Antara Ka’bah dan Konflik: Mengapa Arab Saudi Menganggap Iran sebagai Ancaman?

Ilustrasi (Pic: Meta AI)

Bisa jadi ini lebih soal politik ketimbang agama. Lebih soal dagang senjata ketimbang damai sesama Muslim


Arab Saudi dan Iran memang dua negara besar Islam, tapi:

• Arab Saudi → Sunni Wahabi (garis konservatif kerajaan)

• Iran → Syiah Itsna Asyariyah (garis revolusioner Republik Islam)


Perbedaan mazhab ini bukan sekadar perbedaan ritual, tapi menyangkut legitimasi kekuasaan politik dan identitas ideologi negara


Keduanya sama-sama mengklaim sebagai “pelindung umat Islam” — dan klaim ini bukan hanya teologis, tapi juga geopolitik.



Sejarah Berdarah di Mekkah: Antara Fakta dan Operasi Intelijen


Peristiwa kerusuhan Mekkah, dan ini merujuk pada Tragedi 1987, ketika jamaah Iran berdemo saat haji. Akibatnya:

• Ratusan jamaah (terutama Iran) tewas

• Hubungan diplomatik putus

• Iran menyebut Arab Saudi sebagai “pelayan AS”

• Saudi menyebut Iran “perusak kesucian tanah haram”


Apakah murni kesalahan Iran? Belum tentu.


Banyak analis menduga ada campur tangan intelijen, baik dari CIA maupun Mossad, yang menyusupkan provokator di tengah jamaah untuk menciptakan kerusuhan dan memicu konflik antar negara Islam.



Perang Citra dan Dagang Senjata


• Arab Saudi belanja senjata terbesar ke-3 dunia (bermiliar dolar dari AS)


• Iran diembargo, jadi menggunakan alutsista lokal & proksi (Hizbullah, Houthi)


Perbedaan ini menciptakan asimetri kekuatan:

• AS dan sekutunya butuh musuh bagi Saudi agar penjualan senjata terus jalan.

• Maka, narasi “Iran ancaman” selalu didengungkan.


Padahal…

Kenyataannya, siapa yang membom Gaza dan siapa yang kirim bantuan?

Arab Saudi — yang seharusnya melindungi Palestina — justru terjebak aliansi dengan pihak yang menyerang. Sedangkan Iran, dengan segala kontroversinya, justru kirim bantuan dan menyuarakan perlawanan.



Politik Paranoia: Rekayasa atau Realita?


Kecurigaan Arab Saudi terhadap Iran bukan semata hasil pengalaman, tapi juga:

• Desakan AS untuk “mengimbangi” Iran

• Normalisasi Israel-Saudi yang butuh musuh bersama

• Ketakutan Riyadh terhadap pengaruh ideologi revolusi Iran (yang anti monarki)


So, Bisa jadi ini lebih soal politik ketimbang agama. Lebih soal dagang senjata ketimbang damai sesama Muslim.



Jika Ka’bah adalah pusat spiritual umat Islam, maka kenapa rudal dijadikan pelindungnya?

Bukankah iman lebih kuat dari misil?

Atau jangan-jangan, misil justru jadi simbol dari iman yang mulai rapuh oleh paranoia.








Referensi

  • Cordesman, A. H. (2020). The Military Balance in the Middle East. CSIS Press.
  • Nasr, V. (2006). The Shia Revival: How Conflicts within Islam Will Shape the Future. Norton & Company.
  • Wehrey, F. (2014). Sectarian Politics in the Gulf: From the Iraq War to the Arab Uprisings. Columbia University Press.
  • Parsi, T. (2007). Treacherous Alliance: The Secret Dealings of Israel, Iran, and the United States. Yale University Press.
  • U.S. Department of Defense (2023). Global Arms Trade Reports.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengupas Deep Learning: AI, Metode Abdul Mu'ti, dan Kurikulum Merdeka di Era Modern

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd