Kryptonian Melawan Kolonialisme: Superman 2025 Alegori Pembebasan Palestina dalam Sinema Global Pop
![]() |
| Ilustrasi Superman (Pic: Meta AI) |
Kekuatan besar yang gagal memperhatikan rakyat lemah adalah narasi kemanusiaan yang berbahaya—dan bahwa pahlawan sejati berdiri untuk yang tak berdaya tanpa izin siapa pun
Konflik disajikan melalui dua negara fiksi: Boravia — negara kuat sekutu AS dengan militer mutakhir, dan Jarhanpur — negara miskin, tak berdaya, dihuni etnis non-putih.
Banyak kritikus menganggap Jarhanpur adalah alegori Gaza atau Palestina: penduduk lokal menyerang tanpa senjata, sementara Boravia melakukan agresi termasuk terhadap wanita & anak-anak yang hanya melindungi diri dengan batu atau tongkat.
Superman sebagai Figur Moral Otonom
Superman menyatakan: “Aku mewakili diriku sendiri” saat ditanyai alasan intervensinya di Jarhanpur, menolak klaim bahwa dia agen Amerika Serikat.
Sikap ini mencerminkan evolusi tokohnya—dari simbol “Kebenaran, Keadilan, dan Cara Amerika” menjadi pahlawan kosmopolitan yang mengutamakan nilai kemanusiaan global.
Kritik Imperialisme & Sosial Engineering
Luthor digambarkan sebagai pemain elit global—mendukung perang Boravia atas keuntungan sendiri, paralel dengan figur oligarki dunia nyata seperti Donald Trump.
Film menunjukkan bagaimana konflik disamarkan lewat “krisis buatan” (seperti ancaman black hole) agar agresi meluas tanpa perhatian publik — analog dengan strategi untuk mengaburkan krisis Gaza ketika perhatian global dipusatkan pada event besar dunia.
Respons & Reaksi Publik
Film menuai kontroversi:
• Pendukung pro-Palestina: menganggap film ini blokbuster paling pro-Palestina di Hollywood.
• Pendukung Israel: menyerukan boikot, menuduh film sebagai propaganda anti-Israel dan pro-Hamasesqe.
• Gunn secara eksplisit menolak klaim ini: dia menegaskan film ini bukan komentar terhadap konflik Timur Tengah, namun kisah universal tentang kebaikan, kemanusiaan, dan nilai imigrasi.
Gaya Narasi dan Balance Tone
Cerita menyeimbangkan antara humor ringan (kebiasaan Gunn) dengan dramatis: konflik identitas Superman, kekuasaan Luthor, dan implikasi geopolitik.
Namun beberapa kritikus menyebut ceritanya terlalu padat, bahkan berantakan di klimaks akibat banyak subplot yang dikerucutkan terburu-buru.
Kritik lain mengatakan film memiliki tempo yang tidak konsisten—dramatis tapi juga terkesan dibumbui untuk fans baru, bukan fans klasik DC.
Kesimpulan Akademik
Aspek | Insight |
Simbolisme politik | Jarhanpur ~ Gaza; Boravia ~ Israel, Amerika Serikat |
Tema utama | Kemanusiaan di atas kepentingan nasional |
Kritik sosial | Oligarki global, perlawanan sipil dalam kekuatan tinggi |
Reaksi publik | Pembelaan pro-Palestina vs penolakan pro-Israel |
Kreasi sinematika | Campuran ringan-nuansa filosofis, tapi kritik tentang pacing dan kompleksitas cerita |
Dengan analisis ini, kita bisa lihat Superman (2025) bukan cuma pertarungan melawan musuh fiktif, tapi refleksi politik modern.
Pengingat bahwa kekuatan besar yang gagal memperhatikan rakyat lemah adalah narasi kemanusiaan yang berbahaya—dan bahwa pahlawan sejati berdiri untuk yang tak berdaya tanpa izin siapa pun.
Referensi
1. Newsweek James Gunn’s Superman accused of being anti-Israel
2. The Guardian Superman is super woke?
3. CNA Lifestyle (Indonesia) Superman dinilai pro Palestina dan anti-Israel
4. Polygon Superman’s relationship with the US government is evolving
5. Times of India Why critics say new Superman movie is ‘anti-Israel’

Komentar
Posting Komentar