Makin Liarnya Pegasus, Spyware Buatan Israel

Illustrasi spyware Pegasus (pic: beebom:com)


NSO Group Israel dituding menyuplai spyware ke para kliennya yang mayoritas orang-orang pemerintahan, hingga mengakibatkan kebocoran data 50.000 nomor ponsel aktivis, jurnalis, eksekutif bisnis, dan politikus di seluruh dunia


Saat ini sudah bukan hal aneh bila ada negara nakal yang berbuat aneh sedikit semisal memata-matai negara lain, ataupun nekat menginvasinya, pasti kena semprit negara-negara yang terganggu. Apalagi jika yang mendapat perlakuan tersebut adalah negara-negara barat yang dikomandoi Amerika Serikat (AS), pastilah akan habis-habisan dihujat dan dicaci maki, serta mendapat cap teroris.


Namun apa yang terjadi jika yang melakukan kegiatan mata-mata ataupun menginvasi negara lain adalah Amerika dan konco-konconya? Pastilah tak terlalu mendapat kritikan pedas, dunia adem ayem, hingga mustahil diembargo.



50.000 nomor ponsel digasak Israel


Demikian juga dengan perusahaan NSO Group Israel dengan malware Pegasus-nya yang ketahuan menyuplai spyware ke para kliennya yang mayoritas orang-orang pemerintahan, hingga mengakibatkan kebocoran data 50.000 nomor ponsel pintar, dengan sebagian besar pemiliknya adalah aktivis, jurnalis, eksekutif bisnis, dan politikus di seluruh dunia, tampaknya reaksi dunia tak terlalu panas membara, sebab beberapa pemerintahan di dunia tidak ingin terganggu dengan ulah mereka yang dianggap pengganggu.


Dilansir dari The Washington Post (19/7/2021) bahwa 15.000 nomor ponsel yang bocor terdapat di Meksiko, diantaranya adalah milik beberapa jurnalis lepas Meksiko yang dibunuh, meskipun belum jelas apakah telponnya diretas, namun smartphone mereka raib tak berbekas.


Tigaratus nomor ponsel lainnya adalah nomor menteri, politikus oposisi, jurnalis, ilmuwan, dan aktivis hak asasi manusia di India. Meskipun 

pada 2021, pemerintah India sempat membantah menggunakan malware untuk memata-matai warganya saat WhatsApp mengajukan gugatan di AS terhadap NSO, namun kini waktu telah membuktikan kebenaran itu.


Itulah Israel, senakal-nakalnya negara ini, tetaplah mendapat permakluman serta sanjungan karena tingkat kecerdasan, keahlian propaganda, dan selalu melangkah maju lebih awal.



Israel diam-diam bermain rudal di Suriah


Saat Suriah dilanda perang saudara, tak banyak dunia yang tahu bila ternyata Israel ikut-ikutan berlaga di dalamnya  menembakkan rudal ke negara itu dengan dalih agar Suriah tak mendapat bantuan dari Iran, yang tentu saja seteru Israel.


Padahal dibalik semua itu, terlihat jelas bahwa tindakan yamg diilakukan negara zionis ini merupakan sikap turut campur terhadap urusan negara lain, yang secara tanpa tedeng aling-aling bisa disebut invasi secara halus tanpa harus menduduki negara yang bersangkutan. 


Namun tak ada satupun negara yang heboh dengan kelakuan negara zionis ini, kecuali jika yang melakukannya adalah Suriah dibantu pasukan Hamas, yang pasti akan dihancur leburkan oleh negara barat sampai habis dengan  cap teroris.


Israel memang jarang mengkonfirmasi serangan di Suriah, tetapi diam-diam rutin melakukan serangan hingga menewaskan puluhan tentara pemerintah dan milisi, dengan menargetkan pasukan Hezbollah Iran, Lebanon serta pasukan pemerintah Suriah, negara Yahudi ini berdalih mencegah Iran memberikan dukungan militer kepada Suriah. 


Kenakalan Israel memang bukan bukan hanya itu saja, masih beragam bila dihitung, namun bukan Israel kalau tidak cerdik mandraguna, buktinya negara zionis ini selalu berhasil memutarbalikkan fakta, sama seperti sahabat akrabnya Amerika, yang pintar berpropaganda hingga ke film-film Hollywoodnya, hingga pecundangpun akan dilihat dunia sebagai pahlawan.



