Puber Kedua, Siapa Takut?

Jatuh cinta lagi dengan pasangan yang sama (pic:marriage.com)

Puber adalah kondisi yang dialami seseorang, tidak biasanya terjadi, meliputi berbagai perasaan, menyebabkan energi berlebih dan kegembiraan luar biasa karena keinginan menikmati sesuatu yang berbeda.

Kondisi puber terjadi ketika seseorang merasakan kejenuhan terhadap suatu keadaan yang sama sehingga menginginkan perubahan. Bila hal ini ditunjang dengan situasi yang diinginkan, maka terjadilah puber kedua.

Terkadang orang menyebut keadaan puber kedua pada seseorang sebagai 'fall in love again' alias jatuh cinta lagi.Anda pernah melihat seperti apa keadaan orang yang jatuh cinta? tidak akan berbeda jauh dengan mereka yang jatuh cinta lagi.
Saat seseorang jatuh cinta, otaknya akan dibanjiri hormon endhorpin, menimbulkan perasaan gembira berlebih yang menyebabkan lupa segalanya.

Jika puber kedua dikondisikan dengan keadaan jatuh cinta lagi, tidak ada yang patut disalahkan jika belum memiliki pasangan, tapi akan menjadi salah kaprah dan berbahaya sekali bila salah sasaran, sebab akan melukai hati pasangan, pernikahan yang dibangun jungkir balik dengan perjuangan sekian waktu hancur lebur hanya karena jatuh cinta sesaat.

Kita bisa mendalami puber kedua dari dua sisi:

Sisi si Tokoh Puber Kedua

Dia tidak akan mau disalahkan, makin dilarang akan makin tertantang untuk melakukannya, situasi akan makin runyam karena puber kedua makin menarik dan menggoda untuk dijalani.

Sisi si Pasangan Tokoh Puber Kedua

Terluka, sedih, merasa tidak menarik lagi, dikalahkan, disalahkan, marah, merasa terbuang.

Hanya dua tokoh ini yang patut menjadi perhatian dalam kejadian puber kedua, pihak yang lain mungkin hanya bisa sebagai penasehat, pemberi masukan, atau malah menjadi pihak yang berperan langsung menjadi penyebab terjadinya puber kedua, yang sering dominan disebut 'si perusak 'atau 'orang ketiga.'

Jadi sebetulnya yang paling berperanan untuk menetralkan salah kaprah puber kedua adalah si tokoh dan pasangannya, nasehat atau gangguan dari pihak lain tidak akan berpengaruh apa-apa jika si tokoh dan pasangannya tetap kuat menjalani kehidupan cinta yang ada.

Akan sangat luar biasa jika kondisi atau keadaan puber kedua terjadi pada pasangan sendiri, jatuh cinta dan tergila-gila kembali dengan pasangan lama, untuk itulah diperlukan jurus-jurus jitu agar tidak salah kaprah saat puber kedua, dan juga taktik strategis bagi yang menjadi korban puber kedua.

Berikut cara-cara efektif mengatasi puber kedua:

Bagi si Tokoh Puber Kedua

- Kembali ke norma agama dengan aturan Tuhan untuk mengendalikan hawa nafsu

 Memperdalam empati terhadap pasangan, memikirkan andai yang terjadi sebaliknya

- Berusaha bijak menahan diri dengan mengingat kembali banyaknya waktu yang terbuang demi membangun suatu hubungan, bukan tidak mungkin terjadi ada rasa kebosanan lagi yang dapat mengulang puber hingga kesekian kalinya.

- Memahami bahwa puber kedua adalah rasa jenuh sesaat yang akan menghilang seiring berjalannya usia dan waktu.

Bagi si Korban Tokoh Puber Kedua

- Memperbaiki diri

- penampilan agar tidak membosankan dipandang pasangan

- Berpegang teguh pada Tuhan bahwa segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak-Nya

Memperluas wawasan, pemikiran sehingga bisa menjadi teman berbicara yang menarik di mata pasangan

Bagi Pihak Ketiga (Mediator)

- Menasehati

- Memberi masukan yang menyejukkan

Bagi Pihak Ketiga (Biang Kerok)

- Bertobatlah

- Ingatlah bahwa mungkin saat ini Anda berhasil merebutnya, tapi ingatlah jika saat ini Anda membuatnya jatuh cinta lagi, bukan tidak mungkin seiring berjalannya waktu, suatu hari dia akan kembali jatuh cinta lagi. Jika pasangannya yang sekian waktu berkorban ditinggalkan begitu saja, apalagi Anda yang baru saja memulai waktu bersamanya.

Tak ada cara paling bijak untuk mengatasi puber kedua selain kesadaran diri secara penuh tentang sebab dan akibatnya, sebab tak ada yang salah dengan puber kedua, 'jatuh cinta lagi' itu sangat menyenangkan, tapi wajib pengendalian diri agar tidak salah kaprah yang akan berimbas menghancurkan karir dan masa depan.

Comments