Ketika Gelar Tak Menjamin Kualitas

 

Ilustrasi pria menceramahi seseorang (pic: Meta AI)



Gelar yang banyak sering kali membuat seseorang merendahkan dan menganggap pendapat orang lain tidak valid karena merasa lebih tinggi gelar akademiknya



Pendidikan tinggi sering dianggap sebagai tolok ukur kecerdasan dan kesuksesan seseorang. Tidak sedikit orang yang berusaha mengumpulkan gelar akademik sebanyak mungkin, seolah-olah semakin panjang titel di depan dan belakang nama mereka, semakin tinggi pula kualitas diri mereka. 


Namun, realitas menunjukkan bahwa gelar akademik tidak selalu berbanding lurus dengan kecerdasan, etika, atau bahkan keahlian seseorang.



Titel dan Ilmu, Apakah Selalu Sejalan?


Banyak orang mengejar gelar bukan demi ilmu, tetapi demi status dan gengsi. Akibatnya, mereka lebih sibuk mengoleksi sertifikat daripada benar-benar memahami dan menerapkan ilmu yang mereka pelajari. 


Mereka menganggap gelar akademik sebagai mahkota yang membuat mereka lebih unggul dari yang lain. Mereka menumpuk titel di depan dan belakang nama mereka, seolah-olah setiap huruf tambahan adalah bukti kehebatan yang tak terbantahkan. 


Namun, terkadang mereka dengan titel seabrek sering kesulitan berpikir kritis atau memberikan solusi nyata dalam bidangnya. 


Bahkan ketika bicara soal kualitas, keahlian, atau bahkan sekadar etika berdiskusi, mereka justru kalah telak dari orang-orang yang mungkin pendidikannya tidak setinggi mereka


Sementara itu, ada orang yang pendidikannya tidak setinggi mereka tetapi memiliki wawasan luas, keterampilan mumpuni, dan kepribadian yang lebih matang.



Kesombongan Akademik vs. Kerendahan Hati Intelektual


Gelar yang banyak sering kali membuat seseorang merasa lebih tinggi dari orang lain. Mereka merendahkan yang dianggap kurang berpendidikan, menganggap pendapat orang lain tidak valid hanya karena berbeda latar belakang akademik. 


Pendidikan tinggi memang penting, tapi tidak menjamin seseorang otomatis lebih cerdas, lebih bijaksana, atau lebih beradab. Ilmu yang sejati tidak hanya diukur dari berapa banyak gelar yang dimiliki, melainkan dari bagaimana seseorang memanfaatkannya. 


Jika seseorang memiliki segudang titel tetapi tak mampu berpikir jernih, bersikap rendah hati, atau berkontribusi bagi sekitarnya, maka titel-titel itu tak lebih dari hiasan kosong belaka.


Padahal, kebijaksanaan sejati justru datang dari kerendahan hati untuk terus belajar dan menerima wawasan dari mana saja, tidak hanya dari dunia akademik formal.



Kualitas Sejati Tidak Ditentukan oleh Titel


Dunia ini penuh dengan orang-orang tanpa gelar akademik tinggi yang justru memberikan dampak besar. Contohnya adalah para inovator, pengusaha, atau tokoh yang belajar dari pengalaman dan kegagalan, bukan sekadar dari ruang kelas. 


Sebaliknya, ada pula orang yang pendidikannya tinggi tetapi tidak memiliki kontribusi nyata, hanya sibuk mempertahankan gengsi dan merasa lebih unggul dari orang lain.



Pendidikan tinggi memang berharga, tetapi bukan satu-satunya ukuran kecerdasan atau kualitas seseorang. Titel akademik hanyalah alat, bukan tujuan akhir. Yang lebih penting adalah bagaimana seseorang menerapkan ilmunya, bersikap bijak, dan tetap rendah hati dalam berbagi pengetahuan. 


Pada akhirnya, dunia tidak butuh orang-orang dengan titel panjang tapi minim kualitas, melainkan mereka yang benar-benar membawa perubahan dengan pemikiran, keterampilan, dan hati yang tulus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?