harus memaksakan kehendaknya sebab secara rasionalitas telah memahami keadaan siswa.


Guru dengan tipe seperti ini ibarat pendekar, bukan hanya memiliki senjata lengkap dalam menghadapi beragam keadaan, namun juga sangat piawai dalam mempergunakan senjatanya. Dia tahu cara menghadapi siswa yang bersikap A, dan  siap menghadapi jika sikap mental psikis siswa tiba-tiba berubah menjadi B, C, D, dan seterusnya. Bagi guru yang tidak menguasai mental psikis siswa, hal ini tidak mudah.


Kesiapan mental dan psikis siswa merupakan salah satu kunci utama dari berhasilnya suatu pembelajaran, yang sejatinya juga tak terlepas dari kondisi mental dan psikologis sang guru. Namun dalam tulisan kali ini, kita akan fokus pada siswa, dengan kondisi mental dan psikologis guru sudah matang seratus persen.



Cara memahami mental pskis siswa


Dalam Kurikulum Merdeka, yang tentunya beradaptasi dari ajaran Ki Hajar Dewantara, Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani, fokus pembelajaran tertuju kepada siswa. Siswa sebagai tumpuan pentingnya sebuah keberhasilan pendidikan, harus benar-banar disiapkan bukan hanya dalam penyerapan materi, namun juga kesiapan mental psikis dan kejiwaan.


Berikut beberapa cara mudah sebagai panduan untuk menyiapkan mental psikis siswa agar siap dalam menerma pelajaran, diantaranya adalah:


Tidak langsung main tembak materi


Jangan langsung membuka pelajaran dengan materi, fokuskan dahulu perhatian pada kondisi siswa. Pikirkan situasi yang menarik untuk membuka pembelajaran dengan pembicaraan yang menarik. Buatlah sebuah basa-basi dalam pembicaraan, namun jangan benar-benar basi. Sapa mereka dengan ramah, menyenangkan, cari tahu situasi yang sesuai keinginan mereka. 


Ketika Anda berhasil mencairkan suasana, disinilah akan terbuka jalan mudah membuka kesiapan materi agar dapat tercerna sempurna dalam memori mereka.


Ciptakan suasana belajar menyenangkan


Setelah Anda berhasil mencairkan suasana, maka tak perlu waku lama, suasana akan berubah menjadi menyenangkan. Kemudian alihkan fokus siswa pada kondisi teman-teman sekitarnya, disinilah awal mula pentingnya menanamkan empati pada dunia sekitarnya. Sehingga mereka tidak hanya fokus pada dirinya sendiri, tapi juga memahami keadaan sekitarnya, siapa tahu ada temannya yang dalam kondisi sakit, kurang enak badan, sedih, atau mengalami masalah di sekolah, sebab kondisi fisik yang sehat tak menjamin mentalnya tak terluka. 


Bila ada yang mengalami situasi seperti di atas, maka itulah saat penting bag seorang guru untuk menanamkan kepedulian dan rasa empat pada para siswanya. Menyarankan istirahat ke ruang kesehatan sekolah (UKS) bagi yang sakit, ataupun memberi perhatian bagi yang sedih. Tidak membutuhkan waktu lama, sekitar tiga sampai empat menit, jika siswa memerlukan curhat lebih, Anda dapat mengarahkannya ke ruang bimbingan konseling (BK). Atau ternyata jika Anda yang dipercayanya untuk curhat, maka tak ada salahnya Anda sedikit meluangkan waktu untuknya.


Situasi belajar yang tidak kaku


Saat mental psikis siswa sudah siap seratus persen, inilah saat ang tepat untuk memulai materi. Anda dapat menerapkan cara mengajar yang Anda pilih, namun jangan lupa untuk tetap dengan memperhatikan kondisi psikologis siswa. Misalnya Anda mengajar di sebuah sekolah dengan kondisi ekonomi siswa minus, ditambah dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata. Maka akan tidak sesuai jika Anda mengajarkan hal yang kurang sesuai dengan tingkat kecerdasan mereka. Memang tidka ada larangan untuk mencoba, namun jika gagal jangan frustasi untuk mencoba lagi.


Dalam menghadapi siswa dengan tingkat lingkungan dan kecerdasan berbeda, tentunya dituntut kecerdikan dari guru. Itulah kenapa guru disebut makhluk Tuhan yang cerdik cendikia, sebab guru tidak hanya harus memiliki kemampuan memberi materi, namun juga mampu menguasai kondisi kelas, dan keadaan siswa. Saat mengajar dalam kelas, guru sudah sepatutnya tidak hanya fokus pada materi, namun juga pada siswa dan lingkungan sekitarnya.



Seorang guru yang menguasai materi pelajaran, mengetahui strategi penerapannya, lalu mampu memahami mental psikis siswa, maka akan sangat mudah dalam menguasai situasi lingkungan pembelajaran, menguasai kelas, menguasai kondisi psikologis siswa, tanpa harus ada kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia ataupun hak anak.


Apakah Anda pendidik profesional itu? Indonesia memerlukan pendidik berjiwa besar dan mencurahkan perhatian pada siswa dengan hati, seperti Anda. 






 

Comments