Macron Ngamuk: Jangan Jadi Penonton Berdasi Saat Anak-Anak Palestina Jadi Mayat!
![]() |
Ilustrasi Presiden Perancis Emmanuel Macron (Pic: Meta AI) |
Macron telah menantang norma lama dengan keberanian moral—menegaskan bahwa ketika anak-anak menjadi korban, keheningan bukan pilihan
Pada 8–9 Juni 2025, Presiden Prancis Emmanuel Macron tampil dengan nada tegas di Sidang Umum PBB, menyerukan dunia untuk melampaui kata dan mengambil tindakan nyata.
Ia mengkritik diplomasi formal yang pasif — berdasi tapi tetap membiarkan wahnana terjadi di Gaza.
Tulisan ini akan menjelaskan latar, isi, dan dampak retorikanya dalam kerangka analisis hubungan internasional dan moral global.
Konteks Latar Belakang
Konflik terkini di Gaza menyebabkan puluhan ribu korban, termasuk banyak anak-anak yang meninggal saat Idul Adha 2025.
Banyak negara Barat dianggap hanya sibuk debat diplomatik—mengabaikan penderitaan nyata di lapangan.
Kutipan Asli Macron
Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, 30 Mei 2025, Macron memperingatkan:
“The humanitarian blockade is creating a situation that is untenable on the ground… if there is no response that meets the humanitarian situation in the coming hours and days, obviously, we will have to toughen our collective position”.
Ia juga menegaskan visi jangka panjangnya:
“We need to move towards recognition [of a Palestinian state]… over the next few months, we will”.
Indikasi Tekanan Moral dan Tindakan
Pernyataan ini mencerminkan dua strategi utama Macron:
1.Teguran moral secara terbuka: Menyorot blokade kemanusiaan Gaza serta desakan agar PBB dan dunia bersikap lebih tegas.
2. Komitmen konkret: Mengumumkan langkah-langkah menuju pengakuan negara Palestina sebagai upaya diplomatik nyata, bukan retorika kosong.
Respons dan Dampak
Media global menggambarkannya sebagai “wake-up call” bagi negara-negara pro-Barat.
Negara-negara sekutu Israel mengkritiknya, menuduh Macron menciptakan ketegangan dan melemahkan diplomasi keseimbangan .
Prancis dan Saudi memimpin Konferensi PBB di New York (17–20 Juni 2025) untuk menetapkan roadmap pengakuan Palestina dan gencatan senjata.
Analisis Akademik
Mengacu pada teori Norm Cascade dari Finnemore & Sikkink (1998), Macron bertindak sebagai “norm entrepreneur”—mendorong norma baru bahwa diplomasi tak bisa hanya bicara ketika kehidupan hilang.
Retoriknya adalah contoh implementasi diplomasi emosional, menekankan tanggung jawab moral (empathy-enabled diplomacy), bukan sekadar kalkulasi geopolitik.
Judul “Macron Ngamuk: Jangan Jadi Penonton Berdasi Saat Anak-Anak Palestina Jadi Mayat!” bukan sekadar provokasi, tapi cerminan argumen kuat yang lebih tajam: dunia harus mengutamakan kehidupan, bukan retorika atau citra diplomatik.
Macron telah menantang norma lama dengan keberanian moral—menegaskan bahwa ketika anak-anak menjadi korban, keheningan bukan pilihan.
Referensi
- Finnemore, M., & Sikkink, K. (1998). International norm dynamics and political change. International Organization, 52(4), 887–917.
- Macron, E. (2025, May 30). Statement at press conference on humanitarian blockade in Gaza. Singapore.
- Macron, E. (2025, April 9). Interview on French TV regarding recognition of Palestinian state. France 5.
- The Guardian. (2025, June 9). Macron must lead the EU push to end Israel’s war on Gaza.
- Reuters. (2025, May 30). France may toughen stance on Israel if it continues blocking Gaza aid .
- Reuters. (2025, April 9). Macron says France could recognise Palestinian state in June .
- Reuters. (2025, May 28). Macron navigates rocky path to recognising Palestinian state .
- AP News. (2025, June 9). UN conference to push for two-state solution .
- Reuters. (2025, June 6). Amid Gaza outrage, Europe reaches a turning point on Israel .
Komentar
Posting Komentar