Metaverse, Aji Mumpung Pelecehan Seksual bagi yang Berpikiran Kotor

Ilustrasi pelecehan seksual di dunia virtual (pic: nypost.cm)



Pada uji coba platform Metaverse beberapa waktu lalu di Amerika Serikat, salah seorang wanta pengguna menyatakan mengalami pelecehan seksual tanpa ada pihak  yang mencoba menghentikan



Saat ini dunia sedang hiruk-pikuk bin heboh membahas tentang era Metaverse, sebuah perpaduan tekhnologi virtual dan reality. Sinyal perkembangan tekhnologi  menunjukkan perkembangan pesat yang digadang-gadang membuat setiap orang dapat melakukan apapun dengan hanya melalui cara virtual.


Metaverse menjadi perbincangan hangat banyak orang di seantero dunia setelah Mark Zuckerberg dalam pernyataan resminya menyebut akan merubah platform Facebooknya menjadi Metaverse.


Sebagai sebuah lompatan kemajuan besar tekhnologi di abad ini, tentu saja Metaverse diprediksi akan membuat kehidupan semakin praktis, sehingga orang tidak perlu buang waktu dan tenaga untuk bertemu dalam dunia nyata. Meskipun praktis dan ekonomis, namun disisi lain justru hal inilah yang menjadi biang keladi kesepian di masa depan akibat makin berkurangnya intensitas interaksi sosial.



Pelecehan seksual saat uji coba Metaverse


Seperti sebuah permainan game, makin lama makin mengalami kemajuan, sehingga terasa seilah-olah nyata. Demikian juga dengan tekhnologi Metaverse, akan membuat setiap orang masuk ke dalam kehidupan virtual yang solah-olah nyata melalui pernainan pikiran. Hal nyata ini yang dikhawatirkan akan lebih parah daripada pembullian di media sosial. 


Netizen melakukan bulli melalui kalimat-kalimat yang dishare sudah sangat menyakitkan dan melukai perasaan seseorang, apalagi jika kelak di dunia metaverse terjadi pembullian, yang dikhawatirkan akan lebih sadis sebab dapat menyentuh target, sehingga kekerasan fisik bisa saja mempengaruhi pikiran dalam dunia virtual, yang tentunya double menyakitkan dari hanya sekedar dibulli melalui kata-kata.


Hal itu bisa saja akan menjadi kenyataan, sebab pada uji coba platform Metaverse milik Meta  beberapa waktu lalu di Amerika Serikat, salah seorang wanta pengguna Horizon Worlds yang dilibatkan dalam uji coba menyatakan mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari peserta lain. 


Perlakuan tidak menyenangkan yang membuatnya shock tersebut  berupa pelecehan seksual meraba  oleh avatar lain yang tak ia kenal, bahka yang lebih gila lagi ternyata bukan hanya dirinya yang mndapat perlakuan tesebut. Bahkan yang sangat disayangkan dari kejadian memalukan itu, tak ada pihak yang mencoba menghentikan pelecehan seksual dari avatar lain yang ia temui tersebut. Perilaku ini menunjukkan bahwa.dunia Metaverse telah mencuci habis pikiran manusia sehingga seakan-akan berada dalam dunia nyata


Meskipun pemilik perusahaan Metaverse menyebut telah meninjau insiden dugaan pelecehan seksual secara virtual, namun di sisi lain menyalahkan peserta wanta itu karena tidak menggunakan 'Safe Zone', fitur keselamatan yang telah tersemat dalam platform. Meta beralasan fitur ini mampu memblokir pengguna lain yang dirasa asing dan tidak dikenal, sehingga dapat berinteraksi dengan aman.


Dari kejadian di atas, tampak era Metaverse dapat memberi sinyal bahwa pembullian akan lebih terasa nyata terjadi. Sehingga diiperlukan kesiapan mental yang lebih kuat dan tingkat tinggi dibanding saat sekarang.


