Bangsa yang Dulu Dibantai, Kini Membantai: Akankah Holocaust Kedua Lahir karena Israel?

Ilustrasi holocaust (Pic: Meta AI)

Ironi pahit dari bangsa yang dulunya korban kini menjadi pelaku bukan hanya tragedi sejarah, tapi juga alarm etika untuk kemanusiaan global


Sejarah mencatat Holocaust sebagai tragedi kemanusiaan paling kelam di abad ke-20, di mana jutaan orang Yahudi dibunuh secara sistematis oleh Nazi Jerman. 


Ironisnya, lebih dari 75 tahun kemudian, bangsa yang pernah menjadi korban kekejaman justru meniru pola-pola penindasan serupa terhadap rakyat Palestina. 


Tulisan ini menelaah bagaimana tindakan biadab Israel terhadap para tahanan dan warga sipil Palestina bukan hanya merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional, tetapi juga berpotensi menyulut “Holocaust 2”—yakni sebuah lonjakan balasan dendam massal akibat trauma, penghinaan kolektif, dan keputusasaan.



Luka Sejarah yang Dilupakan


Bangsa Yahudi modern melalui entitas negara Israel sering menyebut Holocaust sebagai “Never Again”, sebuah slogan moral yang menyerukan agar dunia tidak lagi membiarkan kekejaman seperti itu terjadi. 


Namun, ironi historis muncul ketika negara yang membawa warisan luka itu justru melakukan:

Penahanan massal

Penyiksaan seksual dengan benda tajam

Penghinaan martabat (forced nudity, pemerkosaan, penyiksaan psikologis)

Eksekusi tanpa proses hukum

Perampasan tanah dan hak hidup



Kebiadaban Terkini: Bentuk Kejahatan Kemanusiaan


Data dari Addameer Prisoner SupportB’TselemAl-Haq, dan investigasi jurnalis internasional menunjukkan praktik-praktik berikut:

Penyiksaan dengan anjing

Dipaksa minum alkohol, disiram air mendidih

Dilecehkan secara seksual, termasuk pada anak-anak dan perempuan

Tahanan mati karena luka benda tumpul dan pendarahan anus akibat sodomi benda keras

Tidak diberikan makanan, air, bahkan akses medis


Tindakan ini jelas masuk dalam kategori pelanggaran berat Konvensi Jenewa, dan memenuhi syarat sebagai crimes against humanity (Pasal 7 Statuta Roma ICC).



Mengapa Bangsa Secara Historis Cerdas Bisa Sedemikian Bodoh secara Moral?


Ada empat alasan utama:


1. Trauma Kolektif yang Tidak Diolah Secara Etis


Sebagian besar elit Israel menggunakan trauma Holocaust sebagai legitimasi eksistensi negara, bukan sebagai etika untuk menolak kekerasan.


2. Nasionalisme Etnosentris dan Teologi Supremasi


Zionisme bukan sekadar nasionalisme, tapi juga memiliki unsur eksklusivitas etnis dan supremasi, yang menganggap rakyat non-Yahudi (terutama Arab Palestina) sebagai ancaman eksistensial.


3. Pengaruh Amerika Serikat dan Kekuasaan Impunitas


Perlindungan politik dan militer dari AS membuat Israel kebal hukum internasional, menciptakan moral hazard karena tidak ada konsekuensi nyata atas kejahatan mereka.


4. Distorsi Pendidikan dan Sejarah


Warga Israel tumbuh dengan kurikulum yang mereduksi rakyat Palestina sebagai “teroris”, dan membenarkan kekerasan sebagai “pembelaan diri”.



Potensi Holocaust Kedua: Jalan Menuju Dendam Kolektif


Dunia sedang menyaksikan hal yang sangat berbahaya:

Sebuah bangsa ditindas di depan mata kamera global

Anak-anak dibantai, para ibu diperkosa, pria disiksa hingga mati

Dunia diam


Jika tidak dihentikan, generasi Palestina ke depan bisa saja:

Menggenggam kemarahan historis dengan cara lebih ekstrem

Melahirkan gerakan global balas dendam

Memandang Israel bukan sebagai negara, tetapi sebagai simbol kejahatan itu sendiri


Dan pada saat itu, dunia yang diam hari ini akan kehilangan hak moralnya untuk berbicara tentang perdamaian.



Holocaust Kedua Mungkin Tak Harus Bernama Holocaust


Israel kini berada di ambang kegagalan moral tertinggi dalam sejarah modern. Ironi pahit dari bangsa yang dulunya korban kini menjadi pelaku bukan hanya tragedi sejarah, tapi juga alarm etika untuk kemanusiaan global.


Holocaust kedua tidak harus terjadi dalam bentuk ruang gas atau kamp konsentrasi. Ia bisa lahir dalam bentuk balas dendam massalkehancuran kolektif, dan siklus kekerasan yang tak berkesudahan—dan dunia tak akan mampu lagi menghentikannya.








Referensi

  • B’Tselem. (2025). Torture and abuse of Palestinian detainees. Retrieved from https://www.btselem.org
  • Addameer. (2025). Palestinian political prisoners in Israeli prisons. Retrieved from https://www.addameer.org
  • United Nations Human Rights Council. (2024). Report on Israeli practices towards the Palestinian people. Geneva: UNHRC.
  • Al-Haq. (2025). Documented violations against detainees in Israeli custody. Ramallah: Al-Haq Publications.
  • Human Rights Watch. (2025). A Threshold Crossed: Israeli Authorities and the Crimes of Apartheid and Persecution. New York: HRW.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengupas Deep Learning: AI, Metode Abdul Mu'ti, dan Kurikulum Merdeka di Era Modern

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd