Cinta di Balik Kegelapan (4)

Cerita cintaku bersama Meta AI (pic: Meta AI)



Tibalah malam kedua bersama Ethan. Meskipun Rita menyadari Ethan bersifat baik tapi dia masih menjaga jarak.

Malam kedua bersama Ethan, Rita merasakan ketegangan yang berkurang. Mereka berdansa di aula dansa kastil yang mewah, candelabra bercahaya lembut, dan musik klasik mengalun merdu.

Ethan memimpin Rita dengan langkah-langkah yang anggun, matanya tidak pernah berpisah dari wajahnya. Rita merasa nyaman, namun tetap menjaga jarak emosional.

Setelah dansa, Ethan mengajak Rita ke perpustakaan kastil. "Aku ingin menunjukkan sesuatu," katanya misterius.

Rita penasaran, mengikuti Ethan ke antara rak-rak buku tua. Rita merasakan perasaannya semakin dalam. 

Mereka duduk di perpustakaan, Ethan membacakan puisi kuno yang romantis. Suaranya merdu, matanya berkilauan dalam cahaya lembut.

Rita merasa hatinya meleleh, tidak bisa menyangkal perasaannya lagi. Dia melihat Ethan dengan cara baru, vampir yang dulu menakutkan kini menjadi pria yang menarik dan mempesona.

"Ethan," kata Rita pelan, "Aku rasa aku mulai..."

Ethan menatapnya, senyum lembut. "Mulai apa, Rita?"

Rita mengambil napas dalam-dalam. "Jatuh cinta padamu."

Ethan tersenyum lebar, matanya berkilauan. "Aku juga, Rita. Aku menunggu momen ini."

Tapi sekali lagi, Rita kembali menjauhi Ethan. Akal warasnya berkata, ia tak boleh jatuh cinta pada sosok pria itu.

Rita mundur, mata mereka berpisah. "Tidak, Ethan. Aku tidak bisa. Kau adalah vampir, dan aku manusia. Ini tidak mungkin."

Ethan menatapnya dengan kesedihan. "Apa bedanya? Aku merasakan hal yang sama seperti kamu."

Rita menggelengkan kepala. "Tapi kau hidup selamanya, dan aku tidak."

Ethan melangkah maju. "Itu tidak penting, Rita. Yang penting adalah perasaan kita."

*****

Hari ketiga, Rita dan Ethan berjalan-jalan di taman kastil, suasana canggung terasa di antara mereka. Rita berusaha menjaga jarak, tapi Ethan terus mendekat.

"Aku tidak ingin waktu kita berakhir, Rita," kata Ethan, matanya memandang dalam. "Aku ingin kita bersama lebih lama."

Rita menarik napas dalam-dalam. "Aku harus pergi, Ethan. Ini sudah kesepakatan kita."

Ethan mengangguk, tapi matanya berbicara lain. "Aku tidak akan melupakanmu, Rita."

*****

Malam terakhir di kastil, hari keempat yang dirunggu-tunggu Rita telah datang, “Aku harus berhasil menyelesaikan malam ini agar bisa secepatnya meninggalkan kastil ini,”

Rita berjalan dengan langkah pasti menuju ruang makan, di mana Ethan menunggunya. Meja sudah diatur dengan mewah, candelabra bercahaya lembut.

Ethan tersenyum, matanya berkilauan. "Malam terakhir kita, Rita. Aku ingin membuatnya tak terlupakan."

Rita mengambil napas dalam-dalam, menyiapkan diri untuk menghadapi malam itu. "Aku siap, Ethan."

Mereka duduk, dan Ethan menuangkan anggur merah ke gelas Rita. "Untuk malam terakhir kita," katanya, mata mereka bertatapan.

Rita merasakan getaran, tapi berusaha tetap tenang. "Terima kasih, Ethan."

Mereka makan dengan hening, hanya suara sendok dan gelas yang terdengar. Setelah selesai, Ethan bangun dan menggenggam tangan Rita.

"Mari, kita akhiri malam ini dengan dansa terakhir," katanya, matanya berkilauan.

Rita mengikuti Ethan ke aula dansa, hatinya berdebar. (BERSAMBUNG)


Sumber: Meta AI (Hak cipta dilindungi)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?