Menggorok Gaza: Distraksi Geopolitik Serangan Israel ke Iran

Ilustrasi penderitaan Gaza tertutupi serangan Israel ke Iran (Pic: Meta AI)

Narasi besar “perang regional” dijadikan alat pengalih perhatian dari kejahatan kemanusiaan struktural dengan korban tewas melampaui 55.000 jiwa


Seseorang sedang menenggelamkan anak-anak dalam bak mandi, lalu tiba-tiba ia menjerit: “Ada perampok di atap!”

Semua mata tertuju ke atap.

Dan di air… anak-anak itu berhenti bernapas.


Begitulah kondisi Gaza hari ini.


Serangan udara Israel ke Iran pada pertengahan Juni 2025 dilihat sebagian pengamat sebagai reaksi strategis terhadap ancaman nuklir regional. 


Namun, jika dicermati melalui lensa geopolitik distraktif, serangan ini justru menunjukkan pola manipulasi narasi global: menciptakan krisis militer antarnegara untuk mengubur perhatian dunia terhadap tragedi kemanusiaan yang lebih dalam—yaitu genosida yang sedang berlangsung di Gaza. 


Dengan pendekatan dekonstruktif dan kritik media, kita telusuri bagaimana opini publik dimanipulasi untuk membiarkan Gaza terkubur dalam sunyi, sementara sorotan dunia diarahkan pada teater militer di Iran.



Krisis Baru Mendelegitimasi Penderitaan Lama


Dunia global kini bukan hanya digerakkan oleh rudal dan veto, melainkan oleh narasi


Ketika dunia bersorak dan menjerit melihat pesawat tempur menghantam fasilitas nuklir di Iran, hanya sedikit yang menyadari bahwa saat itu pula anak-anak Gaza kelaparan dalam sunyi, dibungkam oleh blokade, dibantai dalam antrian roti.


Narasi dominan mengarahkan empati global. Maka, menciptakan krisis baru bisa menjadi senjata efektif untuk mendelegitimasi penderitaan lama.



Fakta Empiris: Dua Konflik, Dua Atensi


A. Serangan Israel ke Iran (12–14 Juni 2025)


• Menggunakan lebih dari 200 jet tempur, menyasar situs nuklir dan pangkalan militer.

• Mengundang liputan penuh dari media global, termasuk CNN, BBC, dan Al Jazeera.

• Dilabeli sebagai “preventive strike” terhadap ancaman nuklir yang bersifat eksistensial.


B. Genosida Gaza (Oktober 2023 – Juni 2025)


• Lebih dari 55.000 warga Palestina tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak.

• Sistem kesehatan kolaps, kelaparan meluas, dan distribusi bantuan menjadi mematikan.

• Aksi protes global ditahan, diredam, dan dibungkam—baik oleh kekuatan militer maupun minimnya atensi media.



Mekanisme Distraksi Geopolitik


1. Hijacking Empati Publik


Emosi publik adalah sumber daya langka. Ketika dunia menonton serangan ke Iran, empati terhadap Gaza otomatis terdispersi.


Narasi “perang besar” antarnegara lebih menjual dan dramatis daripada narasi genosida terhadap rakyat tertindas. 


Media menyukai ledakan, bukan lapar yang membusuk dalam keheningan.


2. Media sebagai Alat Kekuasaan


Liputan media dikendalikan oleh:

Kepentingan pemilik korporasi media besar

Aliansi politik antara Israel–AS–sekutu NATO

Sensasionalisme: Iran = ancaman global, Gaza = “isu lokal”


3. Diplomasi Berlapis Kepentingan


Ketika Dewan Keamanan PBB membahas Gaza, AS selalu memveto gencatan senjata. Tapi saat Israel menyerang Iran, AS mengimbau “de-eskalasi” tanpa sanksi.


Ini bukan hanya politik—ini pengalihan isu dalam skala sistemik.


4. Pembungkaman Gerakan Sipil


Konvoi kemanusiaan untuk Gaza:

Diblokir di perbatasan Mesir dan Libya.

Dituduh “tidak aman”, padahal membawa makanan dan obat.

Tanpa atensi media, aktivis seolah lenyap tanpa suara.



Paradoks Moral Global


Mengapa dunia bisa bersatu untuk menyelamatkan “ancaman nuklir di Iran”, tapi bisu terhadap kelaparan anak-anak Gaza?


Jawabannya sederhana dan pahit:

Yang berteriak tidak cukup penting. Yang penting tidak cukup berteriak.



Serangan Israel ke Iran bukan hanya operasi militer, melainkan teater geopolitik yang disengaja untuk mengalihkan pandangan dunia dari horor di Gaza. 


Ketika genderang perang ditabuh di negeri jauh, dunia menengok—dan pada saat yang sama, genosida berjalan dalam sunyi.


Distraksi ini bukan kegagalan moral global—tapi produk dari sistem naratif yang memilih apa yang layak ditangisi.


Untuk anak-anak Gaza yang mengantri roti dan mendapat peluru,

Untuk ibu-ibu yang melahirkan di puing,

Untuk semua yang dilupakan karena headline yang salah,

Kami mendengarmu, meski dunia pura-pura tuli.








Referensi 

  • Associated Press. (2025, June 14). Israeli strikes on Gaza kill at least 16 as war rages on after the opening of a new front with Iran. https://apnews.com/article/20f4e4bcb928eebf4e06f2fd4bb0af22
  • Associated Press. (2025, June 14). Activists stopped in Libya and Egypt ahead of planned march on Gaza. https://apnews.com/article/f4b4c4775efb0c5afba1ef4acc5b5f98
  • BBC News. (2025, June 13). US-backed aid distribution site in Gaza becomes deadly trap.https://www.bbc.com/news/world-middle-east-65910123
  • Reuters. (2025, June 14). Israeli fire kills 23 people in Gaza, many at aid site, medics say.https://www.reuters.com/world/middle-east/israeli-fire-kills-23-people-gaza-many-aid-site-medics-say-2025-06-14/
  • The Guardian. (2025, June 14). ‘We’re living between hope and despair’: the Australian groups taking action to support Gaza. https://www.theguardian.com/world/2025/jun/14/were-living-between-hope-and-despair-the-australian-groups-taking-action-to-support-gaza
  • The Lancet. (2024, July 5). Counting the dead in Gaza: difficult but essential.https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(24)01391-1/fulltext
  • United Nations General Assembly. (2025, June 12). Resolution ES-10/23 on the situation in the Occupied Palestinian Territory. [UN Document].

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?