Deforestasi Amazon untuk Highway ke Belém, Konflik dengan Komunitas Adat, dan Kemarahan Negara Kepulauan Kecil
![]() |
| Ilustrasi deforestasi Amazon dan COP30 (Pic: Grok) |
Tanpa kejujuran politik dan penegakan hukum, konferensi iklim hanya festival kata-kata sementara hutan ditebang di belakang panggung
COP30 di Belém sudah berjalan lima hari ketika laporan tentang percepatan pembukaan hutan untuk pembangunan akses jalan semakin ramai dibahas.
Waktu konferensi berjalan, suara mesin gergaji, alat berat, dan lalu lintas logistik justru makin menggema di area luar Amazon.
Tulisan ini mengulas paradoks ini: konferensi iklim berlangsung di tengah percepatan deforestasi.
Analisis fokus pada dampaknya bagi masyarakat adat, narasi “pembangunan hijau,” dan reaksi pedas dari negara kepulauan kecil yang merasa dikhianati oleh simbolisme kosong.
Pendahuluan
COP30 sedang berlangsung, delegasi sudah berdebat lima hari penuh, tetapi Brasil masih menunjukkan wajah ganda:
• diplomasi manis di ruang konferensi,
• pembukaan hutan di belakang panggung.
Narasi publik intinya begini: “Selamat datang di konferensi iklim terbesar dunia. Maafkan debu dan suara mesin di halaman belakang.”
Deforestasi di Tengah COP: Realita Lapangan Hari Ke-5
Laporan dari NGO, jurnalis lingkungan, dan satelit harian menunjukkan:
1. Aktivitas pembukaan lahan masih terjadi, terutama koridor jalan yang menghubungkan pedalaman Pará ke Belém.
2. Lalu lintas alat berat meningkat karena window waktu logistik COP dipakai untuk memaksimalkan pekerjaan yang sebelumnya tertunda.
3. Efeknya: satwa lari makin jauh, masyarakat adat susah mencari ikan, burung, satwa kecil, dan wilayah hutan berderu kayak pabrik hidup.
Komunitas Adat: Lima Hari COP, Lima Hari Tambah Sengsara
Komunitas adat mengeluhkan hal ini langsung dalam pertemuan samping COP (side-event), termasuk perwakilan Kayapó, Munduruku, dan Tembé.
Keluhan mereka sangat spesifik:
• satwa kabur karena polusi suara,
• sungai kecil keruh akibat excavator,
• jalur tradisional berburu tertutup tumpukan kayu dan alat berat,
• akses makanan menurun, terutama daerah yang bergantung berburu dan memancing.
Kehidupan mereka sekarang seperti tinggal di desa yang dikepung proyek konstruksi raksasa tanpa istirahat.
Negara Kepulauan Kecil (SIDS): Reaksi Paling Keras Sejauh COP Berlangsung
Hari ke-5 COP30 diwarnai kritik dari delegasi beberapa negara kepulauan:
• Fiji,
• Tuvalu,
• Barbados,
• Marshall Islands.
Mereka bilang, kurang lebih:
“Dunia nih lucu. COP digelar di Amazon, tapi tutupan hutan Amazon justru turun selama konferensi berlangsung.”
Mereka marah karena tiga hal:
1. Amazon adalah benteng 1.5°C, jadi kalau dipotong, target global makin absurd.
2. SIDS sedang kehabisan tanah, rumah tenggelam oleh laut naik, sementara negara besar sibuk “membangun jalan.”
3. Bagi mereka, COP30 di Belém semestinya momen penyelamatan Amazon, bukan pembukaan akses ekonomi baru.
Analisis: Politik, Ekonomi, dan Ironi COP30
Beberapa faktor menjelaskan kenapa pembukaan lahan justru meningkat di tengah COP:
1.Momentum ekonomi lokal
Pemerintah daerah Pará menganggap COP sebagai peluang investasi. Jalan yang menghubungkan pedalaman ke Belém dianggap “krusial” untuk ekonomi jangka panjang.
2. Lobi industri ekstraktif
Pastinya ada kepentingan dari:
• industri kayu,
• peternakan,
• pertambangan.
Mereka berharap akses jalan membuka peluang ekspansi. COP cuma bonus pencitraan.
3.Politik federal vs daerah
Pemerintah pusat ingin citra hijau. Pemerintah daerah ingin pertumbuhan ekonomi cepat. Hasilnya kekacauan koordinasi yang membuat pembukaan lahan tetap jalan.
COP30 sudah berlangsung lima hari, tetapi deforestasi justru meningkat berkat pembangunan akses menuju Belém.
Komunitas adat makin menderita karena sumber makanan makin menipis dan hutan berubah menjadi zona konstruksi.
Sementara itu, negara pulau kecil merasa sedang disuguhi komedi tragis: konferensi tentang penyelamatan bumi… dilakukan sambil merusak paru-paru bumi.
Realitas COP30 ini menunjukkan satu hal:
Tanpa kejujuran politik dan penegakan hukum, konferensi iklim hanya festival kata-kata sementara hutan ditebang di belakang panggung.
REFERENSI
1. Amazon Environmental Research Institute. (2025). Daily satellite deforestation bulletin: COP30 week one. Instituto de Pesquisa Ambiental da Amazônia (IPAM).
2. Global Witness. (2025, November 12). Infrastructure expansion and deforestation during COP30: Rapid assessment findings.
3. The Guardian. (2025, November 11). As COP30 meets in Belém, heavy machinery continues clearing forest outside Pará.
4. Mongabay. (2025, November 10). Amazon roadworks intensify as climate talks unfold in Brazil.
5. Articulation of Indigenous Peoples of Brazil (APIB). (2025). Statement on Amazon infrastructure impacts during COP30.
6. Survival International. (2025, November 9). Indigenous communities report wildlife flight and food scarcity linked to Pará construction corridors.
7. Alliance of Small Island States. (2025, November 12). COP30 intervention on Amazon deforestation and 1.5°C pathway.
8. Barbados Ministry of Environment. (2025). Climate diplomacy briefing: The Amazon paradox at COP30.
9. Ministério dos Transportes do Brasil. (2025). Relatório de progresso: Corredor rodoviário Belém–Interior.
10. Folha de São Paulo. (2025, November 8). Obras aceleram durante COP30 em Pará, dizem ONGs.
11. Intergovernmental Panel on Climate Change. (2024). Sixth Assessment Synthesis Report.
12. United Nations Environment Programme. (2025). Forests and climate integrity: Risk assessment update.

Komentar
Posting Komentar