Rekor Berdarah Industri Global: Lonjakan Penjualan Senjata Dunia USD 679 Miliar sebagai Mesin Eskalasi Konflik Abad ke-21
![]() |
| Ilustrasi senjata dunia (Pic: Grok) |
Bagaimana demokrasi dan kemanusiaan bertahan kalau “pasokan senjata” terus dijamin oleh sistem kapitalis global?
Lonjakan penjualan senjata global yang mencapai rekor USD 679 miliar menandai fase baru dari institusionalisasi konflik dalam ekonomi politik global.
Tulisan ini menganalisis keterkaitan struktural antara eskalasi konflik bersenjata, khususnya di Ukraina dan Gaza, dengan ekspansi industri persenjataan dunia dalam periode 2023–2025.
Menggunakan pendekatan ekonomi politik kritis dan analisis data sekunder dari SIPRI, Reuters, dan lembaga internasional, artikel ini menunjukkan bahwa konflik tidak lagi diposisikan sebagai kegagalan sistem internasional, melainkan telah bertransformasi menjadi infrastruktur pertumbuhan ekonomi bagi kompleks militer-industri global.
Temuan memperlihatkan bahwa peningkatan belanja militer negara-negara besar berkorelasi signifikan dengan perluasan konflik proksi, normalisasi kekerasan, serta pelemahan rezim hukum humaniter internasional.
Saya menegaskan bahwa rekor penjualan senjata bukan sekadar indikator ekonomi, melainkan bukti konkret bahwa perang telah direproduksi sebagai siklus bisnis berkelanjutan.
Implikasi tulisan ini mengarah pada urgensi rekonfigurasi tata kelola global guna membatasi komodifikasi kekerasan yang semakin terlembagakan.
Fakta Utama: Senjata Global & Rekor 2024
Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), 100 perusahaan produsen senjata dan layanan militer terbesar di dunia mencatat pendapatan gabungan US$ 679 miliar pada 2024. Itu naik 5,9% dari tahun sebelumnya — rekor tertinggi sejak data dicatat.
Kenaikan itu didorong oleh konflik besar seperti di Ukraina dan Gaza, serta “reborn arms race” di banyak kawasan, karena ketegangan geopolitik memaksa negara-negara menaikkan belanja militer.
Dari 100 perusahaan itu, 39 berbasis di Amerika Serikat — bersama perusahaan di Eropa mereka menyumbang sebagian besar omset global. Sepanjang dekade 2015–2024, pendapatan produsen senjata global meningkat 26%.
Kenapa Rekor Penjualan Senjata Mendorong Eskalasi Konflik
1. Keterkaitan ekonomi–konflik:
Industri senjata menjadi aktor ekonomi besar dengan kepentingan nyata agar konflik terus berlangsung — karena konflik = permintaan senjata.
Peningkatan revenue bukan hanya efek dari perang, tapi juga insentif untuk kelanjutan perang.
2. Dinamisasi konflik berkelanjutan:
Ketika senjata mudah tersedia, dan pasokan international melimpah, konflik lokal bisa tereskalasi atau memancing konflik baru — karena biaya berperang turun relatif terhadap keuntungan politik/teritorial.
3. Perlombaan militer (arms race) global:
Negara-negara merasa terancam oleh saingan, lalu membeli lebih banyak senjata, yang kemudian memicu ketakutan & reaksi balik dari negara lain. Itu menciptakan spiral ketidakamanan global — bukan stabilitas.
4. Proliferasi senjata & penyebaran konflik lintas batas:
Dengan produsen senjata memperoleh keuntungan besar, ada dorongan investasi untuk ekspansi — artinya senjata terus disebar ke kawasan konflik atau daerah rawan. Peluang konflik yang sebelumnya kecil bisa meledak jadi besar.
5. Politik dependen senjata (military-industrial complex):
Negara dan korporasi senjata punya kepentingan finansial & politik untuk mempertahankan konflik atau ketegangan — sehingga diplomasi, diplomasi damai, dan solusi jangka panjang sering kalah oleh kepentingan jangka pendek: profit & kekuasaan.
Dampak Nyata: Kenapa Rekor Senjata = Resiko Global
Fenomena | Potensi Dampak |
Konflik di Ukraina & Gaza memicu permintaan senjata besar | Konflik berlarut, korban sipil meningkat, destruksi infrastruktur makin parah |
Dominasi perusahaan besar (AS, Eropa, Timur Tengah) | Konsentrasi kekuatan senjata, imbalance militer, tekanan terhadap negara kecil/pihak lemah |
Kemudahan akses senjata secara global | Konflik lokal meningkat menjadi konflik bersenjata, krisis kemanusiaan menyebar |
Ketergantungan ekonomi & politik pada industri senjata | Diplomasi damai tersubordinasi kepentingan korporasi → perdamaian sulit tercapai |
Kesimpulan & Peringatan: Apa Artinya Buat Kita
Rekor penjualan senjata global bukan sekadar statistik. Itu alarm besar yang menunjukkan bahwa dunia sedang dalam mode “siaga konflik.”
Artinya:
• Risiko perang, baik berskala besar maupun lokal, meningkat — bahkan di tempat yang dulu relatif aman.
• Negara-negara miskin, konflik internal, ketidakadilan struktural, jadi bahan empuk jika senjata murah & tersedia.
• Perdamaian global jadi rapuh: kekuatan militer diprioritaskan daripada diplomasi, hak asasi, dan solusi jangka panjang.
• Kita sebagai manusia biasa — bukan elit negara atau korporasi — bakal terus jadi korban.
Implikasi Moral & Politik: Apa yang Harus Dipertanyakan
• Apakah industri senjata pantas ada kalau keuntungan mereka berarti kematian kolektif & penderitaan?
• Sejauh mana negara membiarkan perang sebagai bisnis — bukannya selesaikan konflik lewat diplomasi dan keadilan?
• Bagaimana masyarakat global bisa mendesak transparansi, kontrol senjata, dan redistribusi sumber daya untuk pembangunan, bukan destruksi?
• Bagaimana demokrasi dan kemanusiaan bertahan kalau “pasokan senjata” terus dijamin oleh sistem kapitalis global?
Referensi
SIPRI. (2025). Top 100 arms-producing and military services companies, 2024: Combined revenues reach USD 679 billion. Stockholm International Peace Research Institute.
Finance Yahoo. (2025, December 2). World’s biggest arms makers see revenues surge as wars fuel demand.
Reuters. (2025, December 2). Global arms sales hit record high on back of Ukraine and Gaza wars.
United Nations Office for Disarmament Affairs. (2024). Global military expenditure and arms transfers: Annual report.
World Bank. (2024). Conflict, security, and development: Global trends in militarization.
Stockholm International Peace Research Institute. (2024). Trends in international arms transfers 2019–2024.

Komentar
Posting Komentar