St. Sri Emyani: Melodi Kata dari Panggul Trenggalek Menggetarkan Dunia Sastra Jawa


Oleh : Akaha Taufan Aminudin


Dalam lanskap sastra Jawa yang kaya, St. Sri Emyani berdiri sebagai sosok yang penuh energi, penuh makna, dan luar biasa produktif. Dari kancah media lokal hingga penghargaan bergengsi, jejak karyanya merentang luas. 


Namun lebih dari itu, melalui puisi dan kegiatannya, dia mengajarkan kita sebuah hikmah sederhana namun mendalam: bahwa kata-kata adalah jembatan kehidupan dan perubahan. Dalam artikel ini, mari kita menelusuri perjalanan hidup, karya, dan semangat literasi beliau yang menginspirasi sekaligus menggugah.


 *KATA*


oleh St.Sri Emyani


Dulu aku pernah

terombang ambing

ombang ambing

ombang ambing

ombak alun tzunami kehidupan

disapu ke bibir pantai

hingga mati suri

karena kata


Kini aku melambung

keangkasa biru

petik bathok bolu berisi madu

juga karena kata


Kataku

katamu

kata kita

kata siapa

kata tidak bisa

membangkai

dan membunga

Huh... k a t a !


***Panggul-Trenggalek, 2025


*Kata: Sang Penyair yang Menaklukkan Ombak dan Menggapai Langit*


Puisi KATA yang ditulis St. Sri Emyani bukan sekadar rangkaian kata-kata indah. Puisi itu adalah ungkapan perjalanan kehidupan: dari derasnya ombak yang menghantam jiwa hingga melayang bebas di angkasa biru, menikmati manisnya hasil perjuangan. Kalau kata bisa jadi tsunami—menghempas dan menghancurkan—kata juga mampu menjadi madu manis yang mengangkat semangat.


“Dulu aku pernah terombang ambing… Kini aku melambung ke angkasa biru… juga karena kata.”


Kata-kata dalam puisi ini menyuarakan satu pesan fundamental: kekuatan besar terletak dalam bahasa dan bagaimana kita mempergunakannya. Membangun atau meruntuhkan, membungakan atau membisu—semua tergantung pada kata yang kita pilih.


 


*Jejak Panjang dan Prestasi Gemilang Sang Maestro Sastra*


Lahir di Panggul, Trenggalek pada 22 Agustus 1965, St. Sri Emyani membuktikan bahwa perjalanan seorang sastrawan sejati bukanlah cerita instan. Dari menulis laporan seni, budaya, dan pariwisata di koran dan majalah, hingga menulis karya sastra yang tersebar di berbagai media besar Jawa Timur, namanya perlahan berkilau.


Penghargaan yang beliau raih tidak sekedar medali di leher, tapi pengakuan atas dedikasi yang tiada henti, antara lain:


Anugerah MURI untuk buku GURU (2018)


Buku SINAWANG SUWUNG yang diterjemahkan oleh Balai Bahasa Jawa Timur (2021)


Gelar Maestro Sastra Jawa dari Penerbit 9-M (2023)


Anugerah SUTASOMA dan RANCAGE (2024-2025)


Beliau tak hanya menulis; beliau membangun warisan sastra yang hidup dan bernafas.


 


*Menggerakkan Literasi dan Perlawanan Sosial Lewat Sastra*


Yang membuat St. Sri Emyani luar biasa bukan semata produktivitasnya, tapi juga kegigihannya dalam menggerakkan literasi sekaligus menyuarakan isu sosial, termasuk kampanye anti-narkoba di Pasar Pon Trenggalek. Dalam kegiatan itu, puisi dan gurit menjadi alat bukan hanya untuk menghibur, melainkan juga untuk membangkitkan kesadaran masyarakat.


Seruan sederhana nan kuat, “Kalau bukan kita siapa…?” menggema sebagai motivasi agar seluruh lapisan masyarakat tidak pasif, tapi berperan aktif dalam memerangi narkoba dan meningkatkan literasi—dua hal yang menjadi pondasi masyarakat sehat dan maju.


*NGOBRAS Ngobrol Brangasan: Kehangatan Cerita di Tengah Pasar Tradisional*


Dalam kegiatan santai bertajuk NGOBRAS Ngobrol Brangasan, percakapan mengalir dengan hangat, canda tawa menyatu dengan cerita bermakna. Kegiatan ini bukan hanya tontonan, tapi ruang dialog dan belajar yang membumi.


St. Sri Emyani mengelola forum ini sebagai cara untuk menghubungkan kata, jiwa, dan komunitas secara real, sederhana, namun penuh arti. Bentuk interaksi ini menegaskan bahwa sastra bukan ruang tertutup elit, melainkan milik siapa saja yang mau berbagi dan menyimak.

 


*Kata: Kunci untuk Membuka Gerbang Masa Depan*


Kembali ke puisi KATA, apa yang bisa kita pelajari? Bahwa setiap kata yang disusun bukan hanya kalimat biasa, melainkan langkah perjalanan, senjata, obat, dan jembatan.


Dalam era digital yang penuh lajunya informasi dan kata-kata sesaat, St. Sri Emyani mengingatkan kita untuk menyentuh kata dengan jiwa dan kesadaran penuh. Kata dapat membimbing kita kelam atau menuntun kita cerah. Maka, berilah makna pada kata yang kita ucapkan dan tuliskan, sebab dari situ lah kehidupan dan peradaban tumbuh.


*Menyulam Kata, Membentuk Dunia*


Kepada para pembaca, ingatlah bahwa sastra dan kata-kata adalah milik kita bersama. Dengan melihat dan mengenal sosok seperti St. Sri Emyani, kita diingatkan untuk terus menulis, membaca, dan berbagi. Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk penerus, untuk masyarakat, dan untuk dunia yang lebih berbudaya.


Bagaimana dengan Anda? Apakah kata-kata pernah mengubah hidup Anda? Yuk, bagikan pengalaman dan pikiran Anda di kolom komentar. Karena seperti kata sang maestro, sebuah dialog kreatif juga dimulai dari kata sederhana.


Jangan lupa untuk membagikan artikel ini jika Anda merasakan kekuatan kata seperti yang dituliskan oleh St. Sri Emyani. Karena, sejatinya, perubahan besar bermula dari kata-kata kecil yang bergema.


*Kota Batu Wisata Sastra Budaya* 

Sisir Rabu Kliwon 2 Juli 2025

*Akaha Taufan Aminudin*

Kreator Era AI KEAI JAWA TIMUR 

*SATUPENA JAWA TIMUR*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?