Demonstran Myanmar Revolusi 22222

Unjuk rasa besar-besaran di Myanmar (pic: cnbcindonesia.com)

Walaupun pemerintah junta militer telah memperingatkan akan mengambil langkah ekstrem,  bahwa para demonstran akan beresiko kehilangan nyawa, tapi tampaknya mereka pantang mundur


Protes di jalan-jalan kota besar Myanmar sebagai bagian dari pemogokan sipil menyerukan penolakan terhadap kudeta militer hari ini dijuluki "Revolusi 22222" karena berlangsung pada tanggal 22 Februari.


Setelah warga sipil Myanmar menggelar protes berminggu-minggu usai kudeta militer pada 1 Februari, kini puluhan ribu orang kembali melancarkan protes, semua sektor bisnis tutup karena pemilik dan karyawan bergabung dalam pemogokan. 


Dikutip dari BBC, meskipun pemerintah junta militer sebelumnya telah memperingatkan akan mengambil langkah ekstrem,  bahwa para demonstran akan beresiko kehilangan nyawanya, tapi tampaknya mereka tidak terpengaruh oleh pernyataan tersebut.


Bahkan muncul peringatan dari penyiar televisi yang dikelola negara,  bisa terjadinya kerusuhan dan anarki saat demonstrasi.


Peringatan tersebut muncul setelah dua orang tewas dalam protes pada Minggu (21/2/2021) sebagai buntut kekerasan terparah setelah lebih dari dua minggu berdemonstrasi.


Tuduhan tak masuk akal terhadap Suu Kyi


Pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi ditempatkan dalam tahanan rumah oleh para pemimpin militer yang menggulingkannya dengan tuduhan memiliki walkie-talkie ilegal dan melanggar Undang-Undang Bencana Alam negara itu.


Para demonstran menuntut diakhirinya aksi militer, serta ingin Suu Kyi dibebaskan bersama dengan anggota senior partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinannya.


Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab juga menuntut pembebasan Suu Kyi, ini menunjukkan asing juga ikut menekan para pemimpin militer.


Pemogokan besar-besaran


Demonstrasi berlangsung di semua kota utama Myanmar. Pengunjuk rasa mengibarkan bendera dan menyorakan slogan protes.


Media lokal telah mengunggah gambar kerumunan besar-besaran yang berkumpul di berbagai bagian negara, bahkan Thompson Chau, editor outlet media lokal Frontier, mengatakan protes hari ini terasa jauh lebih besar daripada sebelumnya, karena banyak jalan raya diblokir dan toko-toko tutup.


Unjuk rasa hari ini lebih nyata sebagai pemogokan besar, karena setiap orang tidak akan bekerja dan semua toko tutup, warga yang bekerja untuk perusahaan resmi negara, pelaporan dan departemen pajak, dokter pemerintah hingga insinyur, semuanya melakukan pemogokan.


Meskipun ada peringatan keras yang disampaikan oleh militer di media pemerintah, namun belum ada laporan kekerasan.

Comments