Formula Sakti Tutwuri Handayani demi Generasi Muda Berkarakter Pancasilais Cerdas Berkualitas (1)

Ki Hajar Dewantara dengan filosofinya (pic: panduhidayatullah.com)

 

Ketika pendidik telah menjadi sosok Pancasilais, Tutwuri handayani, super smart, dan disegani, maka tidak diragukan lagi akan tercapai pendidikan karakter berkualitas tanpa ketakutan diintimidasi lembaga HAM saat mendidik murid


 

Saat membicarakan kualitas pendidikan sebuah negara, tentunya kita tak lupa juga mengamati mutu generasi muda di negara tersebut, sebab sudah bukan rahasia lagi,  apabila mentalitas moral generasi muda suatu negara bobrok, maka pastinya akan mempengaruhi tingkat kualitas pendidikan negaranya.


Penyebab keruntuhan moral generasi muda antara lain diakibatkan oleh: pengaruh narkoba, pergaulan bebas, kurangnya filter terhadap kebudayaan asing yang negatif, gaya hidup hedonisme, serta kebebasan yang kebablasan akibat tontonan tanpa sensor.


Namun dampak negatif globalisasi tidak akan berimbas pada kehidupan generasi muda jika suatu bangsa bahu membahu untuk melindungi dan menjaga anak bangsa negaranya.



Formula sang Maestro pendidikan


Tentunya kita masih ingat dengan Bapak Pendidkan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, yang dengan nama Asli Raden Mas Soewardi Soeryoningrat, adalah seorang bangsawan berdarah biru dengan kerendahan hatinya bersedia memikirkan kemajuan bangsa ini di saat penjajahan Belanda melalui jalur pendidikan.


Beruntung saya menikmati sekolah yang pada awalnya didirikan oleh sang maestro pendidikan tersebut, yakni Taman siswa. 


Saya merasakan penanaman kekeluargaan yang teramat dalam di sekolah tersebut saat mengenyam pendidikan di sekolah dasar, yang disebut Taman Muda, dan sekolah menengah pertama, yang disebut Taman Dewasa.


Metode pendidikan dan pengajaran Ing ngarso sung tulodho (di depan memberi contoh), ing madyo mangun karso (di tengah-tengah memberi semangat), tutwuri handayani (di belakang memberi dorongan)

tertanam kuat dalam ingatan saat saya bersekolah di sana, dan itu bukan hanya teori yang wajib dihapal, tapi betul-betul melebur dalam keseharian.


Setiap siswa benar-benar dihargai sebagai sosok pribadi yang unik, diterima latar belakang kebhinekaannya dengan mengedepankan kemanusiaan dan kekeluargaan.


Andai semua lembaga pendidikan berhasil menerapkan metode ini, maka bukan tidak mungkin akan terwujud kriteria karakter pendidikan yang betul-betul bernilai Indonesia, dengan budi pekerti luhur yang memanusiakan peserta didik.



Metode menangkal dampak negatif globalisasi


Beberapa metode untuk menangkal dampak negatif globalisasi, antara lain:


Pendalaman agama


Setelah memperdalam pengetahuan agama peserta didik, kemudian diajak berdiskusi  agar mereka berpikir kreatif tentang suatu pemahaman agama, sehingga hasil perilaku yang didapatkan akan lebih efektif dan berhasil mewarnai karakter sepanjang hidupnya.

 

Pendalaman moral


Sangat penting memberi pendalaman moral pada peserta didik, terutama budaya timur dan nilai-nilai Pancasila, yang mengajarkan Bhineka tunggal ika, rasa empati terhadap sesama, budi pekerti luhur, sehingga akan terlahir karakter menghormati sesama umat manusia. 

 

Selipan humor


Saat ini sudah bukan jamannya seorang pendidik mengajar kaku dan kasar, cara pendidikan jaman dulu yang menerapkan senior selalu benar sudah tidak berlaku lagi, sebab keberhasilan pendidikan di negara-negara barat, misal Finlandia sebagai barometer pendidikan terbaik dunia,  mereka memperlakukan anak didik seabagai subyek dan bukan obyek.


Pendidik yang kaku tidak akan efektif dalam penyampaian ilmunya, sebab penelitian ilmuwan membuktikan bahwa saat seseorang mengalami kegembiraan, maka otak akan menghasilkan endomorphin, zat kimia yang membuat tubuh lebih relax dan mudah menerima ilmu.


Disiplin


Pendidikan berkualitas jika peserta didik terlatih berdisiplin, tahu kapan saat belajar dan kapan saat istirahat. Mereka terlatih dengan waktu sejak dini, namun penerapan disiplin harus menyenangkan, tidak seperti siksaan, sebab dengan cara kurang menyenangkan, kedisiplinan hanya akan berlaku di depan mata dan tidak berkelanjutan seumur hidup, sebab keberhasilan suatu bangsa tercermin dari kedisiplinan tiap generasinya, misalnya Jepang, China, yang terbiasa disiplin, hemat waktu, yang dulunya negara miskin dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, kini berubah wujud menjadi negara dengan kemajuan ekonomi yang membuat negara-negara barat memperhitungkan. 



Jadi apabila seorang pendidik mampu membuat suasana pengajaran menjadi segar dengan humornya, maka peserta didik akan lebih mudah nenerima ilmu dan memahaminya. Mungkin karena itulah kenapa saat ini banyak anak2 yang dengan mudahnya meniru hal-hal negatif yang mereka dapatkan di internet, sebab ternyata internet mengajarkannya secara relax, ada ketenangan yang menghasilkan kegembiraan anak  saat berselancar di dunia maya, namun mereka tidak tahu jika ada hal- hal negatif yang mengintainya.


(Bersambung)


 

Comments