Gencatan Senjata Israel-Palestina, Siapa Pahlawan dan Pemenang yang Sesungguhnya?

Kondisi Palestina setelah dibombardir Israel (pic: scmp.com)



Gencatan senjata diharapkan bukan sekedar akal-akalan untuk menyusun strategi licik kasat mata terbaru demi menambah porsi wilayah dengan menancapkan kuku pengusiran lebih dalam



Dan, gencatan senjata itu pun terjadi, setelah banyak berjatuhan korban sipil dari pihak Palestina, setelah kantor berita diluluhlantakkan, dan setelah yang terbunuh bukan hanya jurnalis, namun wanita, dan anak-anak.


Dikutip dari kompas.com, 21/5/2021, Israel dan Hamas sepakat melakukan gencatan senjata dengan diprakarsai Mesir pada Kamis (20/5/2021), dan mulai berlaku Jumat (21/5/2021) pukul 02.00 waktu setempat.


Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi memerintahkan dua delegasi masing-masing dari Israel dan Gaza untuk bekerja demi menegakkan gencatan senjata, yang berjanji dipatuhj oleh Palestina melalui Taher Al-Nono, penasihat media untuk kepala Hamas Ismail Haniyeh, asalkan penjajah (Israel) melakukan hal serupa.


Diharapkan bukan akal-akalan


Gencatan senjata kali ini diharapkan bukan sekedar akal-akalan untuk menyusun strategi licik kasat mata terbaru, demi untuk manambah porsi wilayah dengan menancapkan kuku pengusiran lebih dalam.


Kita ingat kematian Yaseer Arafat yang sampai saat ini masih misteri, meskipun Rusia menyatakan kematian itu alami, namun peneliti Perancis megklaim menemukan jejak racun di benda-benda serta helai rambut yang ditinggalkan sang inisiator PLO, sementara di sisi lain mustahil bila  istri Yaseer Arafat yang merupakan juru runding berkebangsaan Israel tidak tahu menahu keseharian suaminya.



Misteri target 33 institusi media


Tentu saja gencatan senjatan itu berhasil dilakukan, sebab si pelaku yang membabi buta dengan kecanggihan senjatanya menyetujui untuk itu, seandainya Hamas yang menghentikan, teramat mustahil, sebab yang dimiliki hanya roket, apalah artinya dibanding tank, rudal ataupun iron done Israel.


Yang pasti Gideon Levy kolumnis harian Israel Haaretz sebagaimana dikutip dari kompas.com (20/5/2021) mengungkapkan, bombardir serangan udara Israel di gedung-gedung tinggi bertujuan membuat pertunjukan spektakuler yang disiarkan tv Israel berulang kali karena dinilai sangat fotogenik, demi menunjukkan betapa canggih dan kuatnya Israel.


Padahal selain menunjukkan kepongahan, tersimpan misi rahasia Israel di balik serangan udara bertubi-tubi terhadap gedung-gedung utama di Gaza, sebab enam gedung tinggi yang diluluhlantakkan semuanya adalah ikon kota Gaza, yang di dalamnya terdapat 184 properti perumahan dan gedung-gedung yang menampung total 33 institusi media, termasuk media tertua dan paling terkemuka Mashareq. seperti menyiratkan upaya pembungkaman berita dan saksi mata, agar dunia tak memahami kebenaran yang sesungguhnya.



Israel teroris yang sebenarnya


Entah siapa yang merasa paling menang dari semua yang telah terjadi, pantaskah Israel merasa menang jika yang banyak terbunuh adalah warga sipil? Ataukah Hamas, karena merasa wajib membela tanah airnya akibat dijarah Israel?


Namun pengakuan mantan pilot Angkatan Udara Israel bernama Yonatan Shapira, cukup menghenyakkan, sebagaimana dikutip dari kompas.com, 19/05/2021, menurutnya justru pemerintah Israel serta tentara Israel lah yang merupakan penjahat perang dan teroris yang sebenarnya, sebab meneror populasi Palestina yang berjumlah jutaan orang. Kekejian itulah yang membuat Saphira mengundurkan diri dari militer Israel pada 2003 dengan pangkat terakhir kapten. 




Meskipun saat gencatan senjata kali ini semua pihak mengaku sebagai pemenangnya, namun hanya dunia Internasional yang jujur menilai, siapa yang berhak disebut pahlawan, Israel yang merasa membela diri karena dirembaki roket tapi sasaran serangannya justru jurnalis, wanita, dan anak-anak, ataukah Hamas yang memuncak kemarahannya melihat tanah airnya selalu diusik hingga membalasnya dengan hantaman ribuan roket?


Hanya mereka yang memahami sejarah dan memiliki hati nurani, yang mampu menilai dengan adil, siapa pahlawan dan pemenang yang sesungguhnya.










.





 

Comments