Skenario Dunia 2030 Jika Dominasi Visa dan MasterCard Tumbang

Ilustrasi QRIS (Pic: Meta AI)



Bagaimana dunia akan berubah jika pada tahun 2030 dominasi Visa/MasterCard benar-benar tumbang?



Selama puluhan tahun, Visa dan MasterCard menjadi dua raksasa global dalam sistem pembayaran elektronik dunia. 


Dengan jaringan luas, standar keamanan tinggi, dan kemudahan transaksi internasional, mereka membangun dominasi finansial yang hampir tak tertandingi.


Namun, dengan munculnya inisiatif-inisiatif nasional seperti QRIS (QR Code Indonesian Standard) dan GPN (Gerbang Pembayaran Nasional) di Indonesia, serta langkah serupa di berbagai negara, ada gelombang baru: desentralisasi sistem pembayaran global.


Pertanyaannya: Bagaimana dunia akan berubah jika pada tahun 2030 dominasi Visa/MasterCard benar-benar tumbang?


Mari kita bahas skenario-skenario ini dengan kacamata ilmiah dan logis.



Berkembangnya Sistem Pembayaran Nasional dan Regional


Tanpa dominasi Visa/MasterCard, negara-negara akan mengembangkan sistem pembayaran sendiri.

 Contoh: QRIS di Indonesia, RuPay di India, MIR di Rusia, UnionPay di Tiongkok.

Sistem ini akan membentuk blok-blok keuangan berbasis geopolitik: misal ASEANPay, AfroPay, EuroWallet.


Dampak:

Kemandirian ekonomi meningkat.

Negara tidak bergantung pada jaringan asing.

Tapi, interoperabilitas internasional jadi tantangan besar.



Kebangkitan Mata Uang Digital dan CBDC (Central Bank Digital Currency)


Bank sentral dari berbagai negara akan mempercepat peluncuran mata uang digital resminya.

Digital Dollar, Digital Yuan, Digital Rupiah, Digital Euro.

Ini akan mempercepat transaksi lintas negara tanpa perantara swasta seperti Visa/MasterCard.


Dampak:

Sistem keuangan global lebih transparan.

Risiko penyalahgunaan data pribadi menurun (kalau governance-nya baik).

Tapi juga rawan pengawasan ketat dan kendali pemerintah.



Kehancuran Bisnis Tradisional Visa/MasterCard


Tanpa dominasi global:

Laba Visa/MasterCard akan merosot drastis.

Perusahaan akan memfokuskan diri hanya di sektor-sektor tertentu: inovasi fintech, cybersecurity, atau layanan korporasi.

Ada kemungkinan merger besar-besaran dengan perusahaan teknologi lain.


Dampak:

Ribuan karyawan mungkin terdampak PHK.

Saham perusahaan bisa anjlok di pasar global.

Investor akan berpindah ke startup fintech baru.



Meningkatnya Persaingan Fintech dan Start-up Keuangan


Runtuhnya dominasi akan membuka pasar bagi ratusan inovasi baru:

Pembayaran biometrik.

Platform peer-to-peer payment internasional.

AI-based smart wallet.


Dampak:

Layanan pembayaran lebih cepat, murah, dan user-friendly.

Tapi risiko keamanan siber meningkat tanpa regulasi ketat.



Perubahan Pola Perdagangan Dunia


Tanpa Visa/MasterCard:

Negara-negara mungkin hanya menerima pembayaran dengan sistem regional/nasional mereka.

Ini bisa memperumit perdagangan internasional, terutama untuk negara-negara kecil.


Dampak:

Dunia terfragmentasi menjadi blok ekonomi berbasis sistem pembayaran.

Perlu diplomasi ekonomi baru untuk membuka konektivitas antar sistem.



Jika dominasi Visa dan MasterCard benar-benar tumbang pada tahun 2030, dunia akan memasuki era kedaulatan finansial nasional.


Di satu sisi, ini memperbesar peluang keadilan ekonomi global, memperkuat independensi negara, dan membuka pintu inovasi fintech yang lebih adil.


Namun di sisi lain, risiko fragmentasi global, konflik standar pembayaran, serta perang siber antarnegara juga meningkat tajam.


Dengan kata lain: Dunia keuangan 2030 akan lebih demokratis, tapi juga lebih kompleks dan penuh tantangan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?