CERPEN KOMEDI: “Pakdhe Sugeng vs Dukun Penghisap Rokok Klobot”
![]() |
| Ilustrasi Pakdhe Sugeng vs Dukun Penghisap Rokok Klobot (Pic: Meta AI) |
Dari dalam sarung, ia mengeluarkan benda yang hanya muncul saat darurat nasional:
kulit ketupat bekas lebaran!
Di sebuah desa yang masih percaya kalau sinyal HP bisa ditarik pakai sendok, hiduplah seorang tokoh legendaris bernama Pakdhe Sugeng.
Beliau adalah pakdhe sejati—sarungan 24 jam, sandal swallow satu putus satu bolong, dan spesialis menyulut rokok klobot pakai kompor gas tetangga.
Setiap pagi, Pakdhe Sugeng duduk di bale bambu depan rumahnya sambil menyelonjorkan kaki, membakar klobot pakai korek batu yang sudah lebih tua dari masa jaya Rhoma Irama.
“Rokok klobot itu bukan sekadar rokok, Le… ini pusaka,” katanya suatu hari pada keponakannya, si Bowo yang baru pulang kuliah dari Jogja dan sok gaya ngevape rasa bubblegum.
“Pakdhe, itu bukan pusaka, itu jamur tembakau,” jawab Bowo sambil nyemprot baygon ke klobotnya diam-diam.
Tapi segalanya berubah ketika desa mereka kedatangan sosok misterius.
Namanya: Ki Mursid Dukun, seorang paranormal lintas zaman yang kabarnya bisa mengusir hujan, menyembuhkan ayam pilek, dan membuat rokok klobot menyala pakai tatapan mata.
Pakdhe Sugeng langsung merasa eksistensinya terancam.
“Klobot-ku… pusaka-ku… masa dikalahkan tatapan mata?!”
Maka dimulailah duel paling epic di sejarah Desa Jambon.
Pertarungan Sakral: Duel Klobot 2025
Di tengah lapangan bola yang lebih banyak kerbau daripada gawang, warga berkumpul.
Pakdhe Sugeng duduk dengan santai, rokok klobot di tangan, korek batu di pinggang.
Ki Mursid berdiri di seberangnya, mengenakan sarung warna ungu metalik dan jubah sobek-sobek kayak kain pel yang dilelang di pasar Wage.
MC desa, yaitu Pak RT yang baru bangun tidur, membuka acara dengan megafon rusak:“Pertandingan dimulai! Siapa yang bisa menyalakan klobot tanpa alat modern, dialah raja klobot sejati!”
Ki Mursid mulai duluan. Dia menatap rokok klobotnya dalam, mata melotot, mulut komat-kamit, dan—tiba-tiba klobotnya menyala!
Warga: “Wooooooow!”
Tapi tunggu… bau klobotnya kok… amis?Ternyata dia pakai minyak gosok cap buaya sebagai bahan bakar!
Pakdhe Sugeng tidak gentar. Ia berdiri, melangkah perlahan sambil menyeret sandal yang bunyinya “ceplek… ceplek…”, lalu duduk bersila.
Dari dalam sarung, ia mengeluarkan benda yang hanya muncul saat darurat nasional:
kulit ketupat bekas lebaran!
Ia menggulung klobotnya dengan kulit ketupat, tiup sedikit, lalu—dengan satu tarikan napas dan suara batuk khas pria +62—“KUHAAAKKK!”
Klobot menyala sendiri.
Warga: “WOOOOOOOOW!!!”
Ki Mursid gemetar. Sarungnya goyah. Jenggotnya bergetar.
“Ilmu ini… belum pernah kutemui sejak era Orde Baru!” jeritnya sambil kabur naik ojek online.
Pakdhe Sugeng bangkit dan berkata sambil meletakkan klobotnya ke arah kamera wartawan desa:
“Kalau mau rokok canggih, ya ke toko vape. Tapi kalau mau rokok bernyawa… belajarlah sama pakdhemu.”
⸻
EPILOG:
Sejak hari itu, Desa Jambon mengadakan lomba klobot tahunan,
dan Bowo… kini jadi pemilik startup “KlobotGo”—layanan delivery rokok klobot anti-mainstream yang viral di TikTok karena tagline-nya:
“Kami Tidak Pakai Vape, Kami Pakai Warisan Leluhur!”

Komentar
Posting Komentar