PUISI: Ramadhan, Jangan Pergi
Ilustrasi bulan Ramadhan (pic:ChatGPT - DALL·E)
Ramadhan, tunggu sebentar lagi…
Izinkan aku memelukmu lebih lama,
di sepertiga malam yang semakin sunyi,
di antara doa-doa yang belum sempat kutuntaskan,
di sajadah yang masih basah oleh air mata kerinduan.
Kau datang seperti tamu agung,
membawa cahaya yang membasuh dosa-dosa,
membelai hatiku dengan kelembutan rahmat-Nya,
membisikkan harapan tentang ampunan,
tentang surga yang terasa lebih dekat dari biasanya.
Tapi kini, kau bersiap pergi…
Seperti angin yang perlahan melepas genggamannya,
seperti senja yang hilang di telan malam,
kau pergi tanpa bisa kucegah,
meninggalkanku dalam debar yang tak menentu.
Aku takut, Ramadhan…
Takut jika ini pertemuan terakhir kita,
takut jika dosa-dosaku kembali menggunung,
takut jika setelah kau pergi, aku kembali lalai,
takut jika air mata ini tak cukup untuk menahanmu lebih lama.
Lailatul Qadr…
Apakah kau sempat singgah di rumahku?
Apakah doaku sempat naik ke langit?
Apakah ampunan-Nya telah menyapaku,
atau aku hanya melewatkanmu tanpa sadar?
Ramadhan…
Jika aku belum cukup bersujud dalam rindu,
jika aku belum cukup berbisik dalam doa,
jika aku belum cukup menangis karena-Nya,
maka jangan biarkan hatiku mengeras saat kau pergi.
Bawa pergi cintaku kepada dunia,
tinggalkan aku dengan cinta kepada-Nya.
Jika ini perpisahan kita,
ajarkan aku setia dalam kebaikan,
hingga jika kau kembali tahun depan,
aku tak lagi menjadi hamba yang sama…
aku ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Ramadhan, jangan pergi…
Atau jika kau harus pergi,
bisikkan pada hatiku,
bahwa Allah masih menungguku dalam taubat,
bahwa meski kau berlalu,
rahmat-Nya tak pernah menjauh.
Selamat tinggal, Ramadhan…
Jika umurku tak cukup untuk bertemu denganmu lagi,
saksikan bahwa aku pernah mencintaimu,
dengan segenap rindu, dengan segenap air mata…
Komentar
Posting Komentar