Cinta Allah di Setiap Detak: Haid, Istirahat, dan Keistimewaan Wanita
![]() |
Ilustrasi wanita (pic:ChatGPT - DALL·E) |
Allah tidak pilih kasih kepada pria, tetapi justru lebih menyayangi wanita dengan memberikan keringanan berupa haid. Bukan beban, tapi bentuk istirahat dari Allah
Dalam Islam, wanita yang sedang haid tidak diperbolehkan sholat dan puasa. Dalilnya ada dalam hadits berikut:
Rasulullah ï·º bersabda:
“Bukankah jika wanita sedang haid, ia tidak sholat dan tidak berpuasa?” (HR. Bukhari & Muslim)
Dan tentang puasa, Rasulullah juga bersabda:
“Kami (para wanita) diperintahkan untuk mengqadha puasa, tetapi tidak diperintahkan untuk mengqadha sholat.” (HR. Muslim)
Jadi, puasa wajib diganti (qadha) setelah Ramadhan, sedangkan sholat tidak perlu diganti.
Kenapa begitu? Nah, ini ada hikmah besar di baliknya!
Bukan Bentuk Pilih Kasih, tapi Bentuk Kasih Sayang
Islam bukanlah agama yang pilih kasih antara pria dan wanita. Justru aturan ini adalah bentuk kelembutan dan kasih sayang Allah kepada wanita. Kenapa?
1. Menstruasi Itu Melelahkan
Saat haid, tubuh wanita mengalami banyak perubahan hormon, yang bisa menyebabkan: Kelelahan, nyeri perut & kram, sakit kepala, bad mood & emosi tidak stabil, serta pegal-pegal dan lemas
Bayangkan kalau di saat kondisi seperti ini, wanita tetap harus menjalankan ibadah yang butuh tenaga seperti sholat & puasa.
Allah Maha Tahu bahwa saat haid, wanita butuh istirahat secara fisik dan mental. Maka dari itu, Allah tidak membebankan ibadah berat kepada wanita haid.
2. Bukan Bentuk Pengurangan Pahala
Mungkin ada yang berpikir, “Kalau aku gak sholat dan puasa, apakah itu berarti aku dapat pahala lebih sedikit?” Jawabannya tidak!
Wanita haid tetap bisa mendapat pahala yang besar jika tetap melakukan ibadah lain, seperti: Dzikir & istighfar, Doa di waktu mustajab, Bersedekah & membantu orang lain, Mendengarkan Al-Qur’an atau membaca tafsirnya
Jadi, meskipun tidak bisa sholat dan puasa, kesempatan mendapatkan pahala tetap terbuka lebar!
3. Mengapa Sholat Tidak Perlu Diqadha, Tapi Puasa Harus?
Sholat adalah ibadah harian yang jumlahnya banyak (5x sehari). Kalau harus mengganti semua yang terlewat saat haid, itu akan memberatkan wanita.
Puasa Ramadhan hanya setahun sekali, jadi menggantinya tidak seberat mengganti sholat harian.
Allah Maha tahu batas kemampuan hamba-Nya, makanya aturan ini bukan untuk menyulitkan, tapi justru untuk mempermudah.
4. Wanita Itu Dimuliakan, Bukan Ditinggalkan
Dalam agama lain, ada kepercayaan bahwa wanita haid dianggap “najis” dan tidak boleh melakukan apa pun, bahkan ada yang dilarang menyentuh makanan atau masuk tempat ibadah. Tapi Islam tidak seperti itu!
Di dalam Islam: Wanita haid tidak najis, Masih boleh beribadah dengan cara lain, Tetap bisa berbuat kebaikan & mendapatkan pahala.
Bahkan, Rasulullah ï·º tetap bersikap mesra kepada istrinya saat haid. Dalam hadits disebutkan bahwa beliau tetap mencium & memeluk Aisyah r.a. meskipun sedang haid. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak merendahkan wanita yang sedang haid, tetapi tetap menghormatinya.
Jadi, Allah tidak pilih kasih kepada pria, tetapi justru lebih menyayangi wanita dengan memberikan keringanan.
Bukan beban, tapi bentuk istirahat dari Allah.
Bukan pengurangan pahala, tapi kesempatan ibadah dengan cara lain.
Bukan bentuk pengabaian, tapi justru bentuk penghormatan kepada wanita.
Allah paham bahwa tubuh wanita lebih sering mengalami kelelahan akibat perubahan biologis, jadi aturan ini bukan bentuk ketidakadilan, tetapi bentuk perlindungan.
Komentar
Posting Komentar