Pegasus spyware canggih andalan Israel


Pegasus sebagai program mata-mata Israel berhasil memata-matai 50.000 nomor ponsel di dunia, yang sebagian besar diantaranya adalah politikus, jurnalis, dan aktivis HAM dunia. Padahal hal itu telah dicurigai sejak 2016 lalu, namun kecerdikan negara zionis dalam bermain peran membuat dunia kembali terlena tidur nyenyak melupakan kecurigaan tersebut, hingga akhirnya terkuak kembali di tahun ini. 



Kita pasti masih ingat kematian jurnalis Jamal Khashoggi yang dibunuh pada 2018 oleh regu pembunuh dari Arab Saudi, hingga konspirasi jasadnya dimusnahkan dengan sangat rapi tanpa jejak, hampir membuat pembunuhan itu tak terkuak sama sekali. Setelah kejadian terkuak, kini dunia mencatat bahwa Israel ternyata telah lama memata-matai telpon genggamnya, hingga dengan mudahnya menemukan dimanapun keberadaannya.


Dikutip dari The Washington Post, Pada 2016 sejumlah analis peneliti menuduh adanya upaya malware Pegasus membantu memata-matai dan berhasil dalam peretasan perangkat jurnalis Jamal Khashoggi yang dibunuh pada 2018, termasuk terhadap dua wanitanya.


Demikian juga dengan pejabat-pejabat dan politisi India yang tewas dengan misterius, ternyata alat komunikasi merekapun telah lama dimata-matai Israel.

Kini semua mata tertuju pada Israel, terhenyak, bahkan baru sadar, ternyata upaya kecerdikan memata-matai tingkat tinggi justru berujung pada kekejaman pembunuhan yang lebih mengerikan dari terorisme, bahkan dapat dikategorikan sebagai terorisme tingkat tinggi.


Bahkan dinas keamanan Maroko juga menggunakan spyware untuk menargetkan sekitar 30 jurnalis dan eksekutif media Perancis, sebagaimana dikutip dari kompas.com (19/7/2021).




NSO Group membantah


Sebetulnya bukan hanya para politikus, pejabat negara, ataupun aktivis HAM saja yang akan terganggu jika dimata-matai melalui kamera ponsel dan mikrofonnya hingga data ponsel secara efektif diakses, bahkan tukang gorenganpun seandainya diperlakukan sedemikian rupa oleh tukang gorengan lain demi sebuah kepentingan, pastilah akan sangat risih dan terganggu karena kebebasan pribadinya dilanggar secara sepihak.


Kecerdasan Israel memang tak terkalahkan, sebagai penemu pertama sebuah tekhnologi, meskipun berbuat salah pastilah tetap akan mendapat pembelaan, sehingga menjadi promosi gratis yang makin memperkaya Pegasus, sebab beberapa pemerintahan di dunia tidak ingin terganggu dengan ulah mereka yang dianggap pengganggu, serta ingin melakukan pemebersihan mudah tanpa jejak.


NSO Group membantah semua kabar yang tersebar dengan berdalih menjual teknologinya semata-mata kepada penegak hukum dan badan intelijen dari pemerintah dengan tujuan tunggal untuk menyelamatkan nyawa melalui pencegahan kejahatan dan aksi teror sebagaimana dikutip dari kompas.com (19/7/2021).


Meskipun NSO Group membantah tentang semua kabar itu, namun dunia tetap wajib berhati-hati terhadap kegiatan dunia mata-mata, yang mungkin saja jika tidak dilakukan Pegasus,  tapi bisa juga dilakukan spyware lainnya, sebab siapapun akan risih dan terancam jika dimata-matai.




Berkaca dari peristiwa di atas, tetap waspada terhadap aplikasi yang menginginkan mengakses kamera ponsel dan mikrofon, mungkin kita bukan tipe orang-orang yang diinginkan seperti mereka, namun sebagai manusia yang memiliki hak asasi kebebasan, tentulah merasa risih dan terganggu bila hal itu terjadi pada kita.


And so, masihkah kita bisa mempercayai aplikasi yang ingin mengakses kamera ponsel dan mikrofon kita, padahal di satu sisi, kita sudah sedemikian sangat bergantung padanya? Seperti saat WhatsApp sempat membuat heboh dengan menerapkan aturannya beberapa waktu lalu, sebuah hal yang serba salah, ditinggal sayang, tidak ditinggal malah ditendang.


Ternyata benar adanya, tak ada makan siang yang gratis!


 

Comments