Euforia Belanja Jelang Hari Besar: Antara Tradisi, Tren, dan Kecerdasan Finansial
![]() |
Ilustrasi (pic:essenceqatar.com) |
Tradisi membeli kebutuhan menjelang hari-hari besar biasanya bukan hanya memenuhi kebutuhan tetapi juga mencerminkan euforia menyambut hari istimewa
Menjelang hari-hari besar seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, aktivitas belanja meningkat pesat. Orang-orang berbondong-bondong membeli kebutuhan seperti makanan, pakaian, dan hadiah, baik di toko fisik maupun online. Tradisi ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan, tetapi juga mencerminkan euforia dan kebahagiaan menyambut hari istimewa.
Namun, di balik semaraknya belanja, banyak orang terjebak dalam konsumtif berlebihan. Diskon besar dan rasa takut kehabisan barang sering membuat mereka membeli lebih dari yang dibutuhkan. Akibatnya, pengeluaran membengkak, barang menumpuk, bahkan harga-harga ikut melonjak karena permintaan tinggi.
Agar tetap bijak, penting untuk menentukan prioritas belanja, membuat anggaran, dan menghindari jebakan promosi. Dengan cara ini, perayaan tetap meriah tanpa mengorbankan kestabilan keuangan. Hari besar seharusnya dirayakan dengan kebahagiaan, bukan beban pengeluaran yang berlebihan.
Faktor Psikologis: Mengapa Orang Berbelanja Lebih Banyak?
- Euforia dan Kebahagiaan → Hari besar seperti Lebaran, Natal, atau Tahun Baru membawa suasana bahagia, yang mendorong orang ingin membeli sesuatu untuk merayakannya.
- Fear of Missing Out (FOMO) → Banyak orang takut ketinggalan diskon atau promo besar, jadi mereka cenderung membeli lebih dari yang dibutuhkan.
- Tradisi dan Kebiasaan → Di banyak keluarga, berbelanja sebelum hari besar sudah menjadi tradisi, misalnya membeli pakaian baru untuk Lebaran atau hadiah untuk Natal.
Dampak Ekonomi: Positif dan Negatif
Dampak Positif:
• Meningkatkan ekonomi dan pendapatan pedagang → Penjualan naik, terutama di sektor pakaian, makanan, dan elektronik.
• Banyak promo dan diskon → Konsumen bisa mendapatkan barang dengan harga lebih murah.
Dampak Negatif:
• Konsumtif dan boros → Banyak orang belanja bukan karena butuh, tapi karena tergoda diskon.
• Lonjakan harga → Beberapa pedagang menaikkan harga sebelum memberikan “diskon” agar terlihat lebih murah.
• Kemacetan dan kepadatan di pusat perbelanjaan → Ini sering terjadi di kota-kota besar menjelang hari besar.
Cara Berbelanja Cerdas dan Bijak
• Buat daftar belanja → Fokus pada yang benar-benar dibutuhkan.
• Bandingkan harga lebih dulu → Jangan langsung tergoda diskon besar tanpa cek harga sebelumnya.
• Tentukan anggaran → Biar gak kebablasan belanja hal yang gak perlu.
• Manfaatkan belanja online → Lebih praktis dan bisa menghindari keramaian.
Barang yang Sebaiknya Diprioritaskan
1. Kebutuhan Pokok → Seperti bahan makanan, minuman, dan kebutuhan dapur yang pasti dipakai selama perayaan. Pastikan beli secukupnya biar gak mubazir.
2. Hadiah atau Bingkisan → Kalau hari besarnya melibatkan tradisi memberi hadiah, belilah lebih awal supaya tidak kehabisan atau menghadapi lonjakan harga.
3. Pakaian & Peralatan Ibadah → Kalau memang diperlukan, misalnya baju baru untuk Lebaran atau Natal, belilah dengan bijak dan tidak berlebihan.
4. Transportasi atau Akomodasi → Kalau ada rencana pulang kampung atau liburan, pastikan pesan tiket atau hotel lebih awal supaya dapat harga lebih murah.
5. Barang yang Pasti Dipakai Sehari-hari → Misalnya, produk kebersihan, gas, atau listrik prabayar yang bisa membantu kelancaran perayaan.
Barang yang Sebaiknya Ditahan Dulu
1. Barang Elektronik & Gadget Baru → Biasanya harganya cenderung naik menjelang hari besar dan justru akan turun setelahnya saat ada clearance sale.
2. Dekorasi Berlebihan → Kadang kita tergoda beli banyak dekorasi baru padahal yang lama masih bisa dipakai. Pilih yang benar-benar perlu saja.
3. Makanan yang Mudah Basi → Jangan beli berlebihan, apalagi kalau masa simpannya pendek, karena bisa mubazir kalau gak habis dimakan.
4. Barang dengan Diskon yang Mencurigakan → Kalau diskonnya terlalu besar, cek dulu harga sebelumnya. Bisa jadi itu harga yang sengaja dinaikkan lalu diberi label “diskon.”
5. Barang yang Sebenarnya Gak Mendesak → Misalnya, beli banyak pakaian hanya karena ikut-ikutan tren, padahal masih punya yang layak pakai.
Komentar
Posting Komentar