Pemotongan Bantuan USAID: Krisis Kemanusiaan Global
![]() |
Ilustrasi Presiden AS Donald Trump dan dana bantuan USAID (Pic: Meta AI) |
“Bantuan yang tertahan adalah nyawa yang ditahan. Dunia tak akan damai jika cinta hanya dihitung dalam anggaran.”
Bantuan luar negeri, khususnya yang berasal diberikan melalui USAID (United States Agency for International Development), selama ini menjadi pilar diplomasi kemanusiaan Amerika Serikat.
Namun, kebijakan kontroversial yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump saat masa jabatannya (2017–2021), termasuk pemotongan besar-besaran pada anggaran bantuan luar negeri, telah menimbulkan dampak yang tidak kecil bagi negara-negara berkembang, khususnya yang sedang mengalami konflik dan bencana kemanusiaan.
Pemotongan ini bukan hanya kebijakan fiskal, melainkan strategi politik yang berdampak langsung pada kelangsungan hidup jutaan manusia.
Pertanyaannya: apakah kebijakan ini benar-benar efektif dalam mengamankan kepentingan nasional AS, atau justru memperuncing krisis kemanusiaan global?
USAID sebagai Instrumen Kemanusiaan dan Geopolitik
USAID tidak hanya bertindak sebagai lengan bantuan kemanusiaan, tetapi juga instrumen soft power Amerika.
Program-program USAID mencakup pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan bantuan pangan di lebih dari 100 negara.
Dalam banyak kasus, USAID menjadi penopang utama bagi populasi rentan, terutama di zona konflik seperti Yaman, Suriah, Palestina, dan Sudan Selatan.
Motif Pemotongan Anggaran oleh Pemerintahan Trump
• Amerika First Policy: Dalam semangat nasionalisme ekonomi, Trump mengurangi anggaran luar negeri agar lebih banyak dana dialokasikan untuk kepentingan domestik.
• Tekanan terhadap Pemerintah Asing: Pemotongan bantuan digunakan sebagai tekanan politik terhadap negara-negara yang tidak sejalan dengan kebijakan luar negeri AS—contohnya Palestina, setelah pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
• Kritik terhadap Inefisiensi: Pemerintahan Trump mengklaim banyak program USAID tidak efisien, penuh pemborosan, dan tidak menunjukkan hasil signifikan.
Dampak Langsung terhadap Krisis Kemanusiaan
• Palestina: Pemotongan bantuan $200 juta pada 2018 berdampak signifikan terhadap program-program kesehatan dan pendidikan di Gaza dan Tepi Barat.
• Yaman: Di tengah perang dan krisis kelaparan, penarikan bantuan memperparah kondisi pengungsi dan akses terhadap pangan.
• Afrika Sub-Sahara: Banyak program penanggulangan malaria dan HIV/AIDS terganggu akibat pengurangan dana.
• Organisasi Multilateral: Pemotongan dana untuk lembaga seperti UNRWA (untuk pengungsi Palestina) menimbulkan efek domino terhadap negara donor lain yang harus menutup kekurangan tersebut.
Kritik Internasional dan Respon Balik
Organisasi internasional, termasuk PBB, serta LSM global mengkritik pemotongan ini sebagai tindakan tidak etis, tidak strategis, dan membahayakan stabilitas global.
Alih-alih mengurangi konflik, kebijakan ini justru memperbesar potensi radikalisasi akibat ketiadaan bantuan sosial dan pendidikan.
Pemotongan bantuan USAID di era Trump bukan sekadar isu fiskal, tetapi pilihan ideologis yang mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Kebijakan tersebut memperuncing krisis di berbagai belahan dunia, memperlemah pengaruh positif AS, dan mengancam stabilitas global.
Ini juga menjadi pengingat bahwa ketika bantuan dikomodifikasi menjadi alat politik, yang menderita adalah rakyat sipil.
Maka, dalam dunia yang terus menghadapi ketidakpastian dan penderitaan, kebaikan tidak boleh disandera oleh kekuasaan.
Komentar
Posting Komentar