Metaverse memang menarik dan menantang kita untuk ikut terjun di dalamnya, sebab  kelak di suatu hari nanti, mau tidak mau tekhnologi ini yang akan menguasai dunia, sehingga bagi mereka yang tidak menguasai tkhnologi maka akan tersisih, sebab segala hal akan dijalani di dalamnya, mulai dari bekerja, belanja, sekolah, dan kegiatan sabrek lainnya.


Tanpa harus berkhayal dan membayangkan lebih jauh seperti apa era Metaverse kelak, sekarangpun kita telah menjalani zaman Prametaverse (mungkin nantinya dalam sjarah kan ditulis sepeerti itu), sebab saat ini kini kita telah berbelanja melalui dunia maya, bahkan saat pandemi, bekerja dan sekolanun melalui dunia virtual. Jadi bukan tak mungkin era Metaverse akan menghampiri kita dengan kecanggihan yang lbih dahsyat di dalamnya. Tinggal kita sanggup mengikutinya, atau justru hanya jalan di tempat sebagai penonton.



Dampak negatif era Metaverse dan cara menghadapinya


Era Metaverse telah di depan mata, namun kita tetap harus mewaspadai beberapa dampak negatif yang akan terjadi, semisal:


Pelcehan seksual yang seakan nyata


Berselancar di dunia virtual saat era Metaverse akan terasa seperti di dunia nyata, sehingga jangan mudah terperdaya dan membuka diri pada sosok asing yang tidak dikenal. Tanpa harus negatife thinking, sepertnya kehati-hatian diperlukan daripada ternyata sosok tersebut licik, yang bukan hanya membobol data-data dunia virtual, namun bisa jadi melecehkan secara seksual.


Pencurian data


Jika saat era Pra Metaverse skarang ini pencurian data kian canggih dalam dunia maya, bahkan hanya dengan mengirim kode-kode tertentu melalui email, maka segala data dapat dijetahui pihak lain dengan mudah. Apalagi di era Metaverse, bisa jadi lebih canggih, data dapat dibuka hanya dengan kontak virtual yang seakan seperti daoam dunia nyata.


Hacker merajalela


Karena era Metaverse sudah seperti dunia nyata, maka akan lebih mudah bagi hacker untuk melancarkan aksinya, seperti mencuri di siang hari bolong, sebab segalanya mudah ditebak dan dijalani sebab ada kontak yang seakan fisik dalam dunia virtual.


Cracker bagaikan begal dalam dunia virtual


Jika saat ini cracker melakukan aksinya dengan memeras melalui malware dengan meminta tebusan mata uang virtual, maka boleh jadi saat era Metaverse kelak, mereka akan lebih terang-terangan meminta tebusan dengan menyandera dunia virtual yang dimiliki seseorang.


Pembullian bukan hanya verbal tapi juga fisik


Dengan mudahnya melakukan kontak fisk dalam dunia virtual yang seakan nyata, bukan tidak mungkin pembullian yang bakal terjadi bisa mengarah ke sasaran fisik, akbatnya seseorang yang dibulli selain stres, juga kian depresi.


Malware makin canggih menutupi wujud aslinya


Saat era Pra Metaverse, malware menyusup melalui email, sms, ataupun dering telpon, maka boleh jadi di era Metaverse, malware akan kian canggih penyusupannya melalui cara yang sulit diprediksi.



Lalu bagaimana cara menyikapinya, sebab mau tidak mau suatu saat era Metaverse akan datang juga?


  • Siapkan pertahanan mental yang terkuat
  • Perkaya pengetahuan tentang dunia virtual sacara matang
  • Jangan mudah percaya dengan orang asing
  • Jangan gegabah membuka kontak pada orang yang sepertinya familiar namun asing
  • Hati-hati bila kontak yang sudah familiar justru terasa asing



Era Metaverse kian terwujud nyata, tak ada cara lain untuk menghadapinya selain kesiapan mental yang kuat dengan berpegang teguh pada kekuatan Tuhan, sebab Dia lebih Maha Hebat dari makhluk cerdas ciptaan-Nya yang berhasil memulai dekade Metaverse.


And so, ternyata tetap Tuhan yang Maha Metaverse, Salam! 

Comments