Love Oldiest Song Vs Hak Asasi Vulgar Lagu Zaman Now

Pic:dreamstime.com

Oldiest love song itu abadi, entah How Deep Is Your Lovenya Beegees, atau Sun milik Richard Sanderson, kesan cintanya mendalam, romantis,meskipun mungkin kita belum lahir saat lagu-lagu itu diciptakan, tapi rilis ulang yang selalu ada membuat telinga kita sangat familier.

Kini dengan kemajuan tekhnologi terbaru, meskipun tidak menguasai alat musik, kita bisa kembali menyenandungkan lagu-lagu cinta romantis lawas itu dengan berkaraoke, cukup menghibur dan efektif menghilangkan stres, meskipun karaokenya hanya di rumah saja.

Keabadian lagu-lagu tempo dulu tidak bisa diragukan lagi, mungkin karena tidak melulu mengumbar hawa nafsu, berbanding terbalik dengan sebagian lagu saat ini. yang jika kita jeli mengamati syairnya, terkadang vulgar, atau bahkan memposisikan perempuan sebagai obyek dan bukan subyek, misalnya beberapa waktu yang lalu pasaran musik sempat booming dengan lagu yang isi syairnya hanya melulu tentang hubungan terlarang, cinta satu malam, atau juga lagu barat mister loba loba yang sibuk melakukan..... alamaaak sadarkah kau wanita jadi obyek?

Cara penyanyi menampilkan lagunya di jaman dulu dan sekarang memang berbeda, Jika dahulu benar- benar menjual kemampuan vokalnya, tanpa alat bantuan apapun di dapur rekaman, dengan baju santun, sementara beberapa lagu-lagu jaman sekarang terkesan lebih mengeksploitasi tubuh demi popularitas, hasilnya memang terbukti tokcer mendatangkan fulus, misal saat Britney Spears merilis album pertamanya tampil santun, hasil penjualannya melempem, tapi begitu ganti kostum hot, meledak kuar biasa!

Mungkin itulah permintaan pasar saat ini, hingga tanpa disadari wanita menjadi obyek menarik yang ditelanjangi secara perlahan. Jika di era tahun 60-70an penampilan penyanyi wanita masih agak tertutup, tapi selang beberapa dekade kemudian makin terbuka, hingga akhirnya minim, pernah mengamati penampilan Nicky Minaj?

Serba salah, habis gimana dong? di luar negeri boleh kan? kenapa di Indonesia gak boleh? tuntutan pasar gitu loh, demi sesuap nasi, ngapain lo cuma bisa coment gak nyukupin hidup gue juga, ini hak asasi gue tau!

Nah lho jadi gitu, ya iya deh urusan hidup lo, tapi jangan bawa-bawa hak asasi manusia juga, karena di Indonesia hakmu untuk  vulgar berhadapan dengan hak orang lain untuk tidak melihat vulgarmu, sebab  ada pertimbangan nilai-nilai moral dan agama di Pasal  28I ayat (2) UUD 1945:
"Dalam menjalankan dan melindungi hak asasi dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketetiban umum."

Nah lho ternyata diatas hak asasi ada kewajiban asasi, baru sadar? Jadi mengapa harus berteriak-teriak histeris tentang hak asasi kalau tidak memahami kewajiban asasi?

Dan pembicaraan tentang lagu dan hak asasi vulgarnya terhenti sampai di sini, karena toh kembali ke selera pasar yang terkadang tak bisa ditawar-tawar lagi akibat hedonisme yang merajalela.

Comments