Puisi Esai Syamsu Soeid, Ulasan Akaha Taufan Aminudin
![]() |
Syamsu Soeid (Pic: Akaha Taufan Aminudin/istimewa) |
*Puisi Esai*
*KUCURI EMPAT TANDAN PISANG UNTUK ADIK*
*Oleh: Syamsu Soeid*
Sepuluh tahun usiaku, ibuku meninggal
Adikku masih kecil.
Tak ada linangan air mata
Aku masih tak mengerti apa arti ditinggal ibu
Beberapa selang tahun berjalan,
bapakku pergi tak tahu kemana bumi dipijak.
Aku hanya mendengar kabar kalau bapak memiliki istri baru.
Aku rindu ibu tapi hanya makam yang kujumpa.
Aku rindu bapak, tapi tak tahu di mana ia berada.
Kakek nenek tempat aku bercerita.
Usianya sudah tua.
Menghidupi dirinya tak mampu pula.
Untuk menghidupi aku dan adik, tentu saja karena terpaksa.
Saat aku remaja, aku masuk SMA
Tapi hanya seumur jagung kubercengkerama dengan teman berseragam putih abu-abu.
Sesudahnya tak ada lagi biaya.
Setelahnya, aku harus bercengkerama dengan serombongan kambing milik desa.
Sabit dan keranjang rumput jadi pengganti pensil dan buku.
Adikku sudah SMP
Tak hendak aku berharap nasib seperti aku.
Biar lelah badan bercucur keringat,
aku harus memberi semangat adik untuk terus bersekolah.
Tentu dengan uang hasil kupelihara kambing milik desa,
hasilnya tak seberapa
Kakek nenek semakin tak berdaya
Hatinya tentu meronta, tapi tak kuasa
Pasti tak tega menatap cucu tiada ibu dan bapa
Aku bahagia melihat adikku tertawa
Riang bersama kawan sepulang sekolah
Entah berapa purnama berjalan sekian lama
Tak pernah kumelihat kalender pada dinding kusam tempat kuistirah
Kupandang adikku sering berwajah muram tak bercahaya
Dia hanya diam tak berkata dan bertanya
“ Dek, ada pelajaran sekolah yang sulit ,?”
Adikku hanya menggeleng lesu saat kutanya
Seperti dulu, aku masih ingin memberi semangat adikku
Tapi bagaimana aku tahu ketika adik hanya membisu.
Apa yang membuat adik bermuram durja ?
Kuintip adik sepulang sekolah,
agar jelas apa yang menjadi gelisah adik bermuram durja.
“ aduh !” teriris hati ini menyaksikannya
Sementara handai taulan bersuka cita membeli makanan pedagang asongan,
Adik hanya bisa memandang tak kuasa menikmatinya.
Tentu karena tak ada uang saku sebagai bekal ke sekolah
Pada satu siang, demi ingat adik hanya diam menyaksikan kawan membeli makanan
Aku mengambil pisang di ladang orang
Bukan untuk kumakan bersama adik
Tapi akan kutukar uang agar aku dan adik bisa membeli makanan pedagang asongan
Seperti kawan seusia adik yang suka jajan di jalanan.
Tapi sial, si empunya ladang mengetahui aku memotong pisang
Aku mendengar teriakan pemilik ladang
“ Pencuri !”
Aku tidak lari, karena memang aku tak sadar bahwa aku sedang menjadi pencuri
Hanya sekejap, banyak orang berdatangan
Semua mengumpat. Bahkan ada tamparan tangan kurasakan menghantam kepala.
Plak !
“ masih muda jadi pencuri !”
“ Dasar anak tidak pernah sekolah !”
Bermacam umpatan kudengar dengan gemetar
Celana dan bajuku dipaksa untuk dibuka
Tinggal celana dalam bisa kukenakan
Aku diarak dipermalukan sambil memikul empat tandan pisang
Dari ladang menuju kantor desa
Dengan umpatan yang menyakitkan. ***
Batu, 30 Mei 2025
Catatan;
Sumber data : - You Tube – Tribun Sumsel
Radar Bali.Id
Tribunnews.com
https://youtu.be/7WS7xXg_sn8?feature=shared
APRESIASI PUISI ESAI
Puisi esai "KUCURI EMPAT TANDAN PISANG UNTUK ADIK" karya Syamsu Soeid merupakan sebuah karya sastra yang kuat dan mengharukan.
Puisi Esai ini menggambarkan kisah hidup seorang anak laki-laki yang harus menghadapi berbagai kesulitan setelah kehilangan ibunya pada usia sepuluh tahun dan kemudian ayahnya yang pergi meninggalkannya.
Beberapa tema yang diangkat dalam puisi esai ini antara lain:
- *Kehilangan dan Kesedihan*: Puisi Esai ini menggambarkan perasaan kehilangan dan kesedihan yang mendalam yang dialami oleh sang anak laki-laki setelah ditinggalkan oleh ibunya dan kemudian ayahnya.
- *Kemiskinan dan Keterbatasan*: Puisi ini juga menggambarkan kemiskinan dan keterbatasan yang dialami oleh sang anak laki-laki dan adiknya, yang harus hidup dengan kakek dan nenek yang sudah tua dan tidak mampu.
- *Pengorbanan dan Kasih Sayang*: Sang anak laki-laki melakukan berbagai pengorbanan untuk membantu adiknya, termasuk mencuri pisang untuk ditukar dengan uang agar adiknya bisa membeli makanan.
- *Kritik Sosial*: Puisi Esai ini juga dapat diinterpretasikan sebagai kritik sosial terhadap kondisi masyarakat yang tidak adil dan tidak peduli terhadap kaum lemah.
Puisi esai ini menggunakan bahasa yang sederhana namun kuat dan efektif dalam menggambarkan perasaan dan pengalaman sang anak laki-laki.
Penggunaan imaji dan simbolisme juga menambah kekuatan puisi ini dalam menyampaikan pesan dan emosi.
Secara keseluruhan, puisi esai ini merupakan sebuah karya sastra yang kuat dan mengharukan yang dapat membangkitkan empati dan kesadaran sosial ¹.
Kota Batu 21 Juni 2025
Akaha Taufan Aminudin
SATUPENA JAWA TIMUR
Matur Suwun sanget apresiasinya
BalasHapus😁🙏
HapusTerima kasih banyak
BalasHapus😎👍
Hapus