Idul Adha di Era Modern: Spirit Pengorbanan dan Relevansi Sosial

Ilustrasi Idul Adha (Pic: Meta AI)


Bila kurban hanya berupa daging, mungkin ia hanya ritual. Tapi jika kurban adalah jalan pengabdian dan pengorbanan, maka ia menjadi makna yang menembus zaman



Idul Adha atau Hari Raya Kurban merupakan salah satu hari besar dalam Islam yang diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah. 


Perayaan ini mengenang peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang bersedia mengorbankan putranya, Ismail AS, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Namun Allah menggantikannya dengan seekor domba sebagai bentuk kasih sayang dan penghargaan atas ketulusan iman.


Di era modern yang penuh hiruk-pikuk teknologi dan perubahan sosial, muncul pertanyaan: masihkah Idul Adha relevan? Ataukah ia hanya menjadi ritual tahunan tanpa makna yang aktual?



Tujuan Idul Adha


1. Menghidupkan kembali semangat pengorbanan dan kepatuhan


Sebagai simbol totalitas iman, Idul Adha mengajarkan bahwa cinta dan pengabdian kepada Tuhan melebihi segala bentuk keinginan duniawi.


2. Menanamkan nilai kepedulian sosial


Pembagian daging kurban bukan hanya simbolik, tapi sebuah mekanisme distribusi gizi dan kebaikan kepada mereka yang membutuhkan.


3. Pendidikan moral dan spiritual


Dengan mengenang kisah Nabi Ibrahim, umat diajak merenung: sudah sejauh mana pengorbanan yang diberikan untuk sesama dan untuk Tuhannya?



Manfaat Idul Adha di Zaman Modern


Bidang

Manfaat

Sosial

Mengurangi kesenjangan dengan berbagi daging kepada fakir miskin dan dhuafa.

Psikologis

Melatih empati, kedisiplinan, dan rasa syukur.

Ekonomi

Menggerakkan ekonomi peternakan lokal, khususnya UMKM dan peternak kecil.

Spiritual

Meneguhkan kembali tauhid dan nilai keberanian berkorban demi kebaikan yang lebih besar.


Apakah Masih Relevan di Zaman Modern?


Sangat! Bahkan semakin relevan. Di dunia yang semakin materialistik, perayaan Idul Adha menjadi antitesisterhadap egoisme dan individualisme.


Bukan hanya itu, di era digital dan globalisasi yang mempercepat ketimpangan sosial, konsep kurban bisa diperluas menjadi:

Kurban waktu dan tenaga untuk orang tua, pasangan, dan masyarakat.

Kurban ego dan amarah dalam relasi sosial.

Kurban kemewahan pribadi demi menolong yang tertindas.


Jadi, Idul Adha tak hanya tentang menyembelih hewan, tetapi menyembelih “sifat hewani” dalam diri: keserakahan, egoisme, dan ketamakan.



Idul Adha adalah perayaan iman dan cinta, sebuah refleksi tentang apa yang kita relakan demi cinta yang lebih besar: kepada Tuhan, kepada sesama, dan kepada kemanusiaan.


Bila kurban hanya berupa daging, mungkin ia hanya ritual. Tapi jika kurban adalah jalan pengabdian dan pengorbanan, maka ia menjadi makna yang menembus zaman.










Referensi

  • Al-Qur’an, Surah As-Saffat ayat 102–107.
  • Nasution, H. (1992). Islam Rasional. Mizan.
  • Rahman, F. (1982). Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition. University of Chicago Press.
  • Syamsuddin, D. (2011). Islam sebagai Sumber Inspirasi Etika Sosial. Jakarta: Paramadina.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?