Pendidikan Seksual Anak, Tak Harus Vulgar!

Illustrasi pendidikan seksual anak (pic: peakd.com)



Pendidikan seksual penting diajarkan kepada anak tapi bukan berarti harus vulgar namun tetap harus sesuai dengan norma-norma dan etika ketimuran



Pendidikan seksual untuk anak penting, tapi bukan berarti harus vulgar alias blak-blakan, sebab bila cara itu yang dirempuh , maka bukan keberhasilan pendidikan seksual agar anak terhindar dari pelecehan yang didapatkan, namun malah justru akan membuat anak terjerumus ke hal yang tidak diinginkan.


Bila kita runut ke belakang pada dekade tahun 90an, saat itu ramai diperbincangkan sebuah buku berjudul "Adik Baru". Buku ini digadang-gadang oleh penulisnya akan mampu memperkenalkan pendidikan seksual pada anak. Tetapi apa lacur yang terjadi, justru gambar-gambar dan cerita yang ditampilkan terkesan vulgar dan kurang etis, hingga publik Indonesia menolak mentah-mentah.


Memang pendidikan seksual penting diajarkan kepada anak, namun tetap harus sesuai dengan norma-norma dan etika ketimuran, sebab kita bukan hidup di belahan dunia barat yang budayanya serba boleh dan super bebas.

 


Pandangan berbeda tentang pendidikan seksual


Dalam hal menyikapi pendidikan seksual terhadap anak, terdapat dua pandangan masyarakat yang bertolak belakang:



Mereka yang tidak setuju pendidikan seksual diajarkan


Alasan utama yang mendasari ketidaksetujuan mereka adalah berdasar pengamatan selama sekian waktu, bahwa pendidikan seksual sering keluar dari pakemnya. Kekhawatiran bahwa pendidikan seksual pada anak justru menjurus pada pornografi karena terdapat unsur kata seksual. Padahal hal itu tak seharusnya dianggap negatif seandainya pihak berkepentingan atau para ahli pendidikan seksual memperkenalkannya dengan santun dan sesuai budaya ketimuran.



Mereka yang setuju adanya pendidikan seksual


Mereka beranggapan pendidikan seksual sebagai upaya pencegahan terhadap adanya pelecehan seksual yang marak terjadi saat ini. Anak dibekali pengetahuan yang cukup tentang organ-organ sensitif sehingga orang lain tidak dapat melakukan pelecehan seksual terhadapnya. Anak paham mana yang boleh dilakukan, dan mana yang tidak boleh.



Rambu-rambu pendidikan seksual


Menyikapi perbedaan sikap masyarakat tentang pendidikan seksual, maka sikap yang harus kita ambil adalah lebih bijak. Pendidikan seksual dapat diajarkan, namun:



Awali dengan pemahaman agama


Harus diawali dengan pengetahuan agama terlebih dahulu pada anak, Sehingga mereka memahami tentang  batas-batas yang boleh dilakukan ataupun tidak. Apalagi di dalam agama jelas mengajarkan pengendalian hawa nafsu, baik dengan cara puasa dan lainnya. Dengan mengajarkan anak untuk menahan pandangan mata agar dapat mengendalikan hawa nafsunya saat sudah puber, maka anak dapat terkendali dan tahu mana yang benar dan mana yang tidak.



Tetap dalam batas etika dan budaya ketimuran


Cara mengajarkan pendidikan seksual pada anak di negara kita tentu akan sangat jauh berbeda dengan cara pengajaran di negara barat yang lebih mengedepankan kebebasan. Sementara di Indonesia, lebih tahu malu, pantang melakukan freesex pranikah. Hal tersebut dijunjung tinggi sebab bangsa kita agamis dan mempercayai Tuhan, sehingga dianggap melanggar norma-norma dan dinilai tidak etis bila pria dan wanita hidup bersama tanpa ikatan pernikahan.



Inti pengajaran pendidikan seksual


Inti mengajari anak dan remaja tentang pendidikan seksual adalah dengan memberitahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh disentuh sembarangan dari tubuhnya. Dari langkah awal ini mereka akan paham, sehingga dapat menjaga baik-baik tubuh dan organ sensitifnya sebagai lambang kehormatannya. 


