Child Free, Demi Bulan Madu Seumur Hidup atau Moncernya Karir?

Illustrasi pasangan (pic: independent.ie)



Bukan hal besar yang harus dipermasalahkan jika siap menanggung resiko dan akibatnya dimasa depan



Pada awalnya pemikiran child free adalah karena sebuah pasangan ingin menikmati waktu berdua saja, menikmati keindahan cinta dan bulan madu seumur hidup tanpa gangguan, seperti di surga. 


Namun seiring perkembangan zaman, ada beragam alasan yang melatarbelakangi kenginan untuk child free, diantaranya adalah agar karir tetap moncer, tidak terhalang mengurus anak, tidak terganggu rengekannya, agar tetap dapat mempertahankan bentuk tubuh indah bagi wanita, bahkan bisa juga alasan eknomi, ataupun alasan persiapan masa depan yang belum matang.



Alasan child free


Memang terkadang memiliki anak tak seindah bayangan orang, karena tertutupi bayagan semu tentang jaminan masa depan adanya anak yang merawat kelak di hari tua. Padahal dibalik semua kebahagiaan itu diperlukan pengorbanan yang luar biasa, misalnya:


Harus menikah dulu


Anak tidak dapat diperoleh jika tidak menikah, kecuali nekat melanggar budaya dan norma-norma, misalnya memilih menjadi single parent, ataupun melalui donor sperma. Cara ini banyak digadang-gadang oleh mereka yang LGBTQ, dan single parent yang tidak mau dibuat ribet dengan status pernikahan. Prosedur yang tentu saja tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang menjunjung norma.


Rumit


Bagi sebagian orang, menikah kemudian memiliki keputusan memiliki anak adalah keputusan luar biasa yang sangat banyak persiapannya. Meskun terkadang kita melihat banyak pasangan yang memlki anak, meluncur begitu saja tanpa persiapan, sebab mereka beranggapan anak adalah rejeki, Tuhan memberi rejeki melalui anak, jadi memiliki anak mengalir begitu saja seperti air.

Namun hal itu tak berlaku bagi mereka yang memilki pertimbangan matang tentang masa depan, terkadang memiliki anak bagi mereka adalah prosedur rumit, karena berujung komitmen dan tanggung jawab.


Belum siap mental dengan rengekan


Memiliki anak bukan hanya sekedar melahirkan, sebab harus memikirkan masa depannya, bagaimana kelak biaya pendidikannya, biaya kesehatannya, dan segala tetek bengek yang berkaitan masa depannya, seperti asuransi dan lain-lain.


Bagi mereka yang berkepribadian matang dan sangat fokus terhadap masa depan, bila mereka merasa belum matang secara finansial, berarti chil free menjadi pilihannya, sebab anak adalah sebuah tanggng jawab, dia tidak bisa hanya sekedar dibuat untuk kemudian dilahirkan. Jika hanya sekedar dilahirkan dan diberi makan tanpa pendidikan, perlindungan kesehatan, dan masa depan, tak ada ubahnya dengan hewan-hewan yang dilahirkan induknya.


Anak menyita pehatian


Memang tak mudah merawat anak, orang tua harus siap mengorbankan seluruh hidupnya untuk mengabdi pada anak. Apalagi jika tidak sanggp membayar baby sitter atau pembantu, maka orang tua harus siap mencuci, membersihkan, menyetrika, dan mempersiapkan popok saat anak masih bayi. Hal itu terus berjalan mengikuti roda kehidupan, belum lagi ditambah dengan rengekan-rengekan dan tangisan hingga sang anak dapat hidup mandiri saat beranjak dewasa. Orang tua harus benar-benar menyiapkan mental kuat untuk itu, sebab bila tidak, maka akan terjadi kasus-kasus penganiayaan dan kekerasan terjadap anak sebagaimana sering kta dengar di berbagai pemberitaan.


Investasi waktu


Anak bukanlah makhluk yang hanya sekedar dilahirkan, diberi makan, minum, lalu urusan selesai, sebab anak memerlukan hal lain yang menjadi haknya, seperti kasih sayang, perlindungan, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan sebagainya..


Terkadang para orang tua yang nekat menikah saat usia remaja, ataupun saat kepribadian masih tapuh, hingga kemudian memiliki anak, akan mengalami kesulitan saat harus memahami keadaan anaknya. Bahkan kepribadian orang tua yang rapuh sangat rentan perceraian, sebab tanpa pemikiran matang dan stabil, hanya berdasar emosi semata, maka mbasnya akan ke anak, pernah melihat kondisi mental anak-anak korban ego orang tua yang bercerai?


Hal-hal seperti di atas kerap membuat pasangan yang tidak ingin dipusingkan dengan sebuah tanggung jawab lebih memilih child free, tanpa anak berarti tanpa beban, tanpa rengekan' tanpa pengeluaran berlebih untuk memenuhi kebutuhan mereka.



Fenomena modernitas


Memang secara sepintas pilihan child free sangat menarik, sebab orang tua bisa konsentrasi dengan karir tanpa dibebani dengan pemikiran tentang anak yang harus dilindungi dan dijaga.


Mungkin terkesan gila, tapi fenomena seperti itu banyak kita jumpai dalam masyarakat modern. Saat kondisi finansial untuk diri sendiri tak mencukupi, lalu kenapa harus membebani kondisi keuangan dengan merawat anak?


Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah dan kesulitan memperoleh anak, pilihan child free memang kelihatan gila dan menyia-nyiakan waktu, tapi memang pilihan tiap orang berbeda satu sama lain. Sebab bagi pasangan yang memilih child free, maka kondisi keuangan akan aman dan tertata, bagi wanita bentuk tubuh tetap terjaga, selain itu tidak ada kelelahan membersihkan rumah dari kekacauan yang dilakukan anak-anak, dan tak terganggu dengan rengekan serta tangisan anak yang selalu minta dilayani.


Pilihan child free akan sangat beresiko bagi pasangan yang memang memiliki riwayat keluarga sulit memiliki keturunan, sehingga tidak disarankan untuk memilihnya.


Biasanya mereka yang memilih child free adalah mereka yang memiliki karir bagus dan cemerlang yang tidak bisa dihentikan oleh waktu, sehingga dengan tidak adanya gangguan tangisan bayi ataupun rengekan anak, maka karir akan makin moncer. Seperti di Jepang dan Cina, sebagai negara industri maju, ketika semua orang telah memiliki karir cemerlang, menikah dianggap sebagai sebuah hambatan kemajuan, lebih-lebih jika memiliki anak.


Tapi tak selamanya keinginan untuk tidak memiliki anak akan diperturutkan, sebab seiring waktu dan bertambahnya usia, kesuburan akan berkurang, kesempatan memiliki anak akan makin sulit. Meski dapat dengan mudah memilih program bayi tabung, ataupun cara ekstrim donor sperma, dan menyewa rahim.



Saat semua orang sudah fokus pada karir dan pemikiran materi semata, maka anak adalah keinginan yang harus diabaikan karena akan menghambat puncak prestasi kerja.


Secara semu, child free adalah sebuah keinginan honeymoon yang berkepanjangan karena adanya berbagai alasan dan kepentingan, bukan hal besar yang harus dipermasalahkan jika siap menanggung resiko dan akibatnya dimasa depan. Resiko tentang tidak adanya anak di hari tua, ataupun resiko kesehatan, sebab bukankah child free berarti pemakaian alat kntrasepsi yang pastnya selalu ada dampak negatifnya terhadap kesehatan? Sudah siapkah menghadapi itu semua?.


 

Comments