Spekulasi Negara Biang Kerok Pembuat Virus Covid-19

Illustrasi virus Covid-19 (pic: epicentre.msf.org)


AS mencurigai Covid-19 hasil rekayasa China, meskipun disangkal dengan menyebutkan laboratorium yang mereka miliki hanya untuk  memproduksi vaksin dan biodefense



Saat China pertama kali terkena dampak virus Covid-19, sempat terlintas pemikiran bahwa hal tersebut akibat kebocoran labatorium yang meneliti pembuatan senjata biologis rahasianya.


Pemikiran diperkuat dengan pernyataan ilmuwan Amerika Serikat (AS) pada 2002 yang pernah menyebutkan beberapa laboratorium di China melakukan penelitian racun dan patogen mematikan untuk agen perang biologis.



Fasilitas program senjata biologis China


Berita terakhir menyebutkan, Kementerian Luar Negeri AS sebagaimana dikutip dari kompas.com (13/6/2021) berhasil mengidentifikasi 2 fasilitas di China yang diduga memiliki hubungan dengan program senjata biologis untuk perang, yaitu Akademi Ilmu Kedokteran Militer Institut Mikrobiologi dan Epidemiologi Kementerian Pertahanan China di Beijing dan Institut Produk Biologi Lanzhou.


Sebelum merebaknya wabah virus Covid-19 di China, sempat terjadi ketegangan antara Amerika Serikat (AS) sengan negara tirai bambu ini, yang kemudian menimbulkan spekulasi akan terjadinya perang dunia III. Namun mereda seiring terjadinya wabah virus yang pada awalnya disebut corona itu. 


Terkaparnya tiga peneliti dari laboratorium Wuhan di rumah sakit pada November 2019, melahirkan dugaan pada dua negara besar yang berseteru, yaitu:


Amerika, karena diduga memiliki niat terselubung untuk melemahkan China tanpa melalui perang fisik, tapi melalui penyelundupan virus seperti dalam film-film intelijennya, sehingga tidak perlu keluar biaya dan tenaga untuk mengalahkan seterunya.


China, demi menghadapi perang dunia III dan panasnya seteru dengan AS, China menempuh jalan pintas kemenangan peperangan masa depan dengan membuat senjata biologis pemusnah massal di laboratorium rahasianya. Namun tak dinyana dan tak diduga terjadi kebocoran virus, yang pada awalnya mengenai peneliti di sebuah laboratorium, hingga kemudian meraja lela ke seluruh penjuru negeri. 



Spekulasi senjata pemusnah massal Perang Dunia III


Saat awal menyebarnya virus Covid-19, China menyebut penyebabnya adalah akibat zoonosis, yakni kegemaran warganya mengkonsumsi kelelawar di pasar hewan.


Hampir dua tahun berlalu, virus sedemikian cepat menyebar ke seantero dunia, hingga merasa serba salah dalam menghadapinya. Saat sebagian orang menganggapnya sebagai teori konspirasi, namun kenyataannya ada yang terjangkiti.


China yang pertama terkena wabah virus Covid-19, dan China juga yang pertama kali mengumumkan telah bebas dari wabah virus, sehingga memunculkan spekulasi bahwa virus ini sengaja diciptakan sebagai senjata pemusnah massal menghadapi Perang Dunia III.


Dengan terjadinya pandemi virus, seluruh dunia tertinggal dalam segala bidang akibat lockdown, banding terbalik dengan China yang kabarnya berhasil bangkit kembali meraih kemajuan ekonomi paling pesat di antara negara lain.


Dikutip dari kompas.com (13/6/2021) China telah lama dicurigai meneliti senjata biologis di puluhan laboratorium rahasia, dengan tujuan memproduksi bom bakteri serta patogen mematikan, seperti Anthrax dan mungkin juga Covid-19.


Namun China menyangkal dengan mengatakan bahwa laboratorium yang mereka miliki hanya untuk  memproduksi vaksin dan biodefense.



AS atau China?


Dunia terutama AS sempat mencurigai bahwa asal muasal virus Covid-19 dari China, akibatnya menimbulkan sentimen anti ras Asia di AS. Demi menepis hal itu, PBB menurunkan timnya untuk menyelidiki laboratorium Wuhan, meski kemudian hasil kerja tim tak dapat membuktikan bahwa China adalah biang kerok penyebab munculnya virus. Meskipun di sisi lain, AS tetap berkeyakinan China memiliki kemampuan canggih menyebarkan senjata biologis aerosol penyebab penyakit paling menular dan berpotensi menginfeksi sebagian besar orang.


Terkadang dalam memandang dua negara besar ini, pola pikir semua negara cenderung lebih memilih mempercayai AS, sebab di negara itu masih menghargai HAM dan Demokrasi, sementara China yang notabene negara komunis, tentunya lebih banyak pelanggaran dan sikap “sak enak udhele dhewe”, seperti saat negara itu berusaha memusnahkan keyakinan Uighur dengan memenjarakan paksa meski alasan yang dikenakan tidak rasionil, ataupun juga saat China melakukan klaim terhadap Laut China Selatan yang tak segan-segan melakukan beragam cara demi menguasai wilayah tersebut.


Bukti terbaru yang menunjukkan kemungkinan Covid-19 direkayasa China, dikutip dari The Sun (11/6/2021), yaitu ditemukannya sejumlah dokumen oleh AS, yang menunjukkan bahwa komandan Tentara Pembebasan Rakyat China meyakini perang di masa depan dapat menggunakan senjata biologis.


Dus, siapa yang lebih bisa dipercaya? 

AS dan China sebagai sesama negara besar dengan jumlah pundi-pundi uang besar juga, tak ada yang bisa dilakukan oleh negara dunia ketiga terhadap negara besar yang dicurigai sebagai biang kerok bila ekonomi negaranya sendiri kian ngos-ngosan akibat pandemi. Hingga kadang dengan terpaksa, negara miskin menerapkan diplomasi plin-plan demi menyelamatkan ekonomi negaranya.




Sebelum pandemi terjadi, negara-negara di dunia telah memiliki utang. Apalagi saat pandemi terjadi, utang negara kian bertambah akibat persediaan uang negara terfokus untuk menangani pandemi, membeli vaksin dalam jumlah besar pada negara-negara pembuat vaksin, yang entah benar-benar bertujuan membuat vaksin, atau justru malah biang kerok pembuat virus? 


Biang kerok masih tanda tanya besar, sementara vaksinasi harus tetap berjalan agar pandemi bisa ditekan dan ketertinggalan pada segala bidang dapat terkejar.


Dan, utang negara kian menumpuk, bingung.


 

Comments