Ramadhan Akan Pergi, Dapat Berkah atau Cuma Lapar?

Ilustrasi berdoa (pic: AI Image)

Ramadhan akan segera pergi. Pertanyaannya, apakah kita termasuk yang beruntung atau justru yang merugi?


Ramadhan, bulan penuh berkah dan ampunan, kini hampir berakhir. Kita telah melalui hari-hari dengan puasa, shalat, tilawah, dan amal ibadah lainnya. 


Tapi, pertanyaan besar yang harus kita renungkan: Apakah kita termasuk orang yang beruntung setelah Ramadhan berlalu?


Allah memberi kesempatan luar biasa di bulan ini untuk menghapus dosa, meningkatkan ketakwaan, dan memperbaiki diri. Namun, tidak semua orang keluar dari Ramadhan dalam keadaan yang sama. Ada yang meraih keberkahan, ada pula yang Ramadhannya berlalu tanpa makna.


Mari kita refleksikan, apakah kita termasuk golongan yang beruntung setelah Ramadhan pergi, atau justru termasuk yang hanya menahan lapar doang?



Golongan Manusia Setelah Ramadhan


Setelah Ramadhan berlalu, manusia terbagi menjadi tiga golongan:


1. Golongan yang Beruntung: Orang yang Meningkat Ketakwaannya


Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 183:

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”


Tujuan utama puasa adalah meningkatkan ketakwaan. Orang yang beruntung setelah Ramadhan adalah mereka yang:


- Ibadahnya meningkat 

Tidak hanya rajin beribadah di Ramadhan, tapi tetap istiqamah setelahnya.


- Akhlaknya lebih baik 

Lebih sabar, pemaaf, dan menjaga lisan.


- Mampu menjaga diri dari dosa 

Puasa telah melatihnya untuk meninggalkan keburukan.


- Istiqamah dalam amal kebaikan 

Shalat malam, sedekah, dan membaca Al-Qur’an tetap dilakukan meski Ramadhan telah usai.


Mereka inilah yang benar-benar mendapatkan keberkahan Ramadhan dan keluar dari bulan ini sebagai pemenang.



2. Golongan yang Merugi: Kembali ke Kebiasaan Lama


Rasulullah ï·º bersabda:

“Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ahmad)


Golongan ini adalah mereka yang:


- Beribadah hanya di bulan Ramadhan

Setelah Ramadhan, ibadahnya kembali malas.


- Kembali kepada kebiasaan buruk

Jika sebelumnya menjauhi maksiat, setelah Ramadhan justru kembali lagi.


- Menganggap Ramadhan hanya sebagai tradisi 

Tidak benar-benar memahami esensi dan tujuannya.


Mereka berpuasa, tapi tidak mendapat manfaat spiritualnya. Setelah Ramadhan pergi, hidupnya tetap sama tanpa perubahan berarti. Na’udzubillah!



3. Golongan yang Celaka: Tidak Mendapat Ampunan di Bulan Ramadhan


Rasulullah ï·º pernah naik mimbar dan mengucapkan amin tiga kali. Ketika para sahabat bertanya, beliau bersabda:


“Jibril berkata: ‘Celakalah seseorang yang melewati Ramadhan tetapi dosanya tidak diampuni,’ lalu aku berkata: Amin.” (HR. Ahmad)


Ini adalah golongan yang paling rugi. Mereka adalah orang yang:


- Mengabaikan Ramadhan 

Tidak berpuasa tanpa uzur, meninggalkan shalat, dan tidak peduli dengan bulan suci ini.


- Tidak bertaubat

Padahal Ramadhan adalah bulan pengampunan, mereka tetap dalam kemaksiatan.


- Tidak memanfaatkan malam-malam terakhir

Padahal di dalamnya ada Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.


Mereka keluar dari Ramadhan tanpa perubahan, tanpa ampunan, dan tanpa keberkahan.



Bagaimana Agar Termasuk Golongan yang Beruntung?


Agar kita tidak termasuk golongan yang merugi setelah Ramadhan, kita harus melakukan beberapa hal:


1. Menjaga Konsistensi Ibadah


- Lanjutkan shalat tahajud dan dhuha.


- Tetap membaca Al-Qur’an setiap hari.


- Perbanyak sedekah meskipun Ramadhan sudah usai.


2. Memperbaiki Akhlak


- Jaga lisan dari ghibah dan fitnah.


- Bersikap lebih sabar dan pemaaf.


- Menjadi pribadi yang lebih rendah hati dan dermawan.


3. Memperbanyak Istighfar dan Taubat


Jangan merasa puas dengan ibadah Ramadhan, tetaplah rendah hati dan terus beristighfar.


Berdoa agar Allah menerima amal ibadah kita di bulan Ramadhan.


4. Melanjutkan Puasa Sunnah


Lanjutkan dengan puasa 6 hari di bulan Syawal (pahalanya seperti puasa setahun!).


Biasakan puasa Senin-Kamis atau puasa Ayyamul Bidh (puasa 3 hari di pertengahan bulan Hijriyah).


5. Menjadikan Ramadhan Sebagai Titik Awal Perubahan


Ramadhan bukan sekadar momen tahunan, tapi titik balik untuk menjadi pribadi yang lebih baik sepanjang tahun.


Jangan biarkan semangat ibadah hanya bertahan di bulan Ramadhan, tapi pertahankan sepanjang hidup.



Ramadhan akan segera pergi. Pertanyaannya, apakah kita termasuk yang beruntung atau justru yang merugi?


Jika kita menjadi pribadi yang lebih baik, lebih taat, dan lebih dekat dengan Allah setelah Ramadhan, maka kita adalah orang yang beruntung.


Tapi jika setelah Ramadhan kita kembali ke kebiasaan buruk, lalai dalam ibadah, dan melupakan esensi Ramadhan, maka kita adalah orang yang merugi.


Semoga kita semua termasuk golongan yang beruntung dan keluar dari Ramadhan sebagai hamba yang lebih bertakwa. Aamiin! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?