Narkoba, Demokrasi, dan Minyak: Genealogi Motif Amerika Serikat terhadap Venezuela dalam Politik Intervensi Kontemporer
![]() |
| Ilustrasi Donald Trump dan Nicolas Maduro (Pic: Grok) |
Yang dipertaruhkan bukan demokrasi atau narkotika, melainkan kedaulatan energi dan arsitektur kekuasaan dunia
Ketegangan antara Amerika Serikat dan Venezuela di era kontemporer kembali menguat seiring tudingan narkoterorisme terhadap Presiden Nicolás Maduro.
Tulisan ini menganalisis apakah isu narkoba tersebut merupakan ancaman faktual terhadap keamanan internasional atau berfungsi sebagai justifikasi politik untuk delegitimasi rezim, sebagaimana pola yang pernah digunakan dalam intervensi terhadap Irak dan Libya.
Dengan menggunakan pendekatan ekonomi politik kritis dan analisis historis-komparatif, penelitian ini menemukan bahwa konflik AS–Venezuela tidak dapat dipahami semata sebagai isu hukum atau keamanan, melainkan sebagai bagian dari perebutan sumber daya strategis global, khususnya minyak bumi.
Temuan menunjukkan bahwa kriminalisasi rezim Venezuela berfungsi sebagai instrumen geopolitik untuk merestorasi dominasi energi, menekan poros anti-hegemonik Amerika Latin, dan mengamankan stabilitas finansial kapitalisme AS.
Artikel ini menyimpulkan bahwa isu narkoba beroperasi sebagai narasi legitimasi intervensi dalam struktur imperialisme modern.
Pendahuluan
Sejak awal 2000-an, Venezuela berada dalam posisi antagonistik terhadap Amerika Serikat akibat proyek politik Bolivarian yang menolak neoliberalisme dan dominasi korporasi Barat atas sumber daya strategis.
Tuduhan narkoterorisme terhadap Nicolás Maduro menghidupkan kembali pola lama dalam kebijakan luar negeri AS, yakni penggunaan isu moral dan keamanan sebagai sarana delegitimasi politik.
Fenomena ini memunculkan pertanyaan mendasar: apakah Venezuela benar-benar diposisikan sebagai ancaman narkoba global, atau justru sebagai target geopolitik berbasis kepentingan ekonomi?
Intervensi, Imperialisme, dan Kriminalisasi Negara
Tulisan ini berpijak pada:
1. Teori Imperialisme Klasik dan Neoimperialisme yang melihat intervensi sebagai instrumen ekspansi kapital.
2. Security Framing Theory, yang menjelaskan bagaimana isu keamanan diproduksi untuk membenarkan agresi eksternal.
3. Political Economy of Energy, yang memposisikan minyak sebagai determinan utama konflik.
Dalam kerangka ini, narkoba bukan hanya kejahatan, melainkan alat diskursif untuk menjustifikasi tekanan ekonomi, sanksi politik, bahkan invasi terselubung.
Venezuela dalam Peta Kepentingan Strategis Global
Venezuela memiliki:
• Cadangan minyak terbesar dunia (melebihi Arab Saudi).
• Posisi strategis di Amerika Latin.
• Sejarah resistensi terhadap dominasi AS sejak era Hugo Chávez.
Kontrol atas Venezuela berarti kontrol atas:
• Jalur energi Karibia.
• Stabilitas harga minyak pasar global.
• Keseimbangan geopolitik Amerika Latin terhadap China dan Rusia.
Dengan demikian, konflik AS–Venezuela tidak berdiri di atas moralitas hukum, tetapi di atas kepentingan struktural kapitalisme energi global.
Isu Narkoba sebagai Instrumen Legitimasi Kekerasan
Tuduhan terhadap Maduro mengulang pola historis:
• Irak: Senjata pemusnah massal yang tak pernah ditemukan.
• Libya: Korupsi dan kediktatoran sebagai pintu masuk invasi.
• Suriah: Terorisme sebagai dalih perang proksi.
Pada ketiga kasus tersebut, narasi keamanan digunakan untuk:
• Melegitimasi sanksi.
• Menjustifikasi intervensi.
• Meruntuhkan kedaulatan negara target.
Venezuela kini berada dalam lintasan diskursif yang sama.
Sanksi, Krisis, dan Rekayasa Ketidakstabilan Internal
Sanksi ekonomi AS terhadap Venezuela terbukti:
• Melumpuhkan sektor minyak.
• Memicu krisis pangan dan kesehatan.
• Memperburuk inflasi ekstrem.
Krisis ini kemudian dipakai sebagai “bukti kegagalan sosialisme”, padahal secara struktural merupakan produk perang ekonomi sistematis.
Antara “Perang Melawan Narkoba” dan Perang Mempertahankan Hegemoni
Analisis komparatif menunjukkan bahwa:
• Negara sekutu AS dengan masalah narkoba tidak dikenai sanksi setara.
• Negara yang menolak hegemoni AS justru dikriminalisasi.
Ini menunjukkan bahwa narasi narkoba bersifat selektif, politis, dan fungsional terhadap kepentingan imperium.
Konflik Amerika Serikat dengan Venezuela tidak dapat dipahami sebagai upaya penegakan hukum internasional semata.
Isu narkoba berfungsi sebagai alat legitimasi diskursif bagi strategi yang lebih besar, yakni penguasaan kembali sumber daya energi, penjinakan poros anti-imperialisme Amerika Latin, serta pemeliharaan stabilitas kapitalisme global berbasis dolar.
Dengan demikian, yang dipertaruhkan bukan demokrasi atau narkotika, melainkan kedaulatan energi dan arsitektur kekuasaan dunia.
Referensi
• Chomsky, N. (2003). Hegemony or survival: America’s quest for global dominance. Metropolitan Books.
• Harvey, D. (2005). The new imperialism. Oxford University Press.
• OPEC. (2023). Annual statistical bulletin.
• Sachs, J. (2019). The false narrative of Venezuela’s economic collapse. Columbia University Press.
• U.S. Energy Information Administration. (2023). Venezuela country analysis brief.
• Weisbrot, M., & Sachs, J. (2020). Economic sanctions as collective punishment: The case of Venezuela. CEPR Reports.

Komentar
Posting Komentar