G7 di Alberta Menyikapi Israel–Iran, Sementara Gaza Terpinggirkan

Ilustrasi penderitaan Gaza yang terpinggirkan di G7 (Pic: Meta AI)


Narasi Israel berhasil menggeser lensa dunia dari kelaparan ke konflik bersenjata, dari hak hidup ke hak mempertahankan diri



KTT G7 di Kananaskis, Alberta, dibuka dengan agenda utama membahas konflik Israel–Iran.


G7 bersepakat mengutamakan de‑eskalasi dan menegaskan hak Israel mempertahankan diri, sekaligus mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.


Kanselir Jerman Friedrich Merz menegaskan empat poin penting—termasuk jaminan diplomasi dan perlindungan terhadap Israel.


Namun, pendekatan G7 juga mencerminkan kehati‑hatian terhadap potensi konflik besar yang bisa melumpuhkan stabilitas regional.



Gaza dan Krisis Kelaparan: Sepi dari Sorotan


Isu kelaparan di Gaza dengan lebih dari setengah juta orang berisiko kelaparan akut (IPC) tetap belum jadi pembahasan utama KTT.


Meskipun beberapa pemimpin (Kanada, Prancis, Inggris) mengangkat kekhawatiran tentang blokade, G7 gagal menyusun respon terkoordinasi untuk kesenjangan kemanusiaan Gaza.


Secara historis, G7 pernah mendesak ‘humanitarian pauses, namun konteks situasi Gaza saat ini sedikit banyak terpinggirkan .



Narasi yang Bergeser: Dari Genosida ke Geopolitik


Saat ratusan ribu warga Gaza kelaparan akut, dan rakyat sipil terbunuh saat berebut bantuan makanan (termasuk tragedi “Flour Massacre”), sorotan dunia perlahan beralih. 


Mengapa? Karena narasi Israel lebih berhasil menyajikan konflik ini sebagai ancaman eksistensial yang membutuhkan legitimasi militer.


Alih-alih menjadi isu kemanusiaan, Gaza diseret ke ranah keamanan regional—menyebabkan pembunuhan warga sipil dan blokade makanan tidak lagi jadi headline utama.



Teknik Pergeseran Narasi


- Overekspos ancaman Iran

Narasi Israel tentang “Iran bersenjata nuklir” mendominasi ruang diplomasi dan media.


- Pengaburan data korban

Israel menekan angka resmi korban tentara IDF & membatasi liputan dampak serangan balik.


- Mengontrol distribusi gambar

Gambar kelaparan dan pembantaian sipil di Gaza disensor atau dianggap tidak terverifikasi.


- Dekontekstualisasi tragedi Gaza

Media Barat memisahkan tragedi Gaza dari keputusan politik Israel, menyebutnya “tragedi tanpa pelaku”.



Keheningan Dunia: Kenapa G7 Diam?


• G7 lebih fokus pada Israel–Iran dan kestabilan regional karena:

• Lobi diplomatik Israel kuat.

• Kepentingan ekonomi dan militer negara-negara G7 terhubung ke Tel Aviv.

• Gaza dianggap “masalah lama” tanpa solusi cepat.



Dampak Strategis terhadap Palestina


• Desensitisasi publik global

Publik dunia kelelahan menyaksikan tragedi Gaza tanpa harapan.


• Erosi legitimasi Palestina: Ketika dunia lebih percaya ancaman drone daripada jeritan anak-anak kelaparan.


• Delegitimasi PBB & lembaga HAM: Karena dianggap gagal menjadi suara yang independen.



Analisis Strategis


1.Agenda geopolitik dominan

Konflik Israel–Iran langsung menyita energi diplomatik G7; perhatian terhadap Gaza jadi seperti “korban bayangan” dalam peristiwa utama.


2.Fokus keamanan global vs krisis kemanusiaan

Pemimpin global lebih khawatir terjadi perang regional yang merembet, daripada blokade yang bikin jutaan orang lapar—ini menunjukkan preferensi G7 terhadap stabilitas sistem global ketimbang urgensi moral.


3.Kesenjangan naratif

Narasi G7 cenderung memperkuat legitimasi pertahanan Israel dan keamanan nuklir global, namun mengabaikan kolapsnya sistem pangan Gaza, memperlebar kesenjangan antara realitas lapangan dan diplomasi global.


4.Implikasi jangka panjang

Kelaparan yang terus berlangsung di Gaza bisa memburuk menjadi krisis pengungsi dan radikalisasi—sesuatu yang secara politis tidak disinggung dalam agenda G7, tetapi sangat penting untuk stabilitas jangka panjang.



G7 di Alberta menegaskan fokus pada eskalasi Israel–Iran, menempatkan Gaza sebagai krisis yang tertunda dalam narasi diplomatik global. Konsekuensinya:

Kesempatan emas untuk menyoroti penderitaan Gaza lewat tekanan diplomatik global hanya disinggung minim.

Kekhawatiran jangka panjang tentang implikasi sosial-politik Gaza — termasuk pengungsi & radikalisasi — tampak belum menjadi prioritas.


Narasi Israel berhasil menggeser lensa dunia dari kelaparan ke konflik bersenjata, dari hak hidup ke hak mempertahankan diri. 


Dunia terperangkap dalam narasi satu arah—di mana roti tak semenarik rudal, dan anak Gaza tak sepenting aset energi Timur Tengah.


Gaza tak dikalahkan oleh peluru—tapi oleh diamnya dunia yang kehilangan prioritas kemanusiaan.








Referensi

  • Reuters. (2025, June 15). G7 leaders in Canada to discuss Israel‑Iran conflict, hope to avoid Trump clash.
  • Reuters. (2025, June 15). German chancellor urges G7 to show unity in tackling Israel‑Iran conflict.
  • Reuters. (2025, June 16). Israel‑Iran battle escalates, will be high on agenda as world leaders meet.
  • Reuters. (2025, May 12). Gaza population faces critical risk of famine….
  • Reuters. (2025, June 3). Wilful restriction on Gaza food aid may constitute war crime….
  • Reuters. (2025, May 16). France’s Macron: Gaza conditions are ‘intolerable’….
  • Reuters. (2023, November 8). G7 calls for humanitarian pauses in Gaza….


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?