Kewajiban Anak Laki-laki terhadap Ibunya: Bakti yang Tak Bertepi

Ilustrasi seorang ibu dengan anak lelakinya (Pic: Meta AI)



Kewajiban seorang anak laki-laki terhadap ibunya adalah tanggung jawab yang tidak akan pernah gugur, bahkan setelah ia menikah



Dalam Islam, ibu memiliki kedudukan yang sangat mulia. Bahkan, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa seorang anak harus lebih mendahulukan ibunya dibandingkan siapa pun, termasuk ayahnya. 


Ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah yang paling berhak mendapatkan perlakuan baikku?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasulullah tetap menjawab, “Ibumu.” Baru setelah pertanyaan keempat, beliau menyebut “Ayahmu.” (HR. Bukhari & Muslim).


Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya peran seorang ibu dan bagaimana Islam mewajibkan seorang anak, terutama laki-laki, untuk berbakti kepadanya. 


Namun, di zaman sekarang, sering kali kita melihat anak-anak lebih fokus pada keluarga kecil mereka sendiri dan melupakan ibunya. Padahal, kewajiban seorang anak laki-laki terhadap ibunya tidak pernah gugur, bahkan setelah menikah.



Berbakti kepada Ibu di Atas Segalanya


Islam menekankan bahwa seorang anak laki-laki tetap memiliki tanggung jawab kepada ibunya meskipun ia telah menikah. 


Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku kembalimu.” (QS. Luqman: 14)


Ayat ini menegaskan bahwa seorang anak harus selalu mengingat jasa ibunya dan berbuat baik kepadanya tanpa batas waktu.



Menafkahi Ibu Jika Ia Membutuhkan


Seorang anak laki-laki yang sudah dewasa dan memiliki penghasilan berkewajiban untuk membantu ibunya jika ia membutuhkan, terutama jika sang ibu tidak memiliki sumber penghasilan atau suami yang menafkahinya. Ini adalah bentuk nyata dari bakti kepada orang tua. 


Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya, tangan yang memberi lebih baik daripada tangan yang menerima. Mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu: ibumu, ayahmu, saudaramu perempuan dan laki-laki, kemudian yang lebih dekat dan lebih dekat.” (HR. Muslim)


Dalam konteks ini, seorang anak laki-laki memiliki tanggung jawab lebih besar dibandingkan anak perempuan, karena laki-laki dalam Islam diberikan kelebihan dalam hal kekuatan fisik dan tanggung jawab finansial.



Mengutamakan Ibu tanpa Mengabaikan Istri


Salah satu tantangan terbesar bagi seorang pria setelah menikah adalah bagaimana menyeimbangkan tanggung jawabnya terhadap ibu dan istrinya. 


Islam tidak pernah mengajarkan untuk mengorbankan salah satu demi yang lain, tetapi mengajarkan keseimbangan. 


Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya hak ibu itu lebih besar, tetapi tidak boleh menelantarkan hak istri.”


Oleh karena itu, seorang pria harus mampu menjadi pemimpin yang adil, memberikan kasih sayang dan perhatian kepada ibunya tanpa mengurangi hak istrinya.



Mendoakan dan Merawat Ibu di Hari Tuanya


Salah satu bentuk bakti terbesar adalah merawat ibu saat ia sudah tua dan tidak berdaya. Islam menegaskan bahwa ridha Allah tergantung pada ridha orang tua. 


Dalam Al-Qur’an disebutkan:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada mereka perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra’: 23)


Jangan sampai seorang anak justru menitipkan ibunya ke panti jompo karena merasa sibuk dengan kehidupannya sendiri.



Kewajiban seorang anak laki-laki terhadap ibunya adalah tanggung jawab yang tidak akan pernah gugur, bahkan setelah ia menikah. 


Ia harus selalu berbakti, menafkahinya jika diperlukan, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta merawatnya di hari tua. 


Islam tidak membatasi bakti kepada ibu hanya dalam kata-kata, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata.


Jangan sampai seorang pria hanya sibuk mencari nafkah untuk keluarganya sendiri tetapi lupa dengan ibu yang telah berjuang melahirkan dan membesarkannya. Sebab, ridha Allah terletak pada ridha ibu, dan siapa yang berbakti kepada ibunya, maka ia telah membuka pintu surga bagi dirinya sendiri.


“Ibu adalah pintu surga terbaik, maka jangan sia-siakan kesempatan untuk masuk ke dalamnya.” (HR. Ahmad)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengupas Deep Learning: AI, Metode Abdul Mu'ti, dan Kurikulum Merdeka di Era Modern

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd