Dinamika Politik Korea Selatan 2025: Terpilihnya Lee Jae-myung sebagai Presiden Baru
Ilustrasi Korea Selatan (Pic: Meta AI)
Terpilihnya Lee bukan sekadar peristiwa politik, tapi sebuah simbol harapan rakyat kecil bahwa sistem masih bisa berubah jika cukup banyak orang menolak tunduk
Pemilihan Presiden Korea Selatan tahun 2025 menandai perubahan arah politik yang signifikan dengan terpilihnya Lee Jae-myung, seorang tokoh progresif yang dikenal berasal dari kelas pekerja.
Kemenangan ini tidak hanya merepresentasikan ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan sebelumnya, tetapi juga mencerminkan harapan baru rakyat Korea terhadap pemulihan ekonomi dan penegakan keadilan sosial.
Tulisan ini mengkaji latar belakang politik Lee, faktor kemenangan, tantangan kepemimpinan, serta potensi dampaknya terhadap kawasan Asia Timur.
Latar Belakang Sosial dan Politik Lee Jae-myung
Lee Jae-myung lahir dari keluarga miskin dan pernah bekerja sebagai buruh pabrik sebelum menempuh jalur hukum dan politik.
Ia mulai dikenal secara nasional saat menjabat sebagai Wali Kota Seongnam dan kemudian Gubernur Gyeonggi.
Selain itu ia juga dikenal karena kebijakan populis dan anti-korupsi yang agresif, serta keberaniannya dalam mengkritik konglomerat (chaebol) besar Korea.
Lee sempat gagal dalam pemilu 2022 melawan Yoon Suk-yeol, namun comeback dramatis pada 2025 ini menunjukkan bahwa lapisan bawah masyarakat Korea—yang selama ini merasa tertindas oleh ketimpangan sosial dan ekonomi—memberikan suara yang kuat untuk perubahan.
Konteks Kemenangan 2025
Kemenangan Lee pada 2025 terjadi dalam konteks krisis ekonomi dan tekanan politik akibat kebijakan otoriter pemerintahan sebelumnya, yang sempat memberlakukan darurat militer terbatas.
Rakyat mendambakan pemimpin yang mampu membawa stabilitas tanpa menindas kebebasan sipil.
Faktor kunci kemenangan Lee:
• Narasi keaslian: Sebagai seseorang yang tidak berasal dari elite politik.
• Janji pemulihan ekonomi: Termasuk reformasi tenaga kerja dan pajak terhadap konglomerat.
• Anti-korupsi dan pemerintahan bersih.
• Kampanye digital efektif yang menjangkau generasi muda dan pemilih kelas pekerja.
Tantangan Kepemimpinan
Meski popularitasnya besar, Lee menghadapi sejumlah tantangan besar:
• Menyatukan bangsa yang terpolarisasi setelah masa pemerintahan konservatif yang keras.
• Mendamaikan hubungan dengan Korea Utara dalam konteks keamanan regional.
• Meningkatkan perekonomian pasca-COVID-19 dan menghadapi gejolak rantai pasokan global.
• Menghadapi resistensi elite bisnis dan parlemen yang masih didominasi oposisi.
Signifikansi Regional dan Internasional
Terpilihnya Lee kemungkinan membawa Korea ke arah kebijakan luar negeri yang lebih mandiri, tidak terlalu pro-AS, dan terbuka terhadap diplomasi regional.
Pendekatannya terhadap Korea Utara dinilai lebih kooperatif, mirip gaya Moon Jae-in di masa lalu.
Kepemimpinannya juga akan berdampak pada geopolitik Asia Timur, khususnya dalam kerangka kerja sama trilateral Korea-Jepang-AS yang sensitif.
Refleksi Humanis
Terpilihnya Lee bukan sekadar peristiwa politik, tapi sebuah simbol harapan rakyat kecil bahwa sistem masih bisa berubah jika cukup banyak orang menolak tunduk.
Ia adalah archetype pemimpin yang tidak terlahir dari pabrik elite, tapi dari rahim penderitaan rakyat biasa.
Referensi
- Bloomberg Technoz. (2025, June 3). Lee Jae-myung Menang Pilpres Korsel, Janji Pulihkan Ekonomi. Retrieved from https://www.bloombergtechnoz.com
- France24. (2025, June 3). South Korea’s new president Lee to take office after sweeping election win. Retrieved from https://www.france24.com
- Kim, S. H. (2023). Populism and Political Leadership in South Korea. Seoul: Hanul Press.
- Lee, J. M. (2024). My Country, My Dream: A Memoir. Seoul: Gyeonggi Publishing.
- Park, Y. J. (2025). “Post-Crisis Democracy in Korea: The Rise of Reformist Politics.” Asian Political Science Review, 17(2), 115–130.
Komentar
Posting Komentar