Awal mula terjadinya pelecehan seksual adalah dari ketidaktahuan mana yang boleh disentuh dan mana yang tidak, akibat kebutaan terhadap hal ini, lahir sikap sembarangan memamerkan tubuh dan bagian-bagian lain yang seharusnya ditutupi dan tidak diobral.


Terjadinya ajang pamer foto para remaja terutama para gadis dengan menampakkan daerah-daerah sensitifnya, jelas menunjukkan ketidaktahuan mereka tentang hal-hal yang menjurus pada seksual. Bahkan saat ini sepertinya dunia abai dengan hal-hal tersebut, akibatnya lahir sand buah anggapan, bahwa makin pintar menggoda melalui  anghota tubuh maka makin viral. 


Salah kaprah yang seperti ini akan melahirkan ajang perlombaan pamer tubuh di kehidupan sehari-hari hingga merambah ke media sosial. Ujung-ujungnya organ sensitifpun kadang tak malu dipamerkan asal viral, apa tah lagi yang semacam foto dengan gaya sensual.


Hal-hal seperti inilah yang kadang dapat menjerumuskan anak-anak dan remaja ke dalam dunia prostitusi, terutama prostitusi online yang sangat mudah dijangkau sebab mereka generasi digital.


Sudah banyak terjadi saat ini para bocah terjerat prostitusi online, terkadang bukan masalah ekonomi yang mendasarinya, namun keadaan iman yang amburadul disertai gaya hidup hedonisme yang menguat, kurangnya pemahaman tentang penyakit menular, akibatnya agama terabaikan dan dianggap dongeng sebelum tidur.


Belum lagi banyaknya iekspos berita-berita para pemuka agama dan pendidik yang terjerat hawa nafsu, hingga para remaja bingung menaggapinya, akibatnya kian menjauhkan diri dari agama dengan menyalahkan agama tanpa mempelajari latar belakang kepribadian pelakunya. Padahal salah kaprah yang dilakukan oknum pemuka agama dan pendidik bukanlah mewakili agamanya tapi karena memang kelakuannha yang amoral. Sehingga diperlukan pengetahuan agama kuat agar para remaja mampu menerima pendidikan seksual secara etis sekaligus bijak menilai sebuah kasus,


Penguatan iman dan keteguhan mental disertai kecerdasan emosi dari anak, akan mampu menangkal seluruh kejahatan seksual yang saat ini marak terjadi. Menceritakan dan mengajak anak berdiskusi tentang berbagai kisah dan kejadian akibat terlalu mengumbar hawa nafsu dengan bahasa anak-anak tanpa harus vulgar, bisa menjadi sebuah masukan berharga bagi anak.


Bagi sebagian orang memang bukan hal yang mudah bila harus memulai tentang pendidikan seksual bagi anak, berbagai rasa risih dan malu, karena sepertinya tidaK etis, apalagi di zaman mereka dibesarkan dahulu tanpa mengajarkan pendidikan seksual pada anak, toh anak anak nyapun tetap aman terkendali. Namun jangan lupa,  sebab di zaman para orangtua dibesarkan dahulu, alat komunikasi tidak seintensif seperti sekarang. Alur informasi saat ini sangat cepat, hingga kadang tanpa batasan norma-norma dan etika. Oleh karena itu pendidikan seksual penting diajarkan agar anak paham  tentang predator seksual, serta resiko jika menjadi pelaku pelecehan seksual. Pengajaran penting lainnya adalah agar anak mengerti dan menghormati bukan hanya tubuhnya, tapi juga tubuh orang lain.

 

Ketika semua anak-anak dan remaja bisa membedakan contoh-contoh sikap pelecehan seksual, sehingga mampu menolak bantuan atau pemberian dari orang lain dengan maksud maksud tertentu, untuk kemudian mampu membela dirinya, baik secara fisik dengan membawa semprotan merica, pentungan listrik dan sejenisnya, ataupun secara verbal dengan keberanian menceritakan pada orang lain jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkannya, maka bukan tidak mungkin para predator seksual akan mati kutu.



Mari bekali generasi muda kita dengan pendidikan seksual yang baik dan benar tanpa harus vulgar, dengan pengetahuan menyeluruh berdasar norma-norma dan etika, agar mereka terhindar dari pelecehan dan kejahatan predator seksual. 


 

